Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

[Mesjid Raya Baiturrahman], Objek Wisata Spritual Kebanggaan Aceh


Mesjid Raya Baiturrahman. Foto: http://pecintawisata.com

Rasanya belum lengkap jika para pelancong yang mengunjungi Kota Banda Aceh terutama mereka yang beragama Islam tidak berkunjung atau melaksanakan shalat di Masjid Raya Baiturrahman.

Masjid kebangaan rakyat di provinsi berpenduduk sekitar 5 juta jiwa itu, sejak puluhan tahun silam sudah menjadi salah satu daya tarik untuk dikunjungi jika wisatawan melancong ke Kuta Raja (Banda Aceh).

Bagi wisatawan Muslim setelah shalat di dalam masjid itu juga tidak lupa berfoto dengan latar belakang halaman depan masjid yang telah menjadi kebanggaan masyarakat berjuluk Serambi Mekan tersebut.

Tidak hanya yang beragama Islam, wisatawan nonmuslim juga merasakan hambar saat tiba di Kota Banda Aceh jika mereka tidak mengunjungi Masjid Baiturrahman itu.

Para wisatawan mancanegara nonmuslim, biasanya hanya berfoto di halaman depan dengan latar belakang Masjid Raya Baiturrahman.
 
foto: Google
Bagi setiap pengunjung, baik laki-laki maupun perempuan Islam harus menggunakan pakaian muslim/muslimah, namun nonmuslim tentunya harus berpakaian sopan, seperti tertera di pintu gerbang masuk masjid itu.

Pada setiap hari-hari besar Islam, terutama pada Idul Fitri dan Idul Adha, Masjid Raya Baiturrahman menjadi lokasi favorit kunjungan warga dari berbagai kabupaten dan kota di provinsi ujung paling barat Indonesia itu.

“Hampir setiap lebaran, kami sekeluarga berekreasi ke Kota Banda Aceh dan Masjid Raya Baiturrahman merupakan objek yang ‘`wajib’ kami kunjungi,” kata Marhaban, warga Desa Teladan, Kecamatan Lembah Seulawah, Aceh Besar.

Sementara itu, M Rasyid (38), warga asal Bireuen juga mengatakan dirinya menyempatkan diri untuk melaksanakan shalat sunat di Masjid Raya Baiturrahman ketika ia tiba di Kota Banda Aceh.

Saiful, wisatawan asal Bandung juga menyatakan kagum dengan arsitektur bangunan Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh itu. “Masjid ini tidak hanya kebanggaan Aceh, tapi rakyat Indonesia,” katanya.

Tidak hanya itu, Masjid Raya Baiturrahman juga telah dijadikan sebagai ‘transit’ para calon haji dari berbagai kabupaten dan kota di Aceh sebelum mereka bertolak ke Mekkah, Saudi Arabia.

Para calon haji melaksanakan shalat wajib dan sunat di Masjid Raya Baiturrahman sebelum diinapkan satu malam di asrama haji, kemudian baru diterbangkan ke Arab Saudi.

Ketika tsunami melanda Aceh, 26 Desember 2004, Masjid Raya Baiturrahman menjadi salah satu tempat ‘penyelamatan’ masyarakat. Air bah tsunami hanya menjangkau anak tangga paling atas dari bangunan masjid tertua di Kota Banda Aceh itu.

Bangunan indah dan megah itu tepat di pusat Kota Banda Aceh itu sehingga menjadikan Masjid Raya Baiturrahman sebagai titik sentral segala kegiatan khususnya terkait dengan keagamaan (Islam) di Aceh.

Dalam sejarahnya disebutkan bahwa Baiturrahman merupakan sebuah masjid Kesultanan Aceh yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam pada 1022 H/1612 M.

Masjid Raya Baiturrahman juga pernah dibakar saat tentara Belanda melakukan agresi pada 10 April 1873. Kemudian, Belanda membangun kembali masjid itu pada 1877 sebagai strategi untuk menarik perhatian serta meredam kemarahan rakyat Aceh ketika itu.

Kemudian, karena Masjid Raya Baiturrahman telah menjadi ikon Aceh, pemerintah provinsi itu terus berupaya melakukan perluasan dan memperindah masjid tersebut.

Informasi dari Wikipedia menyebutkan, pada saat Aceh dipimpin Gubernur Ibrahim Hasan atau pada 1991-1993, Masjid Raya Baiturrahman telah dilakukan perluasan yang meliputi halaman depan dan belakang serta ruang dalam masjid tersebut.

Bagian masjid yang diperluas itu meliputi bagian lantai tempat shalat, perpustakaan, ruang tamu, perkantoran, aula dan tempat wudhuk. Sedangkan perluasan halaman meliputi, taman dan tempat parkir serta pembangunan menara utama dan dua minaret.

Dengan perluasan itu maka luas ruangan dalam Masjid Raya baiturrahman menjadi 4.760 meter persegi, dengan lantai marmer asal Italia dengan ukuran 60×120 centimeter sehingga dapat menampug 9.000 orang.

Masjid Raya Baiturrahman dengan tujuh kubah, empat menara, dan satu menara induk itu memiliki luas mencapai sekitar empat hektare dan dihalaman depannya terdapat kolam air mancur, serta ditumbuhi rumput-rumput hijau.

Pemerintah Aceh terus berupaya memperluas dan memperindah Masjid Raya Baiturrahman, dengan harapan rumah ibadah umat muslim itu kedepan tetap menjadi sentral peradaban Islam di kawasan Asia.

Selain itu juga tujuan memperluas infrastruktur Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh untuk memberikan kenyamanan bagi jamaah sekaligus menjadikan masjid tersebut sebagai ikon internasional.

“Kami merencanakan perluasan infrastruktur Baiturrahman bernuansa Masjid Nabawi di Madinah. Salah satunya penambahan payung raksasa di pekarangan berukuran 15 dan 25 meter,” kata Gubernur Aceh Zaini Abdullah .

“Harapan kami semoga keinginan itu mendapat dukungan dari semua pihak, terutama masyarakat Aceh,” katanya.

Gubernur menyebutkan untuk jangka pendek dan jangka panjang direncanakan penambahan infrastruktur Masjid Raya Baiturahman akan menghabiskan dana sebesar Rp1,1 trilliun.

Diharapkan dukungan dari para ulama dan cendikiawan Aceh bukan hanya dalam bentuk ide dan gagasan tapi juga terlibat aktif serta saling bahu membahu menyatukan gerak dalam pengelolaan dan pengembangan Masjid Raya Baiturrahman kearah yang lebih baik.

Direncanakan, masjid kebanggaan Aceh tersebut akan dilengkapi dengan baseman untuk tempat wudhu dan area parkir, selain itu juga tempat minum di beberapa sudut strategis masjid.

Untuk jangka panjang direncanakan perluasan pekarangan masjid hingga ke bantaran sungai Aceh, lengkap dengan dermaga yang dapat mengantarkan para pengunjung langsung ke masjid raya dengan kapal yang telah disiapkan.

Masjid Raya Baiturrahman siap dijadikan sebagai pusat pendidikan agama, dengan menyediakan sekolah mulai dari tingkat dasar hingga menengah atas, dan lokasinya di belakang masjid.

“Rencananya juga akan dibangun sebuah gedung untuk pertemuan yang dapat digunakan oleh para ulama dan acara pernikahan. Semoga keinginan ini dapat terwujud,” kata Gubernur Zaini Abdullah. Azhari