Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hasyim Muzadi: Kolaborasi Eksternal Mengepung NU, Muktamar dalam Situasi Emergency

KH A Hasyim Muzadi. Foto: lintasterkininews.com
JAKARTA (BangsaOnline) - Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang dan Depok Jawa Barat KHA Hasyim Muzadi mengingatkan bahwa Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-33 berlangsung dalam situasi emergensi (darurat) dari segi paham. Karena banyak kepentingan yang berusaha masuk untuk ambil bagian, terutama pihak eksternal.

”Muktamar kali ini sangat emergency. Kolaborasi eksternal mengepung NU. Mereka akan berusaha untuk menempatkan “perwakilan” dalam struktur kepemimpinan NU. Karena itu kita harus hati-hati,” tegas anggota Wantimpres itu. Yang dimaksud kolaborasi eksternal itu adalah kelompok Syiah, Wahabi dan Islam aliran kiri seperti Jaringan Islam Liberal (JIL). 

Menurut Kiai Hasyim Muzadi, jika warga dan pengurus NU gagal mengantisispasi atau membendung kolaborasi eksternal ini, maka sangat berbahaya bagi organisasi keagamaan yang dilahirkan pada tahun 1926 itu.

“NU bukan hanya ganti pengurus, tapi juga bisa ganti kelamin,” tegas Kiai Hasyim Muzadi yang mengaku sudah 50 puluh tahun aktif sebagai pengurus NU, yaitu sejak dari ketua ranting NU sampai ketua umum PBNU dua periode.

”Kalau Muktamar normal mungkin hanya ganti pengurus, tapi kali ini Muktamar NU dalam situasi tak normal. Banyak kepentingan paham luar yang kini sedang mengepung kita,” kata anggota Wantimpres ini mengingatkan.

Memang banyak sekali laporan dari PCNU dan PWNU dari berbagai daerah yang mengaku mendapat serbuan paham Syiah, Wahabi dan Islam aliran kiri. Yang terbaru adalah di PCNU Pamekasan Madura. Kelompok Wahabi melakukan penyebaran paham ke kantong-kantong NU sehingga muncul gejolak sosial, yaitu demo besar yang diikuti sekitar 1.500 warga Pamekasan.

”Kita tiap hari sibuk membendung ajaran yang menyerang Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja),” kata KH Abdul Ghoffar, Ketua Tanfidziah PCNU Pamekasan kepada BangsaOnline.com. Karena itu, menurut Kiai Ghoffar, dalam Muktamar NU nanti yang paling penting adalah memilih Rais Aam dan Ketua Umum Tanfidziah PBNU yang punya sikap tegas memperjuangkan Aswaja.

Begitu juga paham Syiah di Sampang Madura sehingga timbul konflik besar. ”Mereka bukan hanya menyebarkan paham Syiah, tapi dalam pidato-pidatonya merendahkan para kiai. Pidatonya kan pakai pengeras suara. Jadi orang-orang di kampung semua dengar,” kata KH Syamsuddin (Ra Uud) dan Faishol kepada BangsaOnline.com. Dua aktivis NU di Sampang ini aktif memberikan bantuan kepada warga di sekitar “kampung Syiah” di Sampang.

Sementara dari Jakarta dilaporkan bahwa Ketua Dewan Kehormatan Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU), Moh. Mahfud MD, mengaku sering membayangkan Muktamar NU mendatang seperti pada era Hadratusysyaikh Hasyim Asy’ari dan generasi sesudahnya, serta beberapa generasi setelah itu.

“Mereka kan tidak pernah pada rebutan,” ujar Mahfud MD di hadapan peserta diskusi bulanan bertema “Menyongsong Satu Abad Nahdlatul Ulama: Muktamar Bersih” yang digelar MMD Initiative di Hotel Sofyan Cikini Jakarta, Senin (30/03) malam. “Yang saya lihat mereka saling tunjuk saja dan yang lain ikut saja,” terang Mahfud.

Meski demikian, Mahfud menilai persaingan dalam muktamar sah-sah saja. “Sekarang, tentu bersaing itu boleh tetapi tentunya tidak dalam konteks menjadikan NU itu sebagai kendaraan politik, tetapi sebagai kendaraan untuk memperjuangkan nilai-nilai dasar Ke-NU-an. Sesuai dengan dasar NU itu sendiri,” tegasnya seperti dikutip NU Online.

Mahfud mendukung pelaksanaan muktamar secara terbuka dan bersih dari praktik-praktik kotor. Menurut dia, praktik tidak bersih kini tak hanya milik partai politik, tapi sudah menjalar ke mana-mana, termasuk organisasi olahraga, ormas keagamaan, dan sebagainya.

“Pake uang, pake janji-janji politik, pake transaksi politik dan intervensi kekuatan dari luar sering terjadi,” ujar Mahfud usai diskusi.

“Nah NU mudah-mudahan tidak, makanya saya adakan (diskusi Muktamