Dengar Nasehat Guru, Nur Masyitah Raih Juara II Lomba Baca Kitab Tafsir se-Nasional
![]() |
Nur Masyitah |
Nur Masyitah, gadis manis asal
Lhokseumawe ini berhasil meraih juara II Cabang Tafsir Bahasa Indonesia di even
Nasional Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) di Jambi awal September lalu. Tentu,
ini suatu prestasi yang sangat membanggakan bagi masyarakat Aceh mengingat Nur
Masyitah yang merupakan alumnus Dayah Ruhul Islam Anak Bangsa ini telah
berhasil menjadi salah satu yang terbaik setelah bersaing dari perwakilan para
santri dari 33 Kabupaten di Indonesia.
Kepada Suara Darussalam,
Nur Masyitah menjelaskan kunci suksesnya sehingga
bisa masuk final di ajang MQKN.
Menurutnya, keberhasilannya masuk
ke final di even tersebut adalah berkat ia mendengar nasehat guru dan do’a orang tua.
“Ada sesuatu
hal yang berbeda ketika guru saya memberikan beberapa nasihat tentang trik-trik yang harus
dilakukan sebelum tampil pada hari H-nya. Saya ingat nasehat beliau”, ujar Nur Masyitah di Banda Aceh,
(27/8).
Saat itu, kata Masyitah,
gurunya berpesan agar tidak panik, tenang dan terus focus, baik sebelum hari H maupun saat tampil dan di saat juri mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
“Begitu juga ketika sebelum bertanding, kadang saat kita mendengar ada lawan kita yang sudah menjadi langganan juara di setiap event perlombaan,
dia anak si fulan, telah belajar di tempat ini dan itu, dan lain sebagainya, terkadang pikiran-pikiran seperti itu membuat kita panik dan putus asa. Jadi saya ingat pesan guru, bahwa kita harus tetap tenang harus agar bisa menampilkan yang terbaik. Dan yang penting lagi, saat-saat kita jangan lupa meminta doa
dari orag tua”, terangnya lagi.
Menurut Masyitah yang saat ini
tercatat sebagai Mahasiswi Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam Arab (LIPIA) Banda
Aceh ini, Gurunya pernah berpesan kepadanya, kebanyakan orang
mengira sukses itu hanya di dapatkan oleh orang-orang yang pintar, memiliki IQ yang tinggi dan lain
sebagainya.
“Tapi apakah ketika seseorang memiliki IQ yang biasa- biasa saja berarti
mereka hina? Kan tidak, kita harus husnudhan
kepada Allah Swt dan terus berusaha belajar”, katanya.
Buktinya, kata Masyitah, banyak
orang yang biasa- biasa saja, IQ nya
juga standar- standar saja,
tapi bisa meraih nilai terbaik.
“Kuncinya ya itu tadi, rajin mengulang pelajaran, mengerjakan tugas yang diberikan, dengar nasehat guru dan minta do’a orang tua”,
ujar Masyitah lagi.
Tetap Tawadhu’
Menurut Masyitah, hati sangat berperan penting dalam segala hal apalagi dalam event-even
perlombaan. Maka menjaga hati agar tetap tawadu’
itu sangat penting, ia agar tetap bersih dan jauh dari bisikan syaitan.
“Beberapa hal lain yang seperti berwudhuk, bershalawat kepada Rasul, membaca surah Alfatihah, surat al Fath, surat al Muluk ketika kita
sudah merasa dihantui dengan ketakutan dan rasa gugup. Dengan itu Insya Allah itu akan
lebih membatu kita menjadi lebih tenang”, terangnya menjelaskan
strategi ia meraih juara.
Hadirkan wajah
orang tua saat belajar
Suara Darussalam menanyakan kepada Masyitah bagaimana
ia mengatur waktu belajar di
tengah kesibukannya mengajar di Dayah Insan Qurani, menurutnya, waktu yang paling enak untuk belajar yaitu setelah shalat dan mengaji, apalagi jika
harus mennghafal.
