Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

NUR SYARIFAH: Cinta Al Qur’an, Jadikan Diri Muslimah Sejati

Nursyarifah
SOSOK perempuan muda ini begitu bersahaja. Siang itu ia mengenakan baju muslimah warna gelap. Jilbab putih bercorak bunga-bunga kecil menutup kepalanya. Bicaranya santun tapi irit, bukan karena pelit kata, tapi itulah etika muslimah menjawab apa yang diperlukan saja.
 

Perempuan yang dimaksud adalah Nur Syarifah. Dia  perempuan luar biasa, di balik keanggunanannya tersimpan segudang prestasi, khususnya bidang keislaman. Dia adalah seorang Qariah kondang, meski usianya relatif muda tapi banyak prestasi yang telah diraihnya.

Tahun lalu mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry semester akhir ini menjadi terbaik dalam ajang Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat Provinsi Aceh yang digelar di Aceh Besar.  Dia tampil membawa bendera Aceh Besar, tanah kelahirannya. Masuk kategori dewasa perempuan berusia 22 tahun ini meraih juara pertama.

Itu bukan kali pertama Syarifah begitu ia akrab disapa, mendapat juara dari setiap perlombaan MTQ . Sejak masih SMP Syarifah memang langganan juara.  Bahkan anak dari pasangan Zakaria, S.Pd  dan Masyithah ini menjadi duta Aceh saat MTQ Nasional di Banjarmasin dan Ternate Maluku Utara.

 “Saya belajar Al-Quran sejak duduk dibangku  kelas 6 SD,” kisahnya kepada Suara Darussalam.

Belajar Al-Qur’an yang dia maksud adalah mengaji dengan irama layaknya para Qari dan Qariah. Tekun. Itu menjadi kunci dalam belajar Al-Qur’an.

“Abi (Ayah-red) tidak pernah memaksa saya untuk menjadi Qariah, tetapi keinginan sendiri. Awalnya mendengar Abi mengaji, dari situ saya mulai suka. Insya Allah sampai sekarang,” terang mahasiswi Jurusan Bahasa Arab ini.

Kini kecintaannya kepada Al Quran semakin tak terbendung. Dia merasakan menjadi lebih baik dengan Al Qur’an.  Tanpa bermaksud menyombongkan diri, Syarifah sadar betul kalau dia menjadi panutan setidaknya bagi masyarat dilingkungannya.

 “Iya, merasa kalau saya dinilai orang, karena kita dekat dengan Al Quran ini akan menjadi motivasi untuk berusaha menjadi muslimah yang lebih baik,” ujarnya serius.

Apa yang telah diraih tak membuat ia sombong, justru Syarifah ingin semua orang cinta pada Al-Quran.   Dia tak pelit ilmu, kepada anak-anak remaja di beberapa sekolah disempatkan diri untuk mengajar. Dia juga punya kelas di kampus yang beranggotakan para mahasiswa.  Kepada mereka Syarifah memberikan tips-tips belajar Al Qur’an agar cepat bisa.

 “Tekun dan jangan pernah bosan. Saya dari dulu sampai sekarang setiap usai shalat magrib selalu mengaji. Saya ulang-ulang untuk memperbaiki ayat-ayat atau irama yang masih kurang pas, terkadang saya juga sering mendengar rekaman  qari-qari yang lebih bagus,” ujarnya.

Syarifah juga menjelaskan sedikit tentang cabang-cabang irama dalam Tilawatil Quran, seperti Bayati, Hijas, Nahawan, Ras, Janziran, Siqqan, Jiharqah.

 “Syarifah lebih menyukai irama Nahawan karena itu lebih menghayati,” katanya.

Ditanya apakah bercita-cita menjadi Qariah nasional dan internasional, perempuan berkulit putih ini tersenyum simpul.

“Setiap orang pasti punya cita-cita dan mimpi.  Syarifah menggapai cita-cita dengan wahyu Ilahi,” ujarnya pelan.

Dia sangat bersyukur kedua orang tua selalu memberikan motivasi dalam setiap kegiatan yang dilakukan, selama ini tak melenceng dari tuntutan agama.
Di akhir wawancara Syarifah berpesan kepada umat muslim agar tidak meninggalkan shalat.

 “Shalat merupakan kewajiban setiap muslim. Dengan shalat kita merasa dekat dengan Sang Pencipta. Apalagi sebagai Qariah, sangat mempengaruhi perilaku dan memotivasi untuk menjadi muslimah sejati,”ujarnya.

Ditanya pendapat tentang kehidupan remaja saat ini  dia menyikapi dengan bijak. Kata Syarifah tidak bisa menilai orang dari luar, tetapi nilailah orang dari prilaku dan hati. Namun yang terpenting menurutnya remaja muslim harus selalu mendekatkan diri kepada agama Allah, dengan begitu indentitas ke-Islaman akan muncul dengan sendirinya.(Suara Darussalam)