Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Rektor Unmuha Aceh: Amar Makruf Nahi Munkar Ditinggalkan, Penyebab Doa Tertolak




Amar makruf dan nahi munkar memiliki peranan penting dalam Islam. Kewajiban atas semua pribadi muslim ini bukan perkara remeh yang bisa diabaikan begitu saja. Sebab, eksistensi tegaknya syariat Islam di suatu negeri cukup bergantung pada berjalan atau tidaknya perintah tersebut sebagai inti agama Islam.

Jika umat Islam meninggalkan amar makruf nahi munkar ini, maka kemungkaran akan menyebar dan kerusakan akan meluas. Bila kondisi sudah demikian, maka azab pun akan diturunkan kepada seluruh komponen masyarakat. Ini juga menjadi salah satu penyebab ditolaknya doa oleh Allah SWT.

Demikian antara lain disampaikan Ustaz Dr. H. Muharrir Asy'ari Lc M.Ag, Rektor Universitas Muhammadiyah (Unmuha) Aceh, saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Rabu (8/3/2017) malam.

"Urusan agama dalam Islam ini bukan urusan pribadi
tapi kewajiban setiap pribadi muslim untuk menyeru kepada yang makruf dan mencegah yang munkar. Ketika amar makruf dan nahi munkar ini ditinggalkan, maka akibat yang ditimbulkannya kerusakan dimana-mana, menimbulkan kemurkaan Allah dan doa kita juga ditolak," ujar Ustaz Muharrir.


Disebutkannya, inti ajaran Islam adalah mengajak kepada seluruh kebaikan dan mencegah seluruh kemungkaran. Umat ini akan menjadi umat terbaik selama menjalankan praktik amar makruf dan nahi munkar.

Tentunya setelah iman kepada Allah seperti yang difirmankan Allah dalam Surat Ali Imran ayat110 yang artinya, “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk umat manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah"

Di samping itu, Allah telah menjelaskan ciri khas masyarakat muslim, yaitu melakukan amar makruf dan nahi munkar, ditambah dengan menegakkan shalat dan zakat.


Namun, ketika umat Islam meninggalkan amar makruf dan nahi munkar. Bahkan, para pelaku amar makruf nahi munkar dihinakan, sedangkan pelaku kemaksiatan dimulia-muliakan maka umat ini akan mendapatkan laknat Allah Swt.


Allah Swt dan Rasul-Nya telah menjelaskan dampak buruk dari meninggalkan amar makruf dan nahi munkar. Di antara kerusakan yang timbul akibat meninggalkan amar makruf nahi munkar adalah:

Para pelaku maksiat dan dosa akan semakin berani untuk terus melakukan perbuatan dosanya sehingga sedikit demi sedikit akan sirnalah cahaya kebenaran dari tengah-tengah umat manusia. Sebagai gantinya, maksiat akan merajalela, keburukan dan kekejian akan terus bertambah, dan pada akhirnya tidak mungkin lagi untuk dihilangkan.

Perbuatan munkar akan menjadi baik dan indah di mata khalayak ramai, kemudian mereka pun akan menjadi pengikut para pelaku maksiat. Salah satu sebab hilangnya ilmu dan tersebarnya kebodohan karena, tersebar luasnya kemungkaran tanpa adanya seorang pun dari ahli agama yang mencegahnya.

Sehingga akan membentuk anggapan bahwa hal tersebut bukanlah sebuah kebatilan. Bahkan bisa jadi mereka melihatnya sebagai perbuatan yang baik untuk dikerjakan. Selanjutnya, sikap menghalalkan hal-hal yang diharamkan Allah dan mengharamkan hal-hal yang dihalalkan-Nya pun akan semakin merajalela, baik berupa kesyirikan, kemaksiatan, maupun kezaliman.

"Hari ini kita bisa melihat dalam kehidupan sehari-hari begitu banyak diantara kita yang tidak mau peduli dan mengabaikan kemaksiatan yang dilakukan oleh saudara kita sesama umat Islam dengan dalih 'Yang penting saya kan tidak bermaksiat, orang lain biar saja, itukan urusan dia dengan Tuhan'. Hal seperti ini sangat berbahaya, karena kontrol sosial telah hilang, ketika yang satu bermaksiat dan tidak beramar makruf, maka saat azab Allah datang semua kita kena termasuk orang-orang yang beramal saleh," jelasnya.

Ustaz Muharrir menambahkan, akibat lain dari meninggalkan amar makruf dan nahi munkar juga tidak dikabulkannya doa manusia.

Dalam suatu Hadits, Rasulullah bersabda “Demi zat yang jiwaku di tangan-Nya, hendaknya kalian betul-betul melaksanakan amar makruf nahi munkar atau (jika kalian tidak melaksanakan hal itu) maka sungguh Allah akan mengirim kepada kalian siksa, kemudian kalian berdoa kepada-Nya, akan tetapi Allah tidak mengabulkan doa kalian.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi).

Dengan konsep amar makruf nahi munkar ini, maka akan tercipta kewajiban bersama bahwa kita wajib saling mengingatkan dalam beragama, bahwa Islam itu bukan hanya di masjid tapi juga dalam semua aspek kehidupan.

"Hanya konsep sekuler ala Barat yang menganggap agama itu urusan pribadi. Kita umat Islam, tidak boleh seperti itu, agama itu bukan hanya milik pribadi, tapi urusan kita bersama. Seperti kita bertanya kenapa orang muslim tidak shalat. Jika dibilang urusan pribadi, itu konsep sekuler barat," ungkapnya.

Pada pengajian rutin KWPSI tersebut, Ustaz Muharrir Asy'ari juga menegaskan, dalam pelaksanaan syariat Islam di Aceh itu berjalan dengan tegak, maka semua komponen masyarakat harus sepakat, dan seiya sekata.

"Semua harus sepakat dan kompak, jika tidak akan menimbulkan fitnah di masyarakat. Dimulai dari diri sendiri (ibda' binafsih), keluarganya
, dan kemudian masyarakat luas akan baik dengan aturan hukum dan regulasi syariat yang tegas berlaku untuk semua. Jika hukum syariat hanya untuk orang kecil, dan orang besar bebas, itu awal dari kerusakan umat," sebutnya. [rilist/zulkhairi]

Posting Komentar untuk " Rektor Unmuha Aceh: Amar Makruf Nahi Munkar Ditinggalkan, Penyebab Doa Tertolak"