Kelahirannya diperingati lewat upacara Arus Seb-i di Konya, Jalāl ad-Dīn Muhammad Rūm adalah Sufi yang merangkul seluruh umat manusia
Tentu sosok ini tidak asing di telinga umat Islam sejagad. Pasalnya
kata-katanya seringkali dijadikan rujukan untuk memahami nilai-nilai
kemanusiaan. Lalu siapakah sosok Jalāl ad-Dīn Muhammad Rūmī yang begitu masyhur
di telinga umat Islam ini?
Setiap tahun sejak 1937, kematian Jalāl ad-Dīn Muhammad Rūmī
diperingati lewat acara peringatan Seb-i Arus (Malam Reuni dengan Tuhan) di
Konya, tempat kelahiran ordo Mevlevi di abad ke-13 dan rumah bagi Rumi.
Konya
adalah kota yang dikenal tidak hanya dengan Mevlāna, tetapi juga karena
kekayaan budayanya yang memadukan warisan sejarah.
Tahun 2020
menandai peringatan 747 tahun kematian sufi, penyair, dan cendekiawan terkenal
dunia Jalāl ad-Dīn Muhammad Rūmī atau dikenal dengan Rumi.
Tahun ini
pada 7 Desember dan 17 Desember, dengan dukungan Kementerian Kebudayaan dan
Pariwisata serta Badan Promosi dan Pengembangan Pariwisata Turki, Upacara Sema
sebagai bagian dari upacara Seb-i Arus dilaksanakan di Pusat Kebudayaan Rumi,
Konya.
Karena
pandemi dan partisipasi yang terbatas selain dari tamu istimewa dan undangan
kementerian, upacara tersebut disiarkan langsung di akun Twitter dan Facebook
GoTurkey dan cerita waktu nyata akan dibagikan dari akun Instagram GoTurkey
(www.goturkey.com)
Ketua
Majelis Nasional Besar Turki, Mustafa Şentop, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
Turki, Mehmet Nuri Ersoy, Wakil Presiden Yayasan Mevlâna Internasional (Rūmī),
Esin Çelebi Bayru (Cucu dan sosiolog generasi ke-22 Rumi) dan penulis serta
pakar Rumi, Ali Bektaş hadir dalam perayaan ini bersama para jurnalis dari
seluruh dunia.
Menurut
Wira Nurmansyah, traveler dan aktivis media sosial Indonesia, ajaran Mevlāna
tentang cinta sudah dikenal luas di Indonesia dan berpengaruh besar bagi WNI
seperti dirinya.
“Menyaksikan
ritual itu sangat menyentuh hati saya. Tidak hanya itu, suasana spiritual Konya
memberikan pengaruh positif bagi seorang muslim seperti saya, selain dari
sekian banyak tempat wisata muslim lainnya yang ada di Turki,” ujar Wira,
menambahkan upacara ini meninggalkan kesan luar biasa pada perjalanan
pertamanya ke Turki pada awal Desember 2020.
Pegiat
medsos Indonesia lainnya, Ashari Yudha, juga menghadiri upacara bersama Wira di
mana mereka diundang secara pribadi sebagai tamu oleh Kantor Pariwisata
Kedutaan Besar Turki dan Badan Promosi dan Pengembangan Pariwisata untuk acara
khusus ini.
Upacara Seb-i Arus, ritual tahunan di Turki
Upacara
Seb-i Arus, yang diadakan setiap tahun pada 17 Desember, memiliki arti 'malam
perpaduan' dalam bahasa Turki. Malam perpaduan dikenal dalam urutan Mevlevi
sebagai malam saat Jalāl ad-Dīn Muhammad Rūmī meninggal.
Karena
Jalāl ad-Dīn Muhammad Rūmī menganggap kematiannya bukan sebagai akhir tetapi
sebagai reuni dengan Tuhan tercinta, peringatan kematiannya disebut 'Malam
Perpaduan' atau juga disebut sebagai 'Malam Reuni'.
Rumi
menafsirkan kematian sebagai kembali ke asal-usul manusia atau kembali kepada
Allah karena fakta sumber kehidupannya adalah alam ilahi.
Menurut
Rumi, kematian bukanlah lenyapnya jasmani, melainkan pelarian menuju Allah.
