Politik Jurus Mabuk
Muhammad Syarif |
Oleh Muhammad Syarif*
April 2014 adalah tahun
politik nasional. Berbagai lakon politik telah dimainkan oleh politisi. Taburan
janji politik pun telah dimainkan oleh calon legislatif, baik caleg pusat,
propinsi maupun Kabupaten/Kota. Jurus politik telah dipraktekkan oleh
masing-masing konstestan baik jurus kungfu, jurus mabuk maupun jurus pesona
senyum manis.
Aceh selalu menarik untuk
dikaji dan didiskusikan. 3 Partai Politik Lokal bertarung dalam pemilu
legislatif 2014. Partai dimaksud adalah Partai Aceh, Partai Nasional Aceh,
Partai Daulat Aceh flus 12 Partai Politik Nasional.
Berbagai tragedi politik
muncul di Tanah Rencong mulai dari perobekan atribut partai politik,
intimidasi, perkelaian sesama caleg dan pengurus, pembunuhan bahkan yang
terakhir salah seorang caleg Partai Nasdem dimasukkan dalam goni. Ada yang bilang penerapan
syariat Islam yang dibalut dengan aspek “yuridis-formal” belum mampu merubah
tatanan kehidupan masyarakat Aceh menuju restorasi.
Hampir saban hari bumi Aceh
disuguhi berita pilu bahkan cendrung memanas, maka tidak salah kalau jurus
politik mabuk telah dilakoni oleh “oknum caleg” di Aceh, baik partai lokal
maupun partai nasional. Politik jurus mabuk merupakan suatu sikap dan aktifitas
politik yang tidak terpuji, cendrung anarkis, tidak mendidik, penuh rekayasa, sarat penipuan, obral janji cet langet bahkan terkadang berujung pada pertumpahan darah.
Maka wajar jika ada yang
bilang para caleg di Aceh harus kuat jantung kalau tidak maka caleg akan mudah
disetrom “arus politik bertegangan tinggi”. Ada yang bilang Tahun
2014 tahun panas, ganas, lawak politik bahkan kutukan politik.
Saya kira semua orang punya tafsiran
yang berbeda dengan fakta empiris seputar pesta demokrasi 2014, khususnya di bumi serambi mekkah. Antara percaya
dan tidak, rasa keadilan dan kedamaian sepertinya belum dirasakan oleh rakyat
Aceh dibawah kepemimpinan Zaini Abdullah dan Muzakir manaf. Rakyat Aceh masih
was-was. Akankah tragedi berdarah terulang kembali..?
Semua caleg cakap damai
harga mati, M o U Hensinky wajib di jaga dan dilanjutkan. Sementara poh seu meupok,intimidasi sesama caleg
terus berlanjut. Deklarasi Politik Damai tidak berefek positif.
Maka dari itu
sudah saatnya para petinggi Partai Politik di Aceh baik Nasional maupun Lokal
berupaya semaksimal mungkin agar kader dan pengurusnya dibahani dengan pendidikan
politik santun, bukan pendidikan politik jurus mabuk. Setiap tutur kata
politisi harus sopan, tidak boleh saling menghujat, serang menyerah atau
ungkapan yang tidak seronok sesama lawan politik. Semua caleg harus menjadi
suri tauladan bagi konstituennya.
Saatnya peutuah endatu di lanjutkan. “damai
harga mati, politik santun yang utama so syariat Islam harus tegak dibumi
Serambi Mekkah”. Stop segala bentuk kekerasan menjelang Pemilu Legislatif 2014. Wallahu `alam binshawab.
* Sekum FASMI UIN Ar-Raniry 2014-2018 dan Mantan Aktifis`98