Disamping itu, waktu yang paling ia senangi untuk belajar yaitu ketika sedang berkumpul
bersama teman-teman. Saat kumpul bareng
teman, saya manfaatkan untuk belajar
bersama. Masyitah juga mengakui, ia
bahwa di antara strateginya dalam belajar adalah dengan menghadirkan wajah kedua orang tua dalam setiap
langkahnya.
“Hal ini terasa sudah menjadi hal yang wajib bagi saya”, terang Masyitah.
Masyitah juga mengakui, ia
sering mnecoba mengembalikan memorinya tentang tujuan utama ia belajar dan meraih itu kesuksean itu.
Dengan menghadirkan wajah orang tua, Masyitah mengaku kembali bersemangat untuk
belajar dan meraih prestasi. Dengan begitu, Masyitah ingin membuat orang tuanya bahagia dan ridha kepadanya sehingga
ia harapkan agar Allah juga ridha kepadanya.
Di samping itu, Masyitah
mengakui, untuk membangkitkan motivasi belajar ia sering duduk bersama teman-temannya yang sedang semangat dalam belajar.
Dengan cara seperti itu, ia akan turut kembali bersemangat.
Masyitah bahagia
dengan syari’at Islam
Berkait dengan penerapan syari’at Islam di Aceh,
Masyitah mengaku sangat mendukung syari’at Islam diterapkan secara kaffah.
“Islam itu adalah agama yang kaffah, mengatur setiap sendi kehidupan
dan sampai urusan sekecil apapun. Jadi, penerapan syariat Islam
di Aceh menjadi suatu kebanggan tersendiri bagi saya walaupun menurut saya itu
belum sepenuhnya terjalankan”,
ujarnya.
Masyitah memberi contoh, mesjid-mesjid yang ada di Aceh, tempat wudhu’ laki-laki dan perempuan, ada yang berdekatan, ada pula yang tempat wudhu’ perempuan itu terbuka.
“Apakah hal-hal yang demikian tidak di atur dalam islam?”, ujarnya mempertanyakan.
Begitu juga, kata Masyitah, di pinggiran-pinggiran pantai dan tempat-tempat santai lainnya, kita lihat laki-laki dan
perempuan bercampur di suatu tempat yang sama.
“Apakah ini baik menurut agama kita? Kan tidak?”, ujarnya dengan nada kecewa.
Atas fenomena ini, Masyitah
berharap agar di setiap tempat yang akan
diterapkan syariat Islam,
hendaknya daerah itu di pimpian oleh seorang yang faqih dalam agama, sehingga dalam hal-hal yang
kecil yang penting dalam Islam tidak di remehkan.
Dalam wawancara dengan Suara
Darussalam ini, Masyitah juga menyinggung fenomena remaja Aceh yang dilihatnya banyak yang
melanggar syari’at Islam. Menurutnya, ini seperti halnya di Mesir juga, ada yang berasal dari keturunan Fir’aun dan ada pula
keturunan Nabi Musa As. Ada yang baik dan ada yang buruk.
“Nah, begitu juga di Aceh, ada sebagian orang yang sudah mulai paham dengan kebenaran hakiki, ada juga sebagian orang yang belum
mengetahuinya sama sekali”, katanya.
Oleh sebab itu, menurut
Masyitah, tidak ada cara lain yang harus ditempuh untuk terus
memperbaiki diri, yaitu dengan kesadaran yang harus di tumbuhkan dari diri sendiri. Terakhir, Masiytah mengajak kita semua untuk memperbaiki diri sehingga ke depan akan
melahirkan generasi yang berasaskan Islam.
“Karena baik buruknya dunia ini tergantung perempuan. Jika
perempuannya baik, maka baik pula dunia ini, begitu juga sebaliknya. Jika perempuannya buruk, maka rusaklah dunia
ini”, pungkas Masyitah bersemangat. [TZ/Majalah Suara Darussalam Edisi 6]
BIODATA
Nama: Nur Masyithah
TTL: Lhokseumawe, 11 april 1996
Riwayat Pendidikan:
-
TK Pertiwi
Lhokseumawe
-
MIN 1 Banda Aceh
-
SMP Islam
Darul Ulum
-
MAS Ruhul
Islam Anak Bangsa
Pendidikan saat
ini: LIPIA Banda Aceh
Cita-cita: dosen