Azwir Nazar, Kandidat Doktor di Turki yang Bangkit Pasca-tsunami
Azwir Nazar (31), masih membekas di benaknya peristiwa
tsunami pada 2004 silam.
Bagaimana tidak, ratusan ribu nyawa melayang dihantam gelombang dahsyat di
depan matanya. Namun begitu, Azwir masih diberi berumur panjang, dan kini ia
tercatat sebagai salah satu kandidat doktor komunikasi pada sebuah universitas
di negara Turki.
"Saya
waktu itu sedang mandi di Ulee Lheue dengan Khairul Huda,
Keuchik Blangkrueng. Waktu mulai gempa saya berenang dan tak merasakan apa-apa. Baru
setelah sampai di tepi saya merasakan goncangan dahsyat itu," kenang
Azwir.
Sebelum air itu datang, di sepanjang jalan dia melihat orang-orang menyeruak. Mereka duduk bersama
kerabat dan keluarga. Ada beberapa rumah juga runtuh. Begitupun rumah sakit Meuraxa yang pasiennya dikeluarkan. Tapi Azwir dan temannya langsung berlalu melihat
pemandangan yang
memilukan itu.
Saat sampai di Masjid Raya, baru
orang-orang berlarian. Seperti huru-hara. “Tapi
saat itu saya belum tahu ada kejadian apa? Malah ada yang berteriak kebakaran. Karena
langit sudah menghitam, seperti mendung. Akhirnya kami memutuskan menjauh lari
dari kerumunan manusia yang berdesakan itu. Baru kemudian saya melihat air
hitam pekat. Alhamdulillah saya selamat dan tidak ada kena air,” jelasnya.
Malam itu
Azwir ikut mengungsi di Blang Bintang,
kawasan Bandara Sultan Iskandar Muda, dan baru tahu kalau kampung
halamannya juga bersih disapu Tsunami. Seluruh bangunan rata dengan tanah. Keluarganya pun menjadi
korban Tsunami.
"Saya hanya selamat berdua dengan adik,
dan kami bertemu pada hari kedua,"
tukasnya mengenang.
Lalu mereka
mengungsi ke Blang Bintang.
Kebetulan neneknya orang
Blang Bintang. Setelah lebih kurang tiga bulan mengungsi di Blang Bintang,
bersama masyarakat nelayan pulang
kampung dan tinggal di tenda. Bersama-sama masyarakat berjuang dan bangkit dari tsunami. Azwir juga menjadi
orangt ua
tunggal bagi adiknya yang saat itu berusia kelas tiga SD.
Mahasiswa
Aktif
Azwir tergolong mahasiswa aktif berorganisasi. Ia aktif sebagai Remaja Mesjid, Pelajar Islam
Indonesia (PII), Iskada, Imada, HPI, AlWashliyah, dan
organisasi kemasyarakatan lainnya.
Ia salah satu mahasiswa yang beruntung waktu itu. Pada 2001
Azwir mendapat Undangan Masuk Universitas (USMU), tapi
orangtuanya menginginkan dia tetap di Aceh. Padahal ia juga
lulus di IIUM (International University Malaysia) Gombak, Kuala Lumpur. Karena
mengikuti keinginan orang tuanya Azwir memilih kuliyah di Tadris
Bahasa Arab (TBA) IAIN Ar Raniry Banda Aceh.
Saat
kuliah Azwir menjadi aktivis kampus. Kiprahnya di bidang menulis
dan sering memberi materi training serta menjadi
pembicara kegiatan remaja tak bisa disangkal lagi. Azwir juga pernah menjadi
konsultan media sekolah seperti Jeumpa Puteh di SMU 1 Banda Aceh dan Gema Man
Model Banda Aceh.
Lelaki kelahiran 4 Januari1983 ini berasal dari keluarga
nelayan di Kuala
Gigieng, Aceh Besar. Wajar saja kalau ia
pintar, sebab setiap hari mengkonsumsi kepala ikan. "Kami ini pemakan ikan segar" kata
Azwir.
Azwir sering ikut cerdas cermat dan lomba
bidang studi mewakili sekolahnya. Saat SMP, Azwir masuk pesantren Darul Ulum di
pusat kota Banda Aceh selama 3 tahun. Sementara Aliyah dia tamatkan di MAN
Model Banda Aceh.
Sejak MAN dia sudah hobi menulis, dia juga
bersama temannya menginisiasi lahirnya buletin 'As-Sikiin' di sekolahnya. Lalu
Azwir mendapat kesempatan untuk belajar menulis (magang) di tabloid Gema Baiturrahman. Sebuah tabloid terbitan
Jumatan di Masjid Raya Baiturrahman.
"Setiap pulang sekolah saya selalu ke Gema
di Mesjid Baiturahman. Saya dipaksa menulis oleh Bang Sayed Muhammad Husen,
senior di PII. Ada juga Ust Ameer Hamzah, bang Hilmi Hasballah, bang Murizal
Hamzah, Bang Juniazi. Jadi mulai tahun 1999 saya sudah sering di Mesjid Raya,”ungkapnya.
Sejak jadi jurnalis mesjid inilah Azwir mulai
aktif menulis dan tulisannya dimuat di media. Baik lokal maupun nasional.
Pada 2005 ia pernah bekerja di organisasi
sipil Achehnese Civil Society Task Fource (ACSTF) dan bergabung dengan Jaringan
Demokrasi Aceh (JDA) untuk advokasi UUPA. Setahun kemudian diundang menjadi pembicara dan partisipan internasional dalam International Peace Camp Conference
di Korea Selatan. Mulai Juli
2006-2008 bekerja dan menjadi manager program Suloh Aceh, Organisasi Jaringan
di Banda Aceh.
