Pemikiran Tu Sop Jeunieb, Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh Periode 2018-2023
Suara Darussalam, Banda Aceh | Tgk. H.
Muhammad Yusuf A. Wahab atau yang akrab disapa Tu Sop Jeunieb terpilih sebagai
ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) periode 2018-2023 dalam Musyawarah Besar
Himpunan Ulama Dayah Aceh ke III tahun 2018. Dari lima calon yang ditetapkan
presidium, Tu Sop terpilih setelah mengantongi
dukungan 20 suara dari 25 suara yang terdiri dari 23 suara hak pengurus
kabupaten/kota di Aceh, serta dua suara dari pengurus besar (PB) dan Litbang
HUDA.
Sebelumnya, ke lima calon
yang ditetapkan presidium yaitu Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab, Tgk Hidayat
Waly, Tgk H. Baihaqi Yahya, Tgk. H. Anwar Usman Kuta Krueng dan Tgk. H. Hasbi
Albayuni.
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
google_ad_client: "ca-pub-3763482549653239",
enable_page_level_ads: true
});
</script>
“Menetapkan Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab sebagai ketua
Tanfzih (pelaksana) terpilih Himpunan
Ulama Dayah Aceh (HUDA) periode 2018-2023,“ ujar pimpinan presidium, Waled
Rasyidiin Nura dari Pidie sesuai berlangsungnya proses pemilihan, Minggu sore,
(25/11).
Proses pemilihan ketua
HUDA yang diikuti 300 peserta berlangsung dengan tertib dan aman. Dalam pembahasan tata tertib pemilihan,
terdapat dua opsi untuk pemilihan ketua HUDA. Yaitu dipilih dengan jalan
musyawarah aklamasi atau voting. Karena banyak peserta Mubes menginginkan
voting, maka proses pemilihan dilangsung dengan jalan voting. Saat
berlangsungnya proses pemilihan,
Tu Sop Jeunieb setelah
ditetapkan sebagai ketua terpilih mengucapkan selamat kepada seluruh utusan
wilayah kabupaten/kota yang telah memberi amanah dan kepercayaan kepadanya
sehingga terpilih untuk mengembankan amanah kepemimpinan HUDA 2018-2023.
“Ini merupakan amanah
yang diserahkan oleh para guru sepuh kepada jajaran pengurus tanfiziyah
(pelaksana) yang harus kita laksanakan secara bersama. Karena semua kesuksesan
dan keberhasilan HUDA tidak lepas dari kebersamaan dalam mengambil peran untuk
kesuksesan kebijakan dan program-program HUDA yang berkaitan dengan
kemaslahatan ummat dan negara menuju negeri yang Baldatun Thaibatun wa
Rabbun Ghafur,” ujar Tu Sop yang juga pimpinan Dayah Babussalam Al-Aziziyah
Jeunieb Bireuen ini.
Setelah berlangsungnya
proses pemilihan, peserta Mubes HUDA pada Minggu malam akan melanjutkan dengan
penyusunan rekomendasi yang akan dikeluarkan untuk pemerintaha Aceh, pemerintah
pusat dan untuk internal kalangan dayah sendiri.
Sebelumnya, dalam
pemaparan seminar pada Minggu pagi yang juga menghadirkan Irjend. Pol. Dr.
Gatot Edi Pramono, asisten perencanaan dan anggaran Kapolri sebagai pembicara, Tu
Sop menyampaikan tentang ulama dan masyarakat Aceh yang konsisten berpegang tegus dengan Ahlussunnah
Waljamaah.
Gatot Edi Pramono sendiri berbicara tentang sejarah munculnya radikalisme dan
upaya pencegahan yang ditempuh kepolisian.
Dalam pemaparannya
setelah sesi pemaparan Gatot Edi Pramono, Tu Sop menjelaskan bahwa ulama tetap komit dengan
dakwahnya pasca kemerdekaan. Pada saat itu, kata Tu Sop, pendidikan di Aceh hanya
ada dayah dan rangkang yang semuanya berada di bawah ulama.
Ulama kata Tu Sop, membimbing semua
aspek mulai dari aqidah, kehidupan
(fiqh), karakter (tasawuf). Pada masa pasca
penjajahan, dayah hanya bertahan dengan semangat keikhlasan tanpa ada biaya
apapun sehingga dakwahnya kosong karena lemahnya jangkauan yang memiliki
silsilah kepada Rasulullah.
“Lalu muncullah tafrid
(liberalisme) dan ifrad (radikalisme) yang berbenturan di antara kedunya
di tengah masyarakat sebagai dua keseblasan yang saling bertentangan sehingga
saling menghujat di antara sesama mereka. Maka para ulama mengambil posisi
menjaga keseimbangan dengan mazhab Ahlussunnah Waljamaah yang sampai silsilah
keilmuannya kepada Rasulullah Saw. Para ulama konsisten menjaga keseimbangan
antara liberalisme sebagai ekstrim kiri dan radikalisme esktrim kanan, “ kata
Tu Sop.
Dalam kondisi ini, jelas Tu Sop, ulama dayah
yang berada di jalan tengah yang beraliran Ahlusunnah wal Jama’ah menjadi
sasaran garapan dan gempuran kelompok-kelompok liberalisme dan radikalisme. Ulama
merasa prihatin terhadap fenomena hari ini yakni ilmu Ahlussunnah Waljamaah
sebagai paham yang moderat (washatiyah) kosong pada kebanyakan kader-kader
terbaik anak negeri karena kekosongan yang dimiliki pihak umara.
“Maka solusi yang harus kita tempuh adalah
melakukan ekspansi dakwah dan merubah pola pemikiran. Karena persoalan ini
terjadi karena tidak ada kekuatan yang memadai terhadap dunia pendidikan. Dalam
Islam pendidikan dan ilmu terdiri dari Fardhu ‘ain dan kifayah.
Inilah tugas terbesar yang harus kita revitalisasi kembali, “ pungkas Tu Sop.
[Zulkhairi]
Posting Komentar untuk "Pemikiran Tu Sop Jeunieb, Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh Periode 2018-2023"