Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Memahami Statemen Erdogan “Turki Ingin Perkuat Hubungan dengan Israel’ sebagai Siasat Politik

Screhshot berita tentang Erdogan di Media Indonesia. 

Oleh Teuku Zulkhairi

Sejumlah media memviralkan berita Presiden Turki Receb Thayeb Erdogan yang ingin memperkuat hubungan dengan Israel. Dan dari sejumlah media itu hanya Sindonews hanya yang menulis secara lebih adil. Sindonews menulis judul “Turki Ingin Normalisasi dengan Israel, Syaratnya Kemerdekaan Palestina’.

Judul Sindonews ini cukup mewakili esensi dari kalimat-kalimat asli Erdogan yang diwawancarai Anadolu Agency Turki.  Dari penjelasan Erdogan di Anadolu Agency, sebenarnya sangat jelas kita bisa menangkap bahwa Erdogan meletakkan kepentingan pembebasan Palestina sebagai prioritas paling utama dalam kebijakan hubungan luar negeri Turki terkait dengan isu Palestina.

Maka tidak heran bahwa beberapa waktu lalu, Erdogan juga menerima kunjungan pengkhotbah Masjid Al-Aqsa, Sheikh Ikrima Sabri selaku kepala otorititas Islam tertinggi di Yerussalem. Oleh sebab itu, menurut The Jerusalem International Foundation, fakta bahwa kunjungan Syaikh Ikrima yang disambut dengan mulia oleh Erdogan, itu jelas membawa pesan-pesan penting.

Dalam berita di Anadolu Agency, Yayasan tersebut mengatakan bahwa mereka memandang sangat penting Turki dan presidennya menerima kepala Otoritas Islam Tertinggi di Yerusalem, menekankan bahwa mereka membawa "pesan dukungan dan solidaritas dengan syekh yang dilecehkan dengan parah oleh pendudukan Israel."

Dan menganggap bahwa kunjungan tersebut termasuk "deklarasi resmi bahwa Turki menganut pendekatan yang diwakili oleh Syekh Ikrimah, yaitu pendekatan mereka yang mematuhi Yerusalem, yang ditempatkan di dalamnya dalam menghadapi kebijakan pendudukan."

Artinya, posisi Erdogan jelas totalitas mendukung Palestina dan pembebasan Masjidl Aqsha. Tidak ada, atau hanya sedikti negara-negara yang secara terbuka mau mendukung dan menerima kunjungan tokoh-tokoh Hamas Palestina, termasuk terbaru Erdogan menerima kujungan Syaikh Ikrimah yang merupakan kepala otoritas Islam tertinggi di Yerussalem.

Pertanyaannya kemudian, mengapa Erdogan tetap menjalin kerjasama dengan Israel?  Dan bagaimana sebenarnya penyampaian Erdogan perihal hubungan dengan Israel?

Kita tidak bisa memungkiri bahwa betul Turki masih mempertahankan hubunngan dengan Israel sebagai suatu hubungan warisan masa lalu. Di sisi lain, dalam upaya Erdogan bergabung dengan Uni Eropa, Turki mau tidak mau harus mempertahankan hubungan dengan Israel.

Ada yang mengatakan mengapa Turki tidak membangun kerjasama dengan negara Islam saja sehingga tidak perlu harus mengejar keanggotaan dengan Uni Eropa? Itu pertanyaan yang bagus jika anda bertanya seperti itu.

Tapi ketahuilah, Turki telah terus-menerus berupaya “mempersatukan” dunia Islam dengan berbagai cara. Dan sejauh ini, Turki cukup berhasil menyatukan negara-negara  Muslim sebangsa, yakni bangsa Turki.

Lalu, bagaimana dengan negeri-negeri muslim lain? Anda sudah tahu itu tentunya bukan? Apakah anda akan bertanya mengapa Turki tidak berupaya membangun kerjasama dengan Mesir, Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan lain-lain dan melupakan mimpi bergabung dengan Uni Eropa?

Sebenarnya anda tidak perlu bertanya itu. Sebab anda sudah tahu kondisi negera-negara muslim yang disebutkan di atas. Tapi meski demikian, pada fakta di lapangan, Turki terus berjuang merangkul semua negeri-negeri muslim dengan penuh ketulusan. Itu fakta yang tidak bisa diabaikan begitu saja oleh kita semua.

Dan mesti kita ingat, Turki bukan level hanya mementingkan untuk merangkul dunia Islam saja. Anda bisa melihat sejarah Ottoman yang kekuasaan mereka membentang dari Asia, Eropa hingga Afrika. Bahkan mencapai sepertiga belahan dunia.

Anda pasti tahu bahwa Turk ingin bergabung dengan Uni Eropa sesunngguhnya merupakan bagian dari strategi besar Turki untuk menjadi “pemimpin” bagi negara-negara Eropa.

Anda akan melihat fakta bahwa ketika pandemi Virus Corona mulai menyerang negara-negara Eropa di awal tahun 2020, Turki mengirim bantuan bukan saja ke negeri-negeri muslim, tapi juga ke banyak negara-negara Eropa.

Itu artinya mereka menunjukkan jatidiri sebagai negara pewaris peradaban besar masa lalu. Itu tidak bisa dan tidak dilakukan oleh sembarangan negara. Hanya negara yang bermental pemimpin dunia yang mau melakukannya.

Jadi, sampai di sini, saya rasa sudah jelas bahwa Turki memang perlu bergabung dengan Uni Eropa. Tapi apakah kemudian Turki akan menjadi anak bawangnya Uni Eropa? Tentu sama sekali tidak.

Fakta selama ini, Turki ingin bergabung dengan Uni Eropa dalam kapasitas sebagai negara besar yang layak memimpin Uni Eropa dengan segala sumber daya dan warisan sejarahnya.

Fakta ini sangat disadari oleh negara-negara Uni Eropa, sehingga di satu sisi mereka mengatakan butuh Turki, tapi di sisi lain mereka terus-menerus memperlambat keanggotaan Turki di Uni Eropa. Ada kekhawatiran gelombang Islam akan mewarnai daratan Eropa jika secara resmi Turki menjadi bagian dari Uni Eropa.

Baiklah. Mari berkesimpulan bahwa tidak ada yang salah dengan tekad Turki bergabung dengan Uni Eropa. Dan berikutnya, bahwa dalam situasi seperti ini, Turki sama sekali  tidak mengorbankan Palestina.

Turki berterus terang bahwa ada hubungan antara Turki dan Israel, tapi Turki juga secraa terbuka mendukung gerakan pembebasan Palestina, baik Hamas maupun Fatah. Ada tidak negara lain yang berani mendukung Hamas?

Turki bukan saja mendukung, tapi bahkan mengundang tokoh-tokoh Hamas datang ke Istanbul sehingga tidak jarang mengundang kekhawatiran besar Israel and the gank.

Tapi bagi Turki, nggak ada urusan dengan kekhawatiran negara-negara lain atas dukungan Turki ke Hamas. Turki bukan negara pengemis, penghutang. Turki adalah negara yang sudah mandiri dalam banyak hal. Termasuk yang paling mutakhir kita melihat bagaimana upaya keras Turki untuk mandiri secara teknologi militer.

Kembali ke bagaimana penyampaian Erdogan tentang hubungan dengan Israel ketika diwawancarai Anadolu Agency.  Sang jurnalis saat itu bertanya, "Hubungan Turki dengan Israel dengan laporan baru-baru ini yang mulai membangun kembali Apa komentar Anda?" 

Terhadap pertanyaan ini, Erdogan memberikan jawaban sebagai berikut:

“Dalam hal ini, hubungan kami dengan Israel pada titik intelijen tidak terputus, mereka masih berlanjut. Dengan kata lain, kami mengalami beberapa kesulitan dengan orang-orang di titik tertinggi di sini, seperti dengan beberapa negara. Jika tidak ada masalah seperti itu di puncak, hubungan dengan Israel akan sangat berbeda. Tentu saja Israel terutama kebijakan Palestina, bagi Turki persoalan Palestina secara harfiah atas garis merah kami”.

Jadi, Erdogan menekankan bahwa persoalan Palestina adalah garis merah dalam kebijakan luar negeri Turkin untuk isu Palestina. Sementara itu, kita bisa menyaksikan negara-negara lain yang merapat ke Israel, dimana dukungan mereka untuk Palestina?

Bukankah negara-negara Arab itu adalah tetangganya Palestina dan berbeda dengan Turki? Bukankah Palestina adalah saudara sebangsanya negara-negara Arab di kawasan? Tapi anda melihat dimana dukungan nyata mereka terhadap Palestina?

Jadi, bukan soal fanatik kepada Erdogan, tapi fakta ini mengajarkan kita bahwa mau tidak mau kita harus membedakan antara pendekatan Turki dalam urusan dengan Israel dengan pendekatan negara-negara Arab. Anda dapat membaca komentar-komentar warga Palestina untuk memahami apa yang saya tulis ini.

Anda bisa menyimak statemen-statemen warga Palestina tentang negara-negara Arab yang mengkhianati mereka. Dan silahkan anda membaca juga komentar warga Palestina, warga Gaza kepada Turki. Anda pasti akan menemukan adanya perbedaan antara sikap warga Palestina ketika merespon isu mendekatnya negara-negara Arab ke Israel dengan isu hubungan Turki dengan Israel?

Itu karena orang-orang punya hati nurani dan punya pikiran untuk berfikir. Juga punya mata untuk melihat fakta-fakta yang jelas. Pada faktanya,  Turki tetap berada di belakang rakyat Palestina saat dimana mereka ditinggalkan oleh negara-negara Arab.

Dalam wawancara yang sama dengan Anadolu Agency, Erdogan juga mengatakan:

“Kami tidak dapat menerima kebijakan Israel di Palestina. Kami tidak dapat menerima sikap Israel terhadap saudara-saudari kami di Palestina. Ada perilaku kejam di wilayah Palestina oleh Israel.  Ini adalah titik dimana kami berbeda dari Israel dalam hal pendekatan kami terhadap pemahaman kami tentang keadilan maupun integritas wilayah negara.”

Jadi, Erdogan hendak mengatakan, bahwa oke saja hubungan dengan Israel.Tapi posisi Turki sama sekali tidak goyah dalam mendukung secara nyata kemerdekaan Palestina. Dan untuk tujuan ini, Turki tidak segan untuk berbenturan secara nyata dengan Israel. Suatu pilihan yang  tidak berani dilakukan oleh banyak negara.

Oleh sebab itu, kita tidak heran ketika kemudian sumber diplomatik Israel meragukan tekad Erdogan untuk memperkuat hubungan dengan Israel ini.

Sebuah sumber diplomatik yang tidak disebutkan namanya itu mengatakan bahwa Erdogan tidak dapat menyembunyikan teroris Hamas dan mencoba menjalin hubungan lebih dekat dengan Israel secara bersamaan.

“Saya tidak yakin dia jujur. Kita perlu melihat tindakan,” ungkap sumber tersebut sebagaimana dikutip dari Jerussalem Post oleh rmol.id pada Senin (28/12).

Penulis adalah pemerhati Kiprah Politik Erdogan di dunia Islam. Mengajar di UIN Ar-Raniry, Banda Aceh.


Posting Komentar untuk "Memahami Statemen Erdogan “Turki Ingin Perkuat Hubungan dengan Israel’ sebagai Siasat Politik"