Tauhid Kami Tidak Ada Pembagian

TAUHID

By Martunus | Pengembara asal Aceh di Istanbul. Alumni Dayah Raudhatul Muna Aceh Besar

Pernah saya bingung harus mengisi jawaban apa ketika ditanyakan apa pengertian Tauhid Rububiyah, Uluhiyah, Asma wa Sifat pada proses Screening sebuah organisasi mahasiswa di Aceh 8 tahun lalu. 

Sebab saya sangat asing dengan pembagian tauhid Uluhiyah dan Rububiyah. 

Saya besar dalam tradisi dayah, yang mengajarkan Aqidah Ahlusussunnah wal Jama'ah bermazhab Asy'ariyah. Sejauh yang saya pelajari tidak ada pembagian tauhid semacam itu. 

Hingga belakangan saya pahami bahwa pembagian Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Rububiyah diprakarsai oleh Ibnu Taimiyyah hingga disuburkan kembali dalam sekte Wahabi. 

Dampak dari pembagian tauhid tersebut dalam kasus ekstreamnya sangat berbahaya, yakni Takfiri (pengkafiran), dalam skala sedangnya adalah pembid'ahan. 

Kekeliruan dari pembagian Tauhid Rububiyah dan Uluhiyah adalah mengakui bahwa orang2 musyrik juga bertauhid, yakni tauhid Rububiyah. Sangat fatal gagasan ini. 

Sejatinya Tauhid Rububiyah dan Uluhiyah tidak boleh dibagi, sebab keduanya sama, mengakui Allah sebagai Rabb juga mengakui Allah sebagai Ilah. 

Tauhid (pengesaan) mengharuskan mengakui kedua hal itu secara bersamaan. Tidak sah dikatakan bertauhid jika hanya mengakui Allah sebagai Rabb namun tidak sebagai Ilah. 

Bagaimana pun, yang dikatakan oleh kaum musyrik bahwa mereka mengakui Allah sebagai Rabb namun menyatakan Dia memiliki sekutu tidak layak disebut Tauhid Rububiyah. 

Akibatnya dari gagasan ini, oleh penganut paham Wahabi menganggap amaliyah kaum Muslimin, berziarah kubur, tawassul dsb adalah ptaktik kaum musyrikin yang hanya memiliki Tauhid Rububiyah. 

Maka mayoritas Muslim di dunia sejak para sahabat tidak mengenal pembagian tauhid ini menjadi Rububiyah dan Uluhiyah, keduanya adalah sama, saling terkait dan tidak sah jika dipisahkan. 

*Lukisan kota Qairo era Ottoman.