Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jaminan Allah Terhadap Alquran dan Kewajiban Kita dalam Membelanya

Oleh Tgk. H. Muhammad Iqbal Jalil
Dosen Ma'had Aly Mudi Mesra Samalanga

(Disadur dari Muqaddimah لا يأتيه الباطل, karya agung dari As-Syahid, Syaikh Ramadhan Al-Buthi rahimahullah) 

Alquran adalah kalamullah yang tidak akan mungkin mampu direndahkan oleh siapapun. Allah sendiri yang memberikan jaminan bahwa Alquran tidak akan datang kepadanya kebatilan. Semakin dihina, semakin mulia. Semakin ada orang yang ingin meredupkan cahayanya, cahayanya malah bersinar semakin terang.

Allah berfirman ;

لَّا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ ۖ تَنزِيلٌ مِّنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ

"Yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji." (QS. Fusshilat: 42)

Dalam ayat lain Allah berfirman ;

يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ

Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya". (QS. As-Saf; 8)

Lalu pertanyaannya, dengan adanya jaminan dari Alquran yang kita pasti meyakini kebenarannya tanpa keraguan sedikit pun, apakah hal itu menjadi dalih agar kita duduk tenang, lalu membiarkan mereka, orang-orang anti Islam berbicara seenak hati untuk menyudutkan Islam dan menuduh hal-hal yang tidak pantas terhadap Alquran?

Nauzubillah! Kita berlindung kepada Allah agar tidak sampai menjadikan ayat seperti ini sebagai alasan untuk bermalas-malasan, atau untuk santai dari menjalankan kewajiban yang dibebankan oleh Allah SWT sebagaimana yang termaktub dalam ayat lainnya ;

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ....

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik serta berargumentasilah dengan mereka dengan cara yang baik..." (QS. An-Nahlu; 125)

Kita mengimani dan meyakini sepenuhnya akan jaminan yang Allah berikan kepada Alquran. Hanya saja dalam hal ini, Allah memberikan taufiq kepada hamba-hamba yang dipilihnya untuk menjaga agama yang suci ini dari kaidil kaidin (tipu daya dari orang yang licik) dan laghw al-muftarin (kebohongan dari para pendusta).

Ini merupakan sunnatullah. Bukan dalam artian Allah butuh kepada manusia untuk membela agama dan menjaga kemurnian kitabnya. Allah Mahakaya dari hamba ciptaan-Nya, dan sebaliknya hamba-Nya lah yang selalu butuh kepadanya. Sunnatullah itu merupakan bentuk tasyrif (kemuliaan) yang Allah berikan kepada hamba-hamba yang dipilihnya untuk bangkit berjuang memperkenalkan agamanya, berdakwah serta memahami dengan benar isi kitab sucinya.

Oleh karena itu, Syekh Buthi menyampaikan bahwa meskipun beliau yakin sepenuhnya bahwa Allah lah yang menyempurnakan cahaya yang memenuhi kitab suci Alquran, namun beliau tetap merasa berkewajiban untuk mengemban kewajiban ilmiah, membela Alquran dari dari tuduhan bathil hasil rekayasa pihak-pihak yang tidak senang dengan Alquran.

Beliau menyampaikan bahwa tuduhan-tuduhan miring kepada Alquran sebenarnya muncul dari mereka yang tidak memiliki pemahaman yang benar tentang Alquran, bahkan tentang Islam. Seharusnya mereka tidak perlu berbicara tentang sesuatu yang sebenarnya tidak mereka pahami. Allah berfirman :

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

"Dan janganlah kamu berbicara tentang apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya." (QS. Al-Isra' : 36)

Dalam mengarang kitab ini, Syekh Buthi dengan berani menantang mereka dengan mengikuti uslub Alquran. "Ayo, kita uji dan buktikan. Kami ataukah Kalian yang berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan. Kita buktikan saja secara ilmiah." Syekh Buthi mengutip ayat;

... وَإِنَّا أَوْ إِيَّاكُمْ لَعَلَىٰ هُدًى أَوْ فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ

"...Sesungguhnya kami atau kalian yang sungguh berada dalam petunjuk atau kesesatan yang nyata." (QS. Saba' ; 24)

Syekh Buthi juga meniatkan karyanya sebagai pembuktian bagi firman Allah dalam Alquran,

لَّا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ ۖ تَنزِيلٌ مِّنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ

"Yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji." (QS. Fusshilat ; 42)

Dari ayat inilah Syekh Buthi meng-iqtibas-kan nama kitabnya

لا يأتيه الباطل
(كشف لأباطيل يختلقها ويلصقها بعضهم بكتاب الله عز وجل)

KEBATILAN TIDAK AKAN DATANG KEPADANYA (ALQURAN)
(Menyingkap kebatilan hasil rekayasa yang dituduhkan oleh sebagian pihak kepada kitabullah Azza wa Jalla)

Banyak hal-hal menarik yang dibahas dalam kitab ini. InsyaAllah kitab ini akan jadi modal berharga bagi kita untuk menghadapi kalangan-kalangan perusak, apakah mereka dari luar Islam dan dari sebagian muslim sendiri yang sudah dicuci pikirannya dengan pemahaman yang menyimpang.

Semoga Allah merahmati Syekh Buthi, dan Semoga Allah berikan kita kekuatan untuk menapaki jalan yang ditempuhnya...

Posting Komentar untuk "Jaminan Allah Terhadap Alquran dan Kewajiban Kita dalam Membelanya"