Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

[Surat Terbuka untuk Pemegang Kebijakan Pendidikan Aceh] Jika "Kerbau Pak Madi" Diganti Dengan "Muhammad Nabi Kami", Mungkinkah?

[Saran Terbuka untuk Pemegang Kebijakan Pendidikan di Aceh]

Dengan adanya lex specialis bagi Aceh yang diantaranya diberikan keleluasaan untuk menerapkan syariat Islam secara kaffah, sudah seharusnya hal ini direspon dengan keseriusan dari kita semua agar Islam benar-benar hidup dalam jiwa seluruh kaum Muslimin yang ada di Aceh.

Perhatian kita terhadap upaya legislasi syariat melalui qanun memang penting. Namun perhatian yang sama juga perlu kita berikan secara lebih serius untuk sektor pendidikan. Bagaimana caranya agar tuntutan Islam terintegrasi dalam setiap segmen pendidikan mulai dari TK hingga perguruan tinggi.

Ada suatu hal yang mungkin dapat menjadi pertimbangan para pemangku kebijakan, khususnya yang mengelola pendidikan dasar. Kenapa pendidikan dasar ini perlu kita berikan perhatian khusus? Karena semuanya berawal dari sini. Banyak dari orang sukses saat ini adalah mereka yang telah membangun mimpinya sejak dini, sehingga alur kehidupan yang dijalaninya difokuskan untuk perjuangan menggapai mimpi dan cita-cita kecilnya.
Maka dari sini kita perlu membentuk paradigma berpikir seorang Muslim sejak dari dini bahwa sukses tidak tepat dimaknakan dengan sekedar menggapai prestasi, tapi sejauh mana bisa memberikan kontribusi yang bermanfaat kepada orang banyak. Khairun Nas 'Anfauhum lin Nas. Doktrin ini penting, agar generasi yang terdidik melalui lembaga pendidikan benar-benar berpikir agar bisa memberikan manfaat sebanyak-banyaknya kepada orang lain, bukan malah memanfaatkan orang lain untuk manfaat pribadinya.

Betapa banyak kita lihat orang-orang yang telah mendapatkan pendidikan tinggi namun belum nampak secara real kontribusinya kepada masyarakat. Belum lagi bila seandainya arti sukses dalam pikirannya adalah bagusnya karir pribadi, sehingga ia akan melakukan segala cara tanpa peduli halal atau tidak, tanpa mau tau ada pihak yang terzalimi, karena memang pengertian sukses yang ada dalam benaknya ya seperti itu.

Kalau seperti ini kondisi dari lulusan lembaga pendidikan, maka banyaknya anggaran negara dialokasikan dan dihabiskan untuk sektor pendidikan sama artinya negara sedang menggelontorkan anggaran besar untuk sebuah laboratorium yang menghasilkan virus yang begitu membahayakan. 
Semakin banyak anggaran habis untuk mendidik manusia yang akan dianggap terdidik, semakin banyak pula uang negara nantinya akan dikuras dan dicuri oleh mereka yang pendidikannya dibiayai. Maka di sinilah pertingnya fokus pendidikan tidak boleh hanya megacu pada sisi intelektual, tetapi yang lebih penting dari itu adalah aspek moral dan spiritual.

Bagaimana caranya mendidik manusia yang selain memiliki ketajaman intelektual, juga dibekali keluhuran moral dan kedalaman spiritual? Tentu tidak ada sosok lain yang patut dijadikan roole model dalam hal ini selain sosok Rasulullah Saw. Beliau adalah teladan, uswatun hasanan, yang disebutkan dalam hadis bahwa khuluquhul Quran, Akhlaknya adalah Alquran yang berjalan. Bahkan Allah berfirman dalam kalamnya mulia dengan mengawalinya dengan sumpah;
وإنك لعلى خلق عظيم
".... Sesungguhnya Engkau (Muhammad) benar-benar memiliki budi pekerti yang agung."

Tidak akan merugi bagi siapa saja yang ingin menyelami pribadi Nabi. Bahkan kerugian sebenarnya terletak saat umat ini jauh dari Sang Nabi. Maka apa salahnya nama Muhammad ini selalu disebut-sebut, dihayati akhlak dan budi pekertinya, diteladani jejak yang ditempuhnya, sehingga apapun yang kita lakukan orientasinya adalah untuk mengikuti Nabi dan mengharap ridha ilahi. Dan alangkah lebih luar biasanya, jika nama Nabi makin menyatu dalam setiap jiwa anak negeri, sejak berusia dini dan terus hadir dalam setiap jejak langkah perjalanannya dalam meraih mimpi.

