Kamaruzzaman Bustamam Ahmad: Perlu Ketulusan Menjaga Perdamaian Aceh
Kamaruzzaman Bustamam Ahmad |
Banda Aceh -
Ketulusan dalam menghentikan semua hal yang bisa merusak perdamaian Aceh adalah
hal yang fundamental dalam merawat perdamaian di Aceh. Hal itu diungkapkan
narasumber Suara Darussalam, Kamaruzzaman Bustamam Ahmad, MA, Ph.D
baru-baru ini saat dimintai pendapatnya via email tentang strategi mempertahankan perdamaian
yang telah berlangsung di Aceh.
“Untuk
mengisi perdamaian, diperlukan nilai yang tulus untuk menghentikan semua
kegiatan yang merusak perdamaian. Inilah yang perlu dilakukan untuk
mempertahankan perdamaian di Aceh”, ujar Dosen Pascasarjana UIN Ar-Raniry ini kepada Suara Darussalam.
Menurut
Kamaruzzaman, kalau dilihat, konflik di Aceh tidak dapat dihilangkan, hanya
dapat dikurangi. Sebab sekarang yang terjadi adalah model konflik baru antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam mengimplementasikan butir-butir
dalam MoU Helsinki.
“Kita
berharap konflik antara kedua pemerintah ini tidak berimbas pada konflik
senjata secara terbuka seperti dahulu”, harap intelektual Aceh yang cukup
produktif menulis ini.
Kamaruzzaman
mengakui, sebenarnya masyarakat Aceh sangat siap dan sadar pentingnya menjaga
perdamaian.
“Hemat saya
masyarakat yang paling siap dan sadar dengan perdamaian. Karena mereka tidak
memulai konflik”, tambahnya lagi.
Kendati
demikian, Kamaruzzaman melihat, tetap masih ada peluang terjadi konflik
antara Pemerintah Aceh dengan Pusat terkait masalah bendera dan lambang
Aceh.
“Peluang (terjadi konflik pemerintah
Pusat dan Aceh, red) itu sangat besar, tergantung bagaimana pemerintah pusat
mengatur strategi penanganan konflik Aceh di tiga kementerian yaitu kementerian
Keuangan, kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Koordinator Politik Hukum
dan Keamanan”, kata Kamaruzzaman.
Menurut Kamaruzzaman, di tiga
Kementerian inilah nasib Aceh ditentukan. "Hari ini, hemat saya disinilah nasib
Aceh dikelola secara simultan dari pihak Pemerintah Pusat", tegasnya.
Pada titik ini, Kamaruzzaman menilai, bahwa perdamaian di Aceh sudah
berjalan dengan baik.
“Sejauh ini
perdamaian sudah berjalan dengan baik, hanya kepentingan beberapa kelompok yang
tidak terakomodir dalam proses perdamaian inilah yang memicu konflik.
Kepentingan itu tidak hanya berada di Aceh, tetapi juga diluar Aceh”, pungkas
Kamaruzzaman. [Mustafa Husen/Tz)