September 2007 Azwir mendapat gelar sarjana di UIN Ar Raniry. Organisasi
pertamanya adalah PII. Kemudian ia juga pernah menjadi Ketua Umum ISKADA Mesjid
Raya Banda Aceh, Sekjen PB HPI, dan Sekjen PB IMADA (Ikatan Mahasiswa Alumni
Dayah Aceh).
Pada 2008
Azwir menjadi salah satu duta internasional dari 13 negara mengikuti Internasional
Solidarity Mission to Mindano. Dia juga pernah bekerja tiga bulan di Tim UNDP program
asistensi Gubernur bidang Human Resource.
Awal 2010 Azwir lulus di Komunikasi Politik Universitas Indonesia (UI). Salah satu jurusan bergengsi di Kampus nomer satu di Indonesia. Dia
berguru dengan Prof Ikrar Nusa Bhakti, Prof Syamsuddin Haris, Prof Maswadi
Rauf, Efendi Ghozali, Eep Saifulloh Fatah, dan tokoh Nasional lain.
Bakat aktivisnya juga terus dibawanya. Dia
sering menjadi mentor dan motivator training serta pemateri di IMAPA,
Kompajaya, dan beberapa Organisasi lain. Masa-masa training itu adalah
masa-masa paling indah, ujarmya. Pernah menjabat Sekjen Ikatan Mahasiswa
Pascasarjana (impas). Saat kuliah sering menulis tentang Politik Aceh dan
pernyataannya sering dikutip media.
Azwir sekarang juga masih tercatat sebagai
Dewan Pimpinan Pusat (DPP) KNPI 2011-2014. Peraih beasiswa BPPS ini juga membangun jaringan luas di Jakarta. Dia disebut sangat dekat dengan
General Secretary Kadin Turki. Pada Juli
2011 ia ikut menyambut Abdullah Gul,
President Turki dengan 600 pengusaha Turki saat menggelar Bisnis Forum
Indonesia-Turki.
Tidak
berhenti di situ, beberapa kali dia juga diminta mengorganisir
training dan pertemuan Euro Asia Foundation di Ibukota. Lulus di UI dan bekerja di Konsultan Politik pada September 2012. Tapi Juni
2013 Azwir menjadi peraih beasiswa PhD pemerintah
Turki dan memilih melanjutkan kuliah. Akhirnya September 2013 berangkat ke
Turki dan lulus di kampus terbaik di Turki.
"Saya berdiri disini karena rahmat Allah, doa orang tua, para guru, sahabat dan orang kampung serta orang-orang yang mencintai
saya. Selain itu saya tidak memiliki apa-apa. Saya hanya anak tsunami dan
nelayan yang memiliki tekad kuat untuk belajar," tandasnya.
Meski orang baru di Turki, Azwir
menjadi tokoh Mahasiswa. Dia terpilih menjadi Ketua Majelis Perwakilan Anggota
(MPA) Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) 2014-2015. MPA itu seperti MPR
(parlemen) Lembaga Mahasiswa tertinggi. Sekarang sekitar 800 mahasiswa
dan 1.100 WNI di Turki. Selain itu,
ia juga menjadi Tuhapeut Ikatan Masyarakat Aceh Turki (Ikamat).
Sebagai sebuah organisasi masyarakat
dan mahasiswa Aceh yang dibentuk 2011 lalu, Ikamat adalah Organisasi terbesar kedua
setelah PPI. Mahasiswa dan Masyarakat Aceh kompak di Turki. Jumlahnya hampir 150 orang.
Ikamat
memiliki buletin dan radio sendiri. Anak-anak Aceh di Turki juga banyak yang potensial dan muncul. Mereka
sangat sayang dengan Aceh, meski
kuliahnya bukan beasiswa Aceh.
Di sana Azwir
tinggal di asrama pemerintah
bersama
dengan lebih 1.000 orang dari 154 negara. “Orang Turki persis seperti orang Aceh. Keras kepala,
kasar, pemarah, tapi mereka sangat setia dan
dermawan,” tukasnya.
Katanya, Turki
sangat indah, sejarahnya, peradabannya, maupun pesona alam dan
letak strategis di
dua benua. Ekonomi Turki
terus membaik dan sekarang bebas utang. Tahun depan, dari Turki juga bisa berlenggak ke Eropa dengan satu visa. Transportasi
di Turki paling nyaman dan
makanannya juga beranekaragam. Bagi yang suka ilmu sosial memilih kuliah dan
riset di Turki sangatlah tepat.
“Saran buat yang ingin belajar di Turki untuk ikut
beasiswa Pemerintah Turki (ytb), jangang mudah tergiur dengan janji lembaga
tertentu yang menyediakan beasiswa,” jelas Azwir berbagi tips sekaligus mengakhiri
wawancara dengannya. [Syuhada]
Biodata
Azwir
Nazar Lambada Lhok, 4 January 1983 Pendidikan: S1 ; Tadris Bahasa Arab (Uin Ar
Raniry) 2001-2007 S2. ; Komunikasi Politik (universitas Indonesia) 2010-2012
S3. ; Komunikasi Politik ( Hacettepe University) 2013- sekarang. Organisasi: ketua umum iskada Banda Aceh
2003-2005 Sekjen PB Imada (2006) DPP Knpi 2011-2014 ketua MPA PPI turki 2014-2015. Email: azwir.nazar@yahoo.com twitter ; @azwirnazar FB ; Azwir Nazar