Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Di Pelosok Aceh Singkil, Prospek Dakwah Sangat Cerah




Tgk Jamaluddin
Tgk Jamaluddin memperlihatkan rona wajah yang lelah, namun ramah dan penuh semangat saat berbicara tentang geliat dakwah di perbatasan Aceh Singkil - Sumatera Utara. Pasca tsunami menerjang Aceh, Tgk Jamaluddin telah aktif berdakwah di barak-barak pengungsi di berbagai lokasi pengungsian di Aceh. Saat ini, ia bertugas sebagai da’i perbatasan Desa Napagaluh Kec. Danau Paris Kab. Aceh Singkil. Ia bertugas disana dikirim oleh Dinas Syari’at Islam Prov. Aceh sejak 5 tahun yang lalu.

Pahit getir dirasakan Tgk Jamaluddin dalam menjalankan tugas agama ini. Berbagai cobaan datang silih berganti, namun ia istiqamah untuk tetap berdakwah pedalaman Aceh Singkil di hadapan realitas begitu minimnya pemahaman umat Islam terhadap agamanya. 

“Saya telah menganggap dakwah itu sebagai bagian yang tak bisa dipisahkan dari hidup saya, saya ingin memperoh tempat yang layak disisi Allah Swt dengan dakwah ini”, kata Tgk Jamaluddin yang pernah lama belajar di Dayah Babussalam Matangkuli-Aceh Utara ini.

Bersama istri dan anaknya yang masih kecil, Tgk Jamaluddin tinggal di sebuah gubuk sewaan di desa Napagaluh dan menjalankan tugas dakwah dengan sepeda motor dari satu desa ke desa lainnya di pelosok Aceh Singkil dengan kondisi medan yang sangat terjal. 

Tgk Jamaluddin hidupnya pas-pasan. Honor yang ia terima setiap bulan dari Dinas Syari’at Islam, meski seringkali sangat terlambat dibayar namun ia manfaatkan betul-betul untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari bersama anak dan istrinya. Kalau untuk makan sehari-hari insya Allah cukup, katanya. Tahun ini, ia berencana tidak pulang berlebaran ke kampug karena biaya pulang kampung itu besar, katanya lagi.

Selama berdakwah, tidak jarang Tgk Jamaluddin dibuat kebingungan dengan derita sang Istri yang diguna-guna (sihir) hingga sampai lari-lari tengah malam. Ia menceritakan, saat baru dua bulan dia berdakwah di Desa tersebut, istrinya mengalami gangguan makhluk halus sampai beberapa kali lari di waktu larut malam menuju jurang di suatu perbukitan di desa tersebut. 

Tapi Alhamdulillah, saya terus mengikutinya dari belakang sambil meruqyahnya dengan ayat-ayat Alquran. Beberapa waktu baru dia pulang. Sampai di rumah saya meruqyahnya lagi. Dan itu terjadi berkali-kali. ini hanya sedikit tantangan yang saya alami saat berdakwah disini. Kawan-kawan saya da’i yang lain bahkan ada yg terkena batuk darah ” kata Tgk Jamaluddin.

Namun semua tatangan itu dilaluinya dengan ketabahan dan kesabaran. ‘saya anggap ini cobaan dari Allah Swt atas dakwah yang saya jalankan, saya pasrah dan saya serahkan kepada Allah Swt”, katanya lagi.

Tgk Jamaluddin saat mensyahadatkan sekeluarga katolik di pedalaman Aceh Singkil
Prospek dakwah sanga
Kendati demikian, ditengah beratnya tantangan dakwah disana, Tgk Jamaluddin melihat prospek yang sangat cerah dakwah di perbatasan. Ia mengatakan, semenjak mulai berdakwah kepada umat Islam disana, sudah sangat banyak umat non Islam yang kemudian menyatakan ketertarikan mereka pada keindahan agama Islam. Tgk Jamaluddin pun tidak jarang berperan langsung mensyhadatkan mereka bersama warga setempat. 

Bahkan, tidak jarang warga datang kepadanya membawa serta keluarga mereka meminta agar disekolahkan oleh Tgk Jamaluddin. Ia pun kemudian mencari jalan dengan menghubungi pimpinan-pimpinan dayah di Aceh Besar dan Aceh Utara yang siap menampung para muallaf usia sekolah.

Alhamdulillah sudah banyak perkembangan selama saya berdakwah disini, katanya. Banyak anak-anak Muslim yang sekarang sudah pandai membaca Alquran dan menjalankan ibadah. Sementara warga non Muslim disana, menurut Tgk Jamaluddin juga sangat respek pada ajaran Islam. Cuman pembinaan mereka kita yang kurang. 

Setelah mereka masuk Islam, pemerintah tidak menyediakan program khusus untuk pembinaan muallaf dari perbatasan. Padahal mereka seharusnya bisa dipersiapkan sebagai persiapan perbendaharaan da’i yang akan memperkuat dakwah di perbatasan di masa yang akan datang, terang Tgk Jamaluddin. (tz)