Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Keluarga Damai Pencetak Generasi Jenius


Ilustrasi dua anak mencium tangan orang tuanya. Foto: anggawakurnia.blogspot.com
Oleh: Fanny Tasyfia Mahdy S.HI

Keluarga adalah susunan masyarakat terkecil yang terdiri dari Ayah, Ibu, dan Anak. Di dalam keluarga ini, tercipta pembentukan karakter, tingkah laku dan kecerdasan anak-anak. Keluarga damai adalah keluarga yang berlandaskan syari’at dan menjalankan sebagaimana hukum Allah yang berlaku. Keluarga damai lahir dari kedua pasangan yang berlandaskan keta’atan kepada Allah semata. 

Oleh karena itu, haruslah dari pasangan yang kafaah. Maksudnya adalah, pasangan yang sesuai menurut perintah mencari jodoh di dalam Al-Qur`an.

Keluarga damai adalah tempat untuk mencetak dan membentuk keluarga jenius. Jenius dalam berperilaku dan jenius dalam pengetahuan. Anak-anak yang lahir dari keluarga yang damai akan menciptakan hatinya tenteram untuk menerima segala bentuk ilmu dan pengetahuan yang dipelajarinya. 

Keluarga damai bukanlah keluarga yang  didasarkan pada harta melimpah, dan bukan pula keluarga damai jika memanjakan sang keluarga kecil dengan harta dan fasilitas mewah. 

Keluarga damai adalah keluarga yang lahir dari kecerdasan dalam mengelola harta dan memanfaatkannya sesuai kebutuhan. Namun, hal ini tidak akan sejalan bila salah seorang anggota keluarga berlaku boros dan tamak. Hal ini harus berjalan sebagaimana prinsip yang sudah dibangun. Keluarga damai adalah keluarga yang selalu menampakkan kesederhanaan dalam berbusana dan dalam bergaul dengan masyarakat.

Bila terdapat anak-anak yang berbusana berlebihan dan melanggar syari’at maka keluarganya patut dicurigai. Semestinya anggota keluarga harus menegur sang anak dalam berbusana boros dan tidak syar’i. 

Namun, entah mengapa pemandangan menusuk mata dengan pakaian tidak syar’i semakin banyak saja dijumpai. Ironis, karena anak-anak yang baru tumbuh seharusnya dididik untuk mena’ati peraturan dan menjauhkan larangan-Nya.

Padahal, dengan pengalaman hidup kedua orangtua seharusnya anak-anak harus bebas dari kemaksiatan kepada Allah. Bukan tidak mungkin, kedua orangtua mengerti dan faham maksud Allah yang termaktub di dalam Al-Qur`an. 

Tapi entah mengapa dalam prakteknya tidak condong kepada syari’at. Ini mengherankan, dimana penggalakan syari’at Islam terus didakwahkan. Tidak masuk akal, jika ada keluarga yang tidak memahami maksud tersebut. Karena umat Islam sebenarnya berpedoman kepada Al-Qur`an bukan trend yang berlaku.

Keluarga damai adalah keluarga yang semasa hidupnya hatinya damai, dan bahkan ketika ajal menjemput hatinya juga damai. Susah dan langka mencari keluarga damai saat ini, karena sifat hedonisme telah menjamur dengan cepat tanpa tahu asal-muasal akar tersebut. 

Maka dalam memilih jodoh yang kafaah haruslah berbasis kepada Al-Qur`an dan Hadis. Tidak boleh sembarangan memilih, apalagi melanjutkan terus hubungan pacaran sampai pintu perkawinan. Maka anak-anak yang lahir bukanlah anak-anak yang jenius dan syar’i. 

Memilih jodoh berbasis ilmu agama adalah yang utama, bahkan Rasulullah SAW, mengatakan bahwa jika tidak memilih pasangan bukan berdasarkan agama maka seperti menepuk debu di telapak tangan. Tidak ada gunanya. 

Saat sang anak lahir ke dunia, maka sehari-hari yang jadi pelajaran dalam hidupnya adalah kedua orangtuanya sampai dewasa. Apabila kedua orangtua tidak mencerminkan perilaku syar’i maka agama akan asing baginya. Sehingga meski syari’at Islam terus didakwahkan. Maka Ia pun tutup telinga dari dakwah ini.

Namun, jika keluarga lahir dari keluarga Islami berbasis Al-Qur`an dan Sunnah Rasululullah. Maka sang anak juga dengan mudah menerima dan mengerti maksud dari syari’at Islam. Maka terciptalah keluarga damai. 

Bukan hanya sakinah, mawaddah warahmah. Jika didapati sang anak berlaku cerdas dalam ilmu pengetahuannya namun dalam praktiknya tidak sesuai seperti kecerdasan ilmunya, maka anak tersebut tidak layak disebut cerdas. Artinya, ilmu dan praktiknya tidak sesuai. Namun, jika ada anak-anak yang cerdas pengetahuannya cerdas juga dalam berperilaku sesuai syari’at, maka anak tersebut pantas dan layak disebut cerdas.

Selamat untuk keluarga damai atas keberhasilan dalam mendidik dan mengayomi anak-anak cerdas berperilaku syar’i. Semoga kejayaan terus tercurah kepada umat Muslim sedunia. Amin.[]