Barat Sediakan Infrastruktur Sambut Wisatawan Muslim, Aceh Belum
Mujiburrizal |
BANDA ACEH – Objek wisata yang paling diminati masyarakat dunia saat ini yang paling
diminati adalah “wisata Islami”. Kalau dulu wisata itu identik dengan
kegiatan-kegiatan negatif, hura-hura, namun beberapa tahun terakhir ini telah
berubah menjadi “halal tourism”, atau wisata syari’ah.
Hal itu
disampaikan praktisi wisata syari’ah Aceh, Mujiburrizal, MA saat ditemui Suara Darussalam di Banda Aceh, Kamis,
(6/11).
Menurut Mujiburrizal,
saat ini orang-orang sudah mulai jenuh dengan wisata konvensional (non
syari’ah) yang akrab dengan maksiat sehigga mereka semakin ingin kembali kepada
fitrah suci. Dan untuk alasan itu,
mereka sudah mulai mencari target wisata halal, atau Islamic Tourism, atau istilah lain wisata religi.
Selain itu,
kata Mujiburrizal, komposisi umat Islam
hari ini ada 1,6 Miliar umat Islam di dunia, dan ini adalah potensi pasar yang
luar biasa untuk menjadi industri pariwisata syari’ah.
“Hari ini,
pengeluaran belanja atau uang dari wisatawan Muslim saat berwisata itu lebih
tinggi dibandingkan wisatawan biasa. Jadi, melihat potensi ini, negara-negara
non Muslim pun membuat konsep wisata Syari’ah dengan tujuan untuk menarik wisatawan
Muslim agar uang wisatawan Muslim ini beredar di negara mereka”, ujar
Mujiburrizal.
Ia menambahkan,
bahwa di antara negara yang sedang menggalakkan konsep wisata halal (halal tourism) adalah Australia, China,
Jepang, Hongkong, Taiwan, Inggris, Swiss, Scotlandia, Kanada, Argentina, Italia
dan Turki. Bahkan, termasuk Amerika Serikat ikut menggalakkan konsep halal taurism.
“Secara jangka
panjang, ini akan memberi efek besar bagi perkembangan dakwah Islam dan
memperbanyak jumlah penganut ajaran Islam. Sebab, secara tidak langsung
kunjungan wisatawan Muslim akan membuka akses bagi perkembangan dakwah Islam di
suatu negara”, katanya lagi menambahkan.
Mujiburrizal
memberi contoh pernyataan CEO Hongkong ‘Tourism Board’, Anthony Lau, bahwa Hongkong harus
menyiapkan lebih banyak lagi Masjid, Mushalla dan Makanan Halal untuk
meningkatkan kedatangan Wisatawan Muslim.
“Jadi,
negara-negara luar memahami adanya arus besar kunjungan wisatawan Muslim, dan
mereka memanfaatkan ini untuk tujuan ekonomi, menambah devisa negara sehingga
mereka menyiapkan banyak infrastruktur
untuk menyambut kunjungan wisatawan Muslim”, ujarnya Mujiburrizal yang
merupakan alumnus Institute Seni Budaya Islam Malaysia ini.
Sementara kita,
kata Mujiburrizal, hari ini Aceh belum serius melihat pasar wisata berbasis
syari’ah ini sehingga pengelolaan wisata kita masih kampungan.
"Kita tidak menyiapkan
diri secara maksimal menyambut kunjungan wisatawan Muslim di saat negara-negara
non Muslim sendiri telah menyiapkan banyak infratrukturnya untuk menyambut
kunjungan wisatawan muslim", pungkasnya. [Zulkhairi]
Bersambung: Peluang Besar Wisata Berbasis Syari’ah di Aceh
Bersambung: Peluang Besar Wisata Berbasis Syari’ah di Aceh