Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Terapkan Syariat, Aceh Bisa Contoh Turki‎

KWPSI.ORG -- Aceh yang saat ini sedang berupaya menjalankan syariat Islam dengan penerapan aturan hukum syariat sebagai hukum positif, layak mencontoh apa yang telah dilakukan oleh Turki di bawah pimpinan Presiden ‎Recep Tayyip Erdogan‎ yang kini bangkit dan berjaya dengan menjalankan ajaran Islam.
Turki yang sebelumnya merupakan negara sekuler dan jauh dari Islam selama puluhan tahun sejak runtuhnya Kekhalifan Turki Utsmani dan diganti dengan sekulerisme Mustafa Kemal Attaturk. Lalu di tangan Erdogan, kebangkitan Islam kembali terlihat Turki.

Demikian disampaikan Presiden Wadah Persatuan Pencerdasan Umat Malaysia, Ustaz Dr Ahmad Azam Abdul Rahman, saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke Rabu (20/10) malam.

"Erdogan telah berhasil membawa kebangkitan Islam di Turki selama beberapa tahun terakhir. Tapi tetap Turki tidak menjadikan dirinya negara Islam atau mendeklarasikan syariat Islam, tetapi prakteknya adalah makin lama makin Turki islami. Ini adalah strategi Erdogan dan pemerintahannya," ujar Ustaz Ahmad Azam.

Menurutnya, Turki sekarang memakai sejarah untuk menyatukan umat Islam (Biz Bir Ummatiz). Hubungan Aceh dengan Turki yang terbukti dalam sejarah adalah kesempatan yang baik untuk digunakan sekarang.

Aceh dan Turki memiliki misi yang sama, membangkitkan kembali Islam. Apalagi, Erdogan datang langsung ke Aceh pasca tsunami tahun 2004 silam. Hal itu peluang yang besar bagi Aceh untuk bangkit dan maju seperti Turki.

Disebutkannya, penerapan syariat Islam di Aceh juga merupakan pertalian Aceh dengan Turki walaupun ada beda dalam pola yang menghasilkan hal berbeda pula. 

Turki mewujudkan nilai-nilai Islam dalam penerapannya dan menghindari simbol. Namun Aceh, berita yang dibaca di luar adalah tentang hukum cambuk, dan itu membuat citra Aceh menjadi tidak baik bagi sebagian orang yang kurang paham tentang Islam.

Lebih lanjut Ustaz Ahmad Azam menambahkan, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan disebut sebagai sosok utama di balik kebangkitan Islam di Turki. Pasalnya, sejak memimpin Turki lebih dari satu dekade, Erdogan telah melakukan berbagai perubahan fundamental dalam kehidupan bangsa Turki. Itu sebabnya, peristiwa kudeta yang terjadi di Turki beberapa bulan lalu, berdasarkan berbagai fakta otentik dinilai sebagai upaya untuk menghambat kebangkitan Turki dan Islam. 

Menurut Ahmad Azam yang saat ini juga menjabat sebagai Wakil Sekjend Himpunan NGO Islam Internasional yang berpusat di Istanbul , Turki sejak lebih dari satu dekade ini telah melakukan berbagai lompatan dalam pembangunan. Erdogan membangun Turki atas dasar semangat Islam. Nilai-nilai Islam diterjemahkan menjadi pembangunan-pembangunan dalam berbagai bidang kehidupan.

Dalam pengajian KWPSI itu, Ahmad Azam yang menulis buku “Erdogan, Bukan Pejuang Islam?” ini juga menjelaskan latar belakang sosok Erdogan yang telah menunjukkan kepeduliannya kepada Islam sejak ia menjabat sebagai Walikota Istanbul sampai ia menjabat Presiden Turki.

“Jadi, kudeta terhadap pemerintahan Erdogan oleh organisasi teroris FETO (Fethullah Gulen Organization) merupakan upaya untuk menghambat kebangkitan Islam oleh karena Turki di bawah Erdogan telah secara nyata berjuang untuk Islam dan persatuan kaum muslimin sedunia,“ ungkap Ahmad Azam yang telah beberapa kali berjumpa dengan Erdogan.

Dikatakannya, Turki hari ini menampung dan memberi makan lebih dari tiga juta pengungsi Suriah, dan umat Islam di Turki menyambut para pengungsi tersebut sebagai tamu bagi bangsa Turki yang harus mereka perlakukan secara baik dan terhormat. 

“Begitulah akhlak bangsa Turki di bawah kepemimpinan Erdogan. Kudeta di Turki gagal karena bantuan Allah dan doa orang-orang yang dibantu oleh Turki, begitulah kata Erdogan," kata aktivis senior Malaysia ini.

Ahmad Azam mengatakan, kudeta 15 Juli 2016 di Turki terjadi karena Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah berhasil membangun persatuan dunia Islam. Secara menakjubkan, Erdogan telah membangkitkan semangat umat Islam dunia dalam demokrasi. 

“Itu yang membuat Barat marah sehingga membuat kudeta melalui tangan jaringan FETO. Erdogan membawa misi kebebasan Islam, misi perdamaian, seorang pemimpin yang ummatik. Erdogan menggunakan nilai yang universal dalam memimpin. Ia menghindari label islamik tapi memakai nama demokrasi untuk membangkitkan Islam,” kata Azam. 

Ahmad Azam yang mengenal Erdogan secara langsung sejak 1996 ini menegaskan, Fethullah Gulen merupakan seorang pengikut Barat (zionis) yang dijadikan alat Barat untuk mengganggu Turki yang mulai membangkitkan semangat persatuan Islam.

"Saya telah mengikuti gerakan Gulen, sekira dua puluh tahun lalu. Saat itu saya pikir betul gerakan yang membangkitkan dunia Islam. Akan tetapi setelah Gulen pindah ke Amerika, semua berubah. Gulen mulai berpikir bisnis dan punya agenda membuat negara paralel dan mengahalangi semua kebijakan yang mendukung Islam. Ia juga mencuri karya Said Nursi seolah itu pikirannya, itu menipu umat. Sekolah-sekolahnya itu untuk kepentingan Barat mencegah bangkit Islam, makanya ada di banyak negara," kata Ahmad Azam.‎

Posting Komentar untuk "Terapkan Syariat, Aceh Bisa Contoh Turki‎"