Peradaban Melayu Islam di Aceh akan Kembali Bangkit
Banda Aceh – Banyak bukti dan
alasan untuk membenarkan bahwa Aceh dahulu merupakan pusat peradaban Islam di
Asia Tenggara. Baik lewat catatan para sejarawan, manuskrip-manuskrip.
Dan dewasa ini, Aceh berkesamapatan
memimpin kembali kebangkitan peradaban Islam di Asia Tenggara. Hal ini
disampaikan oleh Tgk Taqiyuddin Muhammad, Lc, seorang peneliti kebudayaan Islam
saat menyampaikan materi pengajian Islam yang diadakan oleh Kaukus Wartawan
Peduli Syari’at Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Banda Aceh, Rabu malam
(11/12/2012).
Tgk Tqiyuddin Muhammad saat mengisi pengajian KWPSI di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Banda Aceh (11/12/2013) |
Menurut pendiri CISAH (Central for
Information Samudera Pasai Heritage) ini, kita memiliki segala bukti bahwa Aceh
merupakan pusat kebudayaan Islam. Artinya, kita memiliki segala alasan untuk
memimpin kebangkitan peradaban Islam Melayu.
“Saat ini orang-orang Melayu di
Pattani, Brunei Darussalam, Malaysia dan sebagainya menunggu kita duluan
bangkit” ujar Tgk Taqiyuddin.
Dalam pengajian yang dihadiri oleh para
wartawan lintas media ini serta para aktivis, Tgk Taqiyuddin mengapresiasi atas
munculnya semangat para ulama, santri dan kaum muda untuk bergerak
mengembalikan kembali kejayaan peradaban Islam Melayu di Aceh.
Menurutnya, kita memang tidak bisa
berharap bahwa kebangkitan peradaban Islam di Aceh itu akan kembali secapatnya.
“Tugas kita adalah berbuat dimanapun
dan pada posisi apapun yang kita tempati. Dan saya akan siap menjadi prajurit
untuk tujuan ini”, kata Tgk Taqiyuddin menjelaskan dengan nada rendah diri dan
raut wajah yang serius.
Tgk Taqiyuddin menambahkan, tugas kita
sekarang adalah mempersiapkan segala perangkat kebangkitan itu. Misalnya,
bagaimana kita menyiapkan generasi muda Aceh agar memahami pentingnya mengkaji
warisan sejarah Aceh. Selain itu, kita juga perlu
“Kita juga membutuhkan struktur politik
yang kuat untuk menyongsong kebangkitan itu. Karena dulu kejayaan Islam sangat
ditopang oleh struktur politik yang kuat” katanya lagi menerangkan.
Dalam acara pengajian yang dimoderatori
oleh kolektor manuskrip Aceh Tarmizi A Hamid ini, Tgk Taqiyuddin juga
menjelaskan, bahwa tulisan di batu-batu nisan yang ia kaji dan teliti selama
ini di berbagai wilayah di Aceh khususnya di bekas wilayah reruntuhan kerajaan
Islam Samudera Pasai, banyak batu nisan yang padanya tertulis nasehat dan ayat
Alquran.
Menurutnya, tulisan yang berada pada prasasti atau nisan-nisan
peninggalan peradaban Samudera Pasai dan Aceh tidak menyebutkan tentang
kematian, tetapi tentang kehidupan yang abadi.
“Nisan-nisan tersebut bukan pemujaan
terhadap orang mati, tapi isinya menjadi pelajaran bagi yang hidup untuk
memperjuangkan agama Allah di muka bumi.”, ujarnya.
“Jadi, jika hari ini ada yang menolak syari’at
Islam, maka dia telah mengkhinati leluhurnya”, kata Tgk Taqiyuddin lagi
menambahkan.
Peserta pengajian ini nampak sangat
antusias mendengar setiap untaian kalimat-kalimat kuat dari Tgk Taqiyuddin.
Seorang peserta pengajian saat sesi tanya jawab juga mengusulkan agar segara
dibangun komunikasi dan diplomasi dengan seluruh komponen yang peduli terhadap
peradaban Islam. Baik ulama, akademisi, sejarawan dan sebagainya.
Kita berharap agar semuanya bergerak
bersama, bukan hanya sama-sama bergerak dalam mewujudkan kembali kebangkitan
peradaban Islam”, ujar penanya ini. (tz)