Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tari Saman dan Kaitannya dengan Penyebaran Islam di Aceh


Tari Saman Massal. Foto: google

Sejarah Tari Saman sangat erat kaitannya dengan sejarah penyebaran agama Islam di Aceh. Tari ini disebut Tari Saman karena  diciptakan seorang Ulama bernama Syekh Saman pada abad 14 Masehi dari dataran tinggi Gayo.

Awalnya  tarian ini merupakan permainan rakyat yang kerap ditampilkan dalam pesta adat dan budaya di tanah Gayo yang dinamakan Pok Ane. Karena sangat menarik, tari ini kemudian dikembangkan oleh penciptanya dengan diperkaya syair dan pujian kepada Allah SWT dan kemudian digunakan sebagai media syiar Islam.

Pada mulanya, tari saman hanya ditampilkan untuk even-even tertentu, khususnya pada saat merayakan Hari Ulang Tahun Nabi Besar Muhammad SAW atau disebut peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Biasanya, tari saman ditampilkan di bawah kolong Meunasah. Namun seiring perkembangan zaman, tari Saman pun ikut berkembang hingga penggunaannya menjadi semakin sering dilakukan. Kini, tari saman dapat digolongkan sebagai tari hiburan/pertunjukan, karena penampilan tari tidak terikat dengan waktu, peristiwa atau upacara tertentu.

Seiring perkembangan zaman, Tari Saman kini menjadi salah satu seni budaya yang banyak dipelajari di sekolah-sekolah. Bukan hanya di Aceh, tapi juga di luar Aceh dan bahkan di luar negeri. Begitu menariknya, sehingga Tari Saman kerap  menjadi icon Indonesia dalam berbagai festival budaya dunia.

Dapat Pengakuan Unesco

Bahkan United United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (Unesco), secara resmi menyatakan bahwa Tari Saman  merupakan warisan budaya asli dari Tanah gayo, adalah suatu hal yang istimewa.

Wakil Gubernur Aceh menerima sertifika Tari Saman dari Unesco. foto: Google
“Pengakuan ini tentu membanggakan kita semua, sekaligus menjadi cemeti agar kita lebih peduli dengan seni budaya lokal. Dengan pengakuan ini, kita akan mendapatkan bantuan teknis dari Unesco untuk kepentingan pelestarian Tari Saman. Yang lebih penting,  pengakuan ini merupakan simbol eksistensi seni budaya dan kekayaan alam Indonesia yang menjadi identitas jati diri bangsa,”  ujar wakil Gubernur Aceh Muzakir Manaf saat menghadiri pergelaran tari saman massal di kabupaten Gayo lues Akhir November 2014 lalu.

Pergelaran tari Saman massal itu diprakarsai oleh Pemerintah Kabupaten Gayo Lues, bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh  diikuti oleh 5.005 penari.  

Muzakir Manaf mengatakan Unesco merupakan lembaga resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dikenal sangat berhati-hati dalam memberi pengakuan terhadap sebuah cagar budaya. Menurutnya, ada banyak negara yang mengajukan permohonan kepada Unesco untuk mendapatkan pengakuan atas warisan budaya mereka.
Tapi Unesco tidak sembarangan memberi pengakuan tersebut. Mereka harus menelusuri asal usul budaya itu, keasliannya, keunikannya serta nilai-nilai sejarah yang ada di dalamnya,” terang laki-laki yang akrab disapa Maullem ini.

Lebih lanjut Muzakir merincikan, Indonesia sendiri baru mendapatkan enam pengakuan dari Unesco untuk warisan budaya kategori tak benda, yaitu  Wayang, Keris, kain Batik, Angklung, Subak di Bali dan Tari Saman yang merupakan  tarian rakyat dari Tanah Gayo. “Pengakuan Unesco untuk Tari Saman ini disampaikan dalam sebuah pertemuan di Bali pada 24 November 2011 atau tepatnya tiga tahun yang lalu”lanjut wagub mengingatkan.

Mengingat pentingnya menancapkan identitas Saman di bumi pertiwi ini, Muzakir pun menyatakan setuju jika ada satu hari yang ditetapkan dan dinamakan sebagai Hari Tari Saman.

“Usulan menetapkan tanggal 24 November sebagai Hari Tari Saman, menurut saya sangat tepat karena bertepatan dengan hari pengakuan Unesco yang disampaikan di Bali tiga tahun lalu. Sebagai simbol ketetapan itu, hari ini  kita akan menyaksikan Tari Saman yang dimainkan oleh 5.005 orang putra-putri Gayo Lues, ujar Muzakkir.

Mualem juga mengungkapkan, bahwa dirinya merupakan salah satu penggemar berat tarian ini. Mengingat betapa sulitnya memainkan tarian ini saat dimainkan 11 orang penari.

Wakil Gubernur ini juga menghimbau kepada seluruh masyarakat dan Pemerintah Gayo Lues, agar menjadikan prestasi yang telah dicapai dalam bidang seni budaya Tari Saman ini dapat dijadikan sebagi sarana untuk memperkuat eksistensi, persatuan dan kesatuan bangsa.

Saman Cetak Rekor Dunia

Dalam kegiatan tersebut Pemkab Gayo Lues juga menerima Sertifikat dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI). Lembaga pencatat rekor ini mengganjar Pagelaran Tari Saman yang digelar di Stadion Seribu Bukit itu, sebagai Sejarah Superlatif Rekor Dunia.

MURI juga melakukan koreksi atas jumlah peserta Tari Saman Massal ini. Sebelumnya dalam setiap kesempatan dan pada seluruh media promosi, pihak panitia menyebutkan bahwa jumlah peserta Tari Saman massal ini adalah 5.005 penari.

“Hari ini dengan bangga dan penuh hormat, MURI menganugerahkan rekor atas Tari Saman dengan peserta terbanyak yang tadi telah kami catat diikuti oleh 5.057 peserta. Rekor hari ini dengan bangga didedikasikan kepada segenap masyarakat Kabupaten Gayo Lues, Tapi Tari Saman Masssal hari ini, dengan penuh hormat kami nyatakan sebagai Rekor Dunia,” ujar perwakilan MURI. (Abi Qanita)