Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Persatukan Kerajaan Aceh Darussalam, Aktivis Peringati Haul Sultan Ali Mughayat Syah



Sejarawan Aceh, A. Rahman Kaoy sedang menyampaikan sekilas sejarah kejayaan Aceh di masa Sultan Ali Mughayat Syah. (Foto: Teuku Farhan)


SuaraDarussalam.Com, Banda Aceh –- SULTAN Ali Mughayat Syah dikenal dalam sejarah Aceh sebagai Raja yang berhasil mempersatukan kerajaan-kerajaan kecil untuk kemudian membentuk sebuah kerajaan besar bernama kerajaan Aceh Darusssalam. Kerajaan-kerajaan yang disatukan itu misalnya Kerajaan Pedir di Pidie, kerajaan Gayo, Kerajaan Pahang (Malaysia saat ini) kerajaan Pasee dan kerajaan-kerajaan kecil lainnya.

Untuk mengenang jasanya yang besar ini, puluhan aktivis Aceh memperingati haul Sultan Ali Mughayat Syah yang ke 500 (500 tahun) di komplek makamnya yaitu Kandang XII, Kecamatan Baiturrahman, Banda Aceh, Minggu, 8/12.

Tokoh Aceh yang juga sejarawan Aceh, A. Rahman Kaoy dalam sambutannya di depan para aktivis pencinta sejarah Aceh mengatakan,  acara haul ini sangat penting mengingat sosok besar Sultan Ali Mughayat Syah yang dewasa ini kian dilupakan. Padahal, kata A. Rahman Kaoy, Sultan Ali Mughayat Syah ini adalah pendiri dan pemersatu kerajaan Aceh Darussalam sehingga Aceh dikenal dalam sejarah percaturan peradaban dunia di masa silam.

“Tentara Portugis dua kali kalah dalam usaha mereka melakukan serangan besar terhadap Aceh saat itu sehingga mereka tidak pernah berani lagi menyerang Aceh, padahal tentara Portugis adalah tentara terbaik di dunia saat itu yang berhasil menjajah banyak negara besar di dunia, “ ujar A. Rahman Kaoy yang juga sejarawan ini.

Kekuatan Sultan Ali Mughayat Syah saat itu, ujar A. Rahman Kaoy lagi, adalah terletak pada ketaqwaannya kepada Allah Swt dan ditambah dengan kemampuannya dalam bernegoisasi dan mengatur strategi perang.

Diceritakan A. Rahman Kaoy, komitmen Sultan Ali Mughayat Syah pada akidah Islam dan keteladanannya dalam berperilaku membuat negosiasi Sultan Ali Mughayat Syah dalam membujuk raja-raja kecil membuahkan hasil maksimal dengan kesediaan raja-raja kecil itu untuk bersatu dibawah Kerajaan Aceh Darussalam yang dipercayakan kepemimpinannya pada Sultan Ali Mughayat Syah.

“Seandainya saat itu kerajaan-kerajaan kecil itu tidak bersatu dengan kerajaan Aceh Darussalam, maka besar kemungkinan Aceh mampu dikalahkan tentara Portugis,” ujarnya lagi menambahkan.
Peserta peringatan Haul Sultan Ali Mughayat Syah. (foto: Muammar Farisi)


Sementara itu, peneliti makam Kandang XII, Dahlia Umar yang juga hadir dalam peringatan haul ini turut membacakan setiap khat yang tersedia di makam kandang XII.

Saat membaca Khat ini, Dahlia Umar menyebutkan, isi khat-khat di kandang XII ini terdiri dari nama-nama pemilik makam, puisi-puisi Sufi, ayat-ayat Alquran.

Salah satu isi khat dalam bentuk puisi berbunyi: “Justru karena ada dunia yang sementara ini maka Syurga itu kekal abadi,” ujar Dahli yang menulis disertasi tentang Khat-Khat di Makam XII.

Selain itu, kata Dahlia, salah satu ayat yang tertera di salah satu makam 12 ini adalah surat Ali Imran ayat 191 yang artinya: “Engkau tidak menciptakan semua ini sia-sia. Maha suci Engkau, maka jagalah kami dari adzab neraka”.

Dahlia Umar juga menyampaikan, dari 12 makam yang disebutkan di komplek pemakaman sesuai dengan namanya “Makam Kandang 12”,  yang ditemukan hanya 11 makam, sementara satu lagi masih menjadi misteri.

Haul ini dihadiri oleh puluhan aktivis dari berbagai lembaga seperti Lamuri Foundation, SILA, Balai Pelestarian Cagar Budaya(BPCB) dan sebagainya. [Farhan/Zulkhairi]