Karya Abuya Muhibbuddin Waly Akan Dibedah 11 Maret
Abuya Muhibuddin Waly |
Banda Aceh - Pusat
Kebudayaan Aceh dan Turki (PuKAT) berkerjasama dengan managemen gedung Turki
Sultan II Selim ACC kembali mengadakan acara mengangkat tokoh Aceh.
Kali ini, organisasi kebudayaan lintas bangsa tersebut
mengangkat seorang ulama cendikiawan Aceh, Prof Abuya Muhibbuddin Waly, yang
merupakan anak daripada Abuya Muda Wali Al Khalidy.
Acara tersebut akan dilangsungkan pada siang pukul
14:00 sampai selesai, Rabu 11 Maret 2015, di ruang seminar Gedung Turki Sultan
II Selim ACC, Banda Aceh.
Dr Abdullah Tsani, seorang pengajar di Fakultas Adab UIN Banda Aceh dan sastrawan yang juga pendakwah Aceh Drs Ameer Hamzah telah memastikan diri menjadi pembicara di mimbar kebudayaan tersebut.
Dr Abdullah Tsani, seorang pengajar di Fakultas Adab UIN Banda Aceh dan sastrawan yang juga pendakwah Aceh Drs Ameer Hamzah telah memastikan diri menjadi pembicara di mimbar kebudayaan tersebut.
Seorang anak Abuya Muhibbuddin Waly yang bernama Tgk
Amal Muhibbuddin Waly akan menjadi pemandu acara tersebut. Ia akan menceritakan
riwayat almarhum yang jarang diketahui masyarakat, seperti Abuya mentalqin
Hasan Di Tiro pada hari pemakaman salam waktu yang lama, sampai kuburan itu
sepi, sementara tokoh Aceh lain di tenda berbincang-bincang.
“Banyak tulisan-tulisan Abuya Muhibbuddin Waly yang
belum diterbitkan. Kini tengah kami kumpulkan dan akan dihadirkan ke masyarakat
apabila waktunya tepat,” kata Tgk Amal, beberapa waktu lalu di Banda Aceh.
Aktivis PuKAT, Thayeb Loh Angen, mengatakan,
organisasi antarabangsa PuKAT memiliki agenda khusus tahun 2015, yakni
mengangkat tokoh Aceh yang masih hidup atau yang telah meninggal dunia. Di
antara tokoh yang sudah diangkat, kata Thayeb, adalah Hasan Tiro, P Ramlee, Ali
Hasjmy, dan kini Abuya Mhibbuddin Waly.
“Selain 11 Maret memperingati Abuya, pada tanggal 17
Maret kita akan peringati 101 tahun lahir Ali Hasjmy di gedung ini juga, "
kata Thayeb
Thayeb mengaku, managemen gedung Turki Sultan II Selim
ACC memberikan hak pakai tempat acara secara cuma-cuma sebagai bentuk dukungan
mereka terhadap kemanusiaan dan kebudayaan Aceh sebagaimana tujuan gedung itu
dibangun oleh Turk Kizilay. Kata dia, pihak keluarga almarhum juga banyak
membantu sehingga bisa dilaksanakan dengan baik.
"Orang-orang Aceh sebaiknya belajar pada
tokoh-tokohnya yang telah diakui dunia. Insyaallah Aceh bisa kembali
berjaya," kata Thayeb yang pada Februari lalu meluncurkan novel keduanya
‘Aceh 2025’.
sumber: peradabandunia