Rumi mengungkapkan filosofinya tentang kematian dengan kata-kata: "Semua
orang menyebutnya sebagai pergi, namun saya menyebutnya sebagai reuni."
Sufi yang merangkul seluruh umat manusia
Rumi, penyair sufi abad ke-13, yang terkenal dengan kutipan
terkenalnya "Ayo, datanglah siapa pun Anda", dianggap sebagai salah
satu filsuf Sufi terbesar di dunia.
Dia
dicintai dan dihormati oleh semua agama karena puisi dan tulisan agamanya yang
merangkul seluruh umat manusia.
Rumi
memiliki banyak atribut seperti penyair Muslim, ahli hukum, ulama, teolog, dan
mistikus sufi, namun dia sejatinya lebih dari itu.
Rumi
mewakili tatanan kehidupan dalam dirinya sendiri karena dia percaya pada
"esensi sejati", sisanya hanya gambaran.
Rumi, yang
pintunya selalu terbuka bagi semua orang, apa pun ras maupun agamanya, telah
menjadi simbol kesetaraan di dunia dalam segala hal.
Setiap
tahun, pengunjung dari seluruh dunia mengikuti upacara yang diadakan di Konya
untuk memperingati kematian Jalāl ad-Dīn Muhammad Rūmī, yang menyebarkan
pandangan humanis dan penuh kasih ini kepada seluruh umat manusia.
Filosofi dasar Ordo Mevlevi: Upacara
Sema
Upacara
sema yang dilakukan pada acara peringatan Rumi diperingati mengandung
simbol-simbol penting yang mencerminkan filosofi dasar Ordo Mevlevi.
Sema
secara umum mengungkapkan pembentukan alam semesta, kebangkitan manusia di
dunia, manusia bertindak dengan cintanya kepada Tuhan dan perjalanannya menuju
manusia yang sempurna.
Upacara
Sema melambangkan perjalanan mistik dari pendakian spiritual manusia melalui
pikiran dan cinta menuju kesempurnaan.
Kostum
simbolis dari para darwis yang berputar-putar (semazens) yang melakukan upacara
sema juga memiliki arti penting.
Sementara
topi kerucut (sikke) mewakili batu nisan ego, rok panjang putih mewakili kain
kafan ego.
Di atas
jubah itu, para darwis yang berputar-putar mengenakan jubah hitam panjang
(hırka) yang melambangkan kuburan duniawi mereka.
Di awal
pertunjukan, semazen membuka kedua tangan ke sisi mereka seolah-olah merangkul
alam semesta dan mulai berputar berlawanan dengan arah jarum jam.
Tangan
kanan, telapak tangan ke atas mengarah ke langit, melambangkan kesiapan untuk
menerima kemurahan hati Tuhan.
Telapak
tangan kiri melihat ke bawah ke arah bumi, melambangkan kesediaan para semazens
untuk menyampaikan pesan Tuhan kepada mereka yang menyaksikan Sema dan yang
lainnya.
Selama
pusaran, semazens melepas jubah gelap mereka yang mewakili rasa terlahir
kembali ke kebenaran secara simbolis dan dengan menyilangkan tangan mereka di
dada, mereka mewakili angka satu.
Dengan
demikian, semazens menjadi saksi keyakinan bahwa "hanya ada satu
Tuhan".
Semahane
tempat upacara berlangsung melambangkan alam semesta. Sementara sisi kanan
mewakili ranah materi yang terlihat dan diketahui, sisi kiri mewakili ranah
makna.
Ketika berita pandemi menyebar awal tahun ini, banyak rencana
perjalanan, pernikahan, dan perayaan meriah ditunda untuk kemaslahatan yang
lebih besar.
Ketika
banyak negara belum membuka pintu bagi perjalanan internasional, Indonesia
adalah salah satu dari sedikit yang masih mengizinkan warganya melintasi
perbatasan internasional dengan SOP ketat.
Situasi
ini memungkinkan warga Indonesia melanjutkan impian mereka keliling dunia
sambil menyaksikan acara-acara penting seperti upacara Seb-i Arus di Turki. [Anadolu Agency]
Posting Komentar untuk "Kelahirannya diperingati lewat upacara Arus Seb-i di Konya, Jalāl ad-Dīn Muhammad Rūm adalah Sufi yang merangkul seluruh umat manusia"