Kalau kita membuka buku-buku jadul, maka kita akan menemukan bacaan yang disetiap hari dieja oleh anak-anak, dan bacaan itu selalu diingatnya sampai dewasa. Misalnya;

"Ini Budi, Ini Ibu Budi. Ini Bapak Budi. Ini rumah Budi, dll."

Ada juga di buku Bahasa Indonesia yang lain misalnya;

"Ini kerbau Pak Madi,
Kerbau Pak Madi tiga ekor
Kerbau Pak Madi gemuk dan besar."

Sebagian dari anak-anak heran, koq kerbau Pak Madi tidak pernah bertambah. Tahun lalu tiga ekor, tahun ini juga tiga ekor. Mungkin inilah sebabnya rakyat Indonesia tidak terlalu semangat untuk maju, toh Pak Madi saja yang jadi ikon dalam buku-buku di pendidikan dasar kerbaunya tidak pernah bertambah. Hehe... Sekedar canda!

Tanpa mengurangi hormat kita kepada para pemerhati pendidikan di negeri ini, kalau boleh menyarankan bagaimana kalau seandainya di Aceh yang telah memiliki lex specialis (kekhususan) yang salah satunya dalam bidang pendidikan, kita manfaatkan sebaik mungkin untuk menyemai nama dan akhlak Nabi agar hidup mengakar dalam setiap relung jiwa masyarakat di bumi Serambi Mekkah ini.

Melalui sosok Nabi kita dapat ajarkan kesabaran
Melalui sosok Nabi kita dapat ajarkan pentingnya perjuangan
Melalui sosok Nabi kita dapat ajarkan cinta tanah air
Melalui sosok Nabi kita dapat ajarkan pentingnya hidup harmoni penuh persaudaraan
Melalui sosok Nabi kita dapat ajarkan toleransi
Melalui sosok Nabi kita dapat ajarkan bahwa arti sukses sebenarnya adalah sejauh mana dapat memberi manfaat kepada orang lain

Kita ganti isi buku bacaannya, misalnya

Muhammad Nabi Kami
Nabi senang jika kami suka berbagi
Nabi senang jika kami jadi anak berbakti
Nabi senang jika kami suka menolong orang lain

Nabi sosok pemaaf,
Nabi sosok penuh kesabaran,
Nabi sosok yang teguh dalam berjuang

Saya haqqul yakin keberkahan akan turun ke negeri ini, andai nama Sang Kekasih Allah, yang karenanya semesta ini diciptakan, nama itu disebut dimana-dimana seraya bershalawat kepadanya.

Saat sosok Nabi yang dijadikan ikon, dijadikan idola, maka dengan sendirinya akan merobah pola pikir anak negeri agar apapun yang mereka lakukan tidak boleh lari dari konsep yang diajarkan Nabi. Tentu saja, semakin banyak orang-orang yang menghidupkan sosok Nabi dalam setiap helaan nafasnya, maka akan semakin banyak ditemukan sosok yang kepada mereka boleh dititip negeri ini untuk diperjuangkan menuju ke arah lebih baik.

Saya tidak tau harus menyampaikan kemana pesan ini. Saya hanya niat jika ide ini baik semoga Allah mudahkan dan tersampaikan kepada orang-orang mulia yang punya mimpi yang sama bagaimana agar negeri ini menjadi lebih baik. Ide ini juga sering kami dengar lewat syarahan beberapa guru kami lewat pengajiannya.

Silahkan dishare! Siapa tau ada pihak berwenang yang akan membaca pesan ini. Semoga saja negeri ini menjadi lebih baik dengan berkahnya Sang Nabi, Sayyiduna wa Habibuna Muhammad ﷺ

Muhammad Iqbal Jalil
Samalanga, 3-12-2020

1 komentar untuk "[Surat Terbuka untuk Pemegang Kebijakan Pendidikan Aceh] Jika "Kerbau Pak Madi" Diganti Dengan "Muhammad Nabi Kami", Mungkinkah?"