Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Logika Syi’ah Membentuk Seorang Muslim Menjadi Liberal



Ustaz Junaidi Ibrahim, Lc

Banda Aceh – Ajaran sesat Syi’ah dewasa ini kian mewabah. Yang ironis, tidak sedikit muncul pembelaan terhadap eksistensi Syi’ah dari kalangan Islam sendiri. Namun demikian, ulama kita masih komitmen menolak Syi’ah karena ajarannya yang dinilai ulama sejagad banyak yang menyimpang. Bahkan yang lebih membahayakan, ajaran dan logika Syi’ah bisa menjerumuskan seorang Muslim menjadi sekuler-liberal tanpa disadarinya. 

Berikut petikan wawancara Tim Jurnal Dayah dengan Ustaz Junaidi Ibrahim, pakar Syi’ah alumnus Universitas Al-Azhar Mesir yang saat ini mengabdikan diri di Dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunieb, Bireuen dan dikutip Suara Darussalam.

Beberapa waktu lalu, di Jakarta telah dideklarasikan Gerakan Nasional Anti Syi’ah dimana wakil ketua MPU Aceh, Prof. Muslim Ibrahim, MA juga salah satu pesertanya yang dengan tegas menolak penyebaran ajaran Syi’ah di Aceh. Seberapa besar sich bahaya ideologi Syi’ah bagi umat Islam?

Syiah sangat berbahaya bagi umat Islam, buktinya ulama besar Islam menolak akidah Syiah. Jika memang Syiah tidak sesat dan bahaya maka para ulama Sunni tidak akan menolaknya. Ditolak karena sesat dan memhahayakan eksistensi umat Islam. Namun puak libelar tidak menyadarinya, sehingga kaum liberal mendukung syiah.

Para ulama besar sunni mereka sepakat menolak Syiah, semenjak masa salaf sehingga ke hari ini mereka semua menolak akidah syiah. Diantara ulama besar salafussaleh yang menolak Syiah adalah Imam Syafi’i:

 عن يونس بن عبد الأعلى يقول: سمعتُ الشافعي إذا ذُكر الرّافضةُ عَابَهُمْ أَشَدَّ الْعَيْبِ فَيَقُوْل شَرَّ عِصَابَةِ
 Dari Yunus bin Abdil A’la, beliau berkata: “Saya telah mendengar Imam Syafi’i, apabila disebut nama Syi’ah Rafidhah, maka ia mencelanya dengan sangat keras, dan berkata: “Syiah itu Kelompok terjelek.” Manaqib Imam as-Syafii oleh Imam Baihaqi, Juz 2:486
Imam Ahmad bin Hambal juga menolak Syiah:

“Mereka itu adalah golongan yang menjauhkan diri dari sahabat Nabi Muhammad s.a.w dan mencelanya, menghinanya serta mengkafirkannya, kecuali hanya empat orang saja yang tidak mereka kafirkan, yaitu Ali, Ammar, Migdad dan Salman. Golongan Rafidhoh (Syiah) ini sama sekali bukan Islam.” (Kitabus-Sunnah Imam Ahmad, hal.82).

Imam Ahmad dalam Musnadnya, Juz 4: 148 no. hadits: 1265 menurunkan riwayat:
حَدَّثَنَا عَبْد اللَّهِ حَدَّثَنِي عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا شَرِيكٌ عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ عَنْ عَاصِمِ بْنِ ضَمْرَةَ قَالَ: قُلْتُ لِلْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ إِنَّ الشِّيعَةَ 
يَزْعُمُونَ أَنَّ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَرْجِعُ قَالَ كَذَبَ أُولَئِكَ الْكَذَّابُونَ لَوْ عَلِمْنَا ذَاكَ مَا تَزَوَّجَ نِسَاؤُهُ وَلَا قَسَمْنَا مِيرَاثَهُ

Telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepadaku ‘Utsman bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Syarik dari Abu Ishaq dari ‘Ashim bin Dhamrah berkata; aku berkata kepada Hasan bin Ali; “Sesungguhnya orang-orang Syi’ah menyangka bahwa Ali Radhiallah ‘anhu hidup kembali.” Hasan menjawab; “orang-orang pendusta itu telah berdusta. Seandainya kami tahu hal itu (sebelumnya) niscaya kami tidak akan menikahi wanita-wanita mereka dan tidak akan kami bagi harta waris mereka.” (Musnad Ahmad no.:1265 berkata Syeikh Syuaib Ornouth, riwayat ini hasan).

Imam Bukhari juga menolak Syiah:

“Bagi saya sama saja, aku sholat di belakang imam beraliran Jahmiyah atau Rofidhoh (Syiah) atau aku sholat di belakang imam Yahudi atau Nasrani, bagiku mereka ini beda tipis. Dan seorang Muslim tidak boleh memberi salam pada mereka, dan tidak boleh mengunjungi mereka ketika sakit juga tidak boleh kawin dengan mereka dan tidak menjadikan mereka sebagai saksi, begitu pula tidak makan hewan yang disembelih oleh mereka.” (Kitab Khalqu ‘Af’alil-‘Ibad oleh Imam Bukhari, hal.125)

Sebenarnya banyak lagi para ulama terkemuka yang menolak akidah Syiah, namun karena terbatasnya waktu, mungkin lain kali kita bias bicarakan secara panjang lebar.

Dimana titik bahayanya akidah Syi’ah bagi umat Islam?
Agar anda tau dimana letak bahaya Syiah. Anda bisa lihat sejarah umat Islam dizaman Dinasti Abbasiah. Dimana dinasti Fathimiyah di Mesir didirikan oleh Syiah. Dinasti ini untuk melawan Dinasti Abbasiyah Di Baghdad (Irak sekarang) pada waktu itu. 

Apa yang terjadi? Pada saat itu Palestina hilang dari tangan umat Islam. Sehingga muncul Panglima besar Shalahuddin Al-Ayubi menggulingkan Dinasti Fatimiyah di Mesir dan mempersatukan kembali umat Islam dibawah satu khilafah Islamiyah. Kemudian merebut kembali Palestina yang hilang.

Dan kini Dinasti Iraniyah didirikan untuk melawan sisa sisa kerajaan turki Usmaniyah. Keadaan yang sama terjadi, dimana Palestina kembali hilang dari tangan umat Islam untuk kedua kalinya. Maka jika kita merujuk sejarah masa lalu maka dapat dipastikan bahwa jika umat Islam mau Palestina kembali ke tangan umat Islam maka umat Islam harus bersatu dan Syiah ditolak wujudnya sebagai sebuah pemerintahan seperti di Iran. Ini yang dilakukan oleh Shalahuddin Al-ayubi pada zaman tempo dulu.   

Dalam konstalasi terkini politik di tanah air, beberapa pentolan Syi’ah masuk ke partai Politik, ikut Pemilihan Legislatif dan menang, seperti Jalaluddin Rakhmat, apa kira-kira agenda mereka masuk ke Parlemen?
Syiah punya satu akidah yang dinamakan “Taqiyah”, yaitu seorang syiah dapat berdusta demi kebenaran versi syiah. Padahal kebenaran tidak memerlukan sebuah dusta sebagai payungnya. 

Oleh karena itu tidak heran jika Syiah bersekutu dengan puak sekulerisme sebagai payung undang-undangnya. Jika ini yang terjadi maka syiah akan tetap eksis sebagai sebuah organisasi yang dilindungi. Inilah tugas pentolan Syiah masuk parlemen agar bisa berkoalisi dengan kaum liberal untuk melanggengkan syiah di Indonesia.

Dalam beberapa kasus, Syi’ah lebih dekat dengan kalangan Islam Liberal yang biasa menghujat Islam ketimbang dengan umat Islam (Sunni), apakah mereka bekerja sama?

Kerja sama secara tertulis dengan perjanjian khusus saya tidak tau. Namun kerjasama dalam bentuk saling mendukung ini memang nyata wujudnya. Ini bisa terlihat jika ada yang mengkritisi kaum liberal maka kaum syiah juga ikut membela kaum liberal, begitu jika anda kritisi kaum syiah maka kaum liberal akan membelanya. Inilah yang saya namakan bersekutu dibalik tameng minoritas.

Jika anda sering masuk FaceBook.com dan sering berdiskusi maka anda akan menjumpai dua golongan besar dalam arus pemikiran Islam modern, yaitu pemikiran Liberal dan Islam. Pemikiran liberal didukung oleh JIL dan Syiah sedangkan pemikiran Islam di dukung oleh ormas Islam termasuk MUI. 

Namun Syiah pandai memainkan Isu sehingga pihak yang sering mengkritisi Syiah akan diklaim sebagai Islam garis keras, Islam radikal dan sebagainya. Namun pertanyaannya apakah MUI termasuk aliran garis keras? Apakah menteri agama Surya Darma Ali termasuk Islam Radikal?

Dalam beberapa diskusi yang kami ikuti, salah satu logika Syi’ah mengatakan, “Lebih baik Dipimpin Seorang Kafir daripada Seorang Muslim yang Korup”. Pandangan dan statemen-statemen mereka ini seperti mengiring opini bahwa Muslim Sunni itu tidak ada yang layak jadi pemimpin karena identik dengan Korupsi. Padahal, Muslim itu tetap lebih baik dari Kafir kan? Dan tentunya, sangat banyak pilihan calon-calon pemimpin Muslim yang tidak korup sehingga logika “Lebih baik Dipimpin Seorang Kafir daripada Seorang Muslim yang Korup” menjadi sesuatu yang sangat menyesatkan. Bisa Anda jelaskan mengapa mereka membangun logika seperti ini dan apa tujuan mereka?

Logika ini pada dasarnya bukan logika Syiah, namun dikeranakan Syiah bersekutu dengan kaum Liberal maka pemikiran tersebut tidak dapat di pisahkan dengan syiah yang ada sekarang. Hal yang sama juga terjadi pada pemikiran mencaci shahabat nabi bahkan sampai mengkafirkannya. 

Pada dasarnya pemikiran ini bukan pemikiran Syiah murni namun karena sebagian Syiah adalah orang Yahudi yang menyamar menjadi Syiah dengan niat ingin menjelek-jelekkan shahabat nabi. Maka pada posisi ini sangat sukar untuk dibedakan antara pemikiran syiah pada satu sisi dan pemikiran Yahudi untuk menjelekkan Islam pada sisi yang lain.

Maka tidak heran jika ada logika dari kaum liberaris-syiah ada yang mengatakan bahwa “Lebih baik Dipimpin Seorang Kafir daripada Seorang Muslim yang Korup”. Bagi kaum liberaris-syiah pemikiran ini adalah sebuah kebenaran yang perlu dipertahankan jika anda mau mengkritinya. 

Namun bagi umat Islam, pemikiran tersebut sangat berbahaya untuk masa depan Islam. Mengapa? Karena liberaris-syiah telah menghilangkan satu syarat utama pemimpin umat Islam, yaitu seorang pemimpin adalah seorang muslim. Baik pimpinan sebagai Presiden, Gubernur, Bupati dan sebagainya. 

Umat Islam bisa dipimpin oleh seorang pendosa besar atau bermaksiat pada Allah. Namun pimpinan dalam Islam harus seorang Muslim. Mengapa harus muslim?. Karena tujuan hidup dalam islam bukan semata-mata kesejahteraan kehidupan duniawi namun juga harus sejahtera di akhirat kelak. 

Pemahaman seperti ini telah disepakati oleh para ulama Islam dari dulu sampai sekarang. Maka sangat aneh bin ajaib jika ada pemikiran nyeleneh “Lebih baik Dipimpin Seorang Kafir daripada Seorang Muslim yang Korup”. Saya melihat yang berpikiran seperti itu telah sangat jauh dari Islam. Lebih baik ia segera taubat pada Allah.

Banyak umat Islam terpengaruh dengan logika-logika yang dibangun Syi’ah sehingga kemudian ada umat Islam Sunni yang menjadi Sekuler Liberal, apa benar Logika Syi’ah Mempengaruhi Seorang Muslim agar Liberal ?. 

Strategi kaum Syiah agar mendapat dukungan dari manyoritas umat Islam Sunni adalah dengan cara menjadikan umat Islam agar sebisa mungkin berpikiran seperti sekuler-liberal. Makin sekuler dan liberal seorang muslim dalam berpikir maka semakin mudah akidah syiah diterima. Begitu sebaliknya semakin jauh seorang muslim dengan cara berpikir sekuler-liberal maka semakin berani menolak Syiah atau aliran sesat lainnya.

Pemikiran sekuler-liberal tidak akan pernah menduduki suatu bangsa dan negeri umat Islam modern kecuali di situ ada aliran syiah yang mendukungnya. Maka jika disitu ada syiah maka kaum sekuler-liberal ada di belakangnya. Kerena tidak mungkin seorang sunni berani mengkritisi para Shahabat nabi apalagi nabi besar Muhammad SAW, kecuali yang berani mengkritisinya adalah kaum syiah atau kaum sekuler-liberal.

Bisa disebutkan contohnya?
Bagi kaum Islam sunni Nabi Muhammad adalah maksum (manusia tanpa dosa), beliau adalah manusia terbaik di Dunia. Namun bagi kaum sekuler-liberal tidak ada manusia yang terbaik di dunia ini, semua manusia samasaja. Begitu juga dengan akidah sebagian kaum syiah bahwa nabi Muhammad bukan manusia terbaik, boleh jadi Ali yang terbaik. 

Dalam kasus yang lain penganut Syiah tidak mengakui para shahabat sepuluh yang dijamin masuk surga kecuali Ali, bahkan dianggap sebagai kaum munafik. Begitu juga dengan pemahaman kaum Sekuler-liberal bahwa tidak ada seorangpun yang terjamin masuk surga.
Dalam beberapa kesempatan saya sempat beradu argumentasi dengan beberapa sekularis-liberalis di Aceh yang berpemahaman seperti itu. Namun yang paling mengejutkan saya dimana pada mulanya saya berpirikir dia hanya seorang Sekuler-liberal sejati namun ternyata pendukung Syiah juga. 

Di Indonesia misalnya seorang tokoh liberal sekaligus tokoh syiah adalah Jalaluddin Rakhmat dan banyak tokoh yang lain lagi. Hanya saja martabat dan level yang berlainan. Sebenarnya ada banyak kasus yang berafiliasi antara syiah dan kaum Sekuler-liberal. Jika anda tidak percaya dengan pernyataan saya anda dapat menyelidiki sendiri dengan lebih dalam.

Syukran Ustaz atas waktunya
Sama-sama.. wa iyyakum

Sumber: Jurnal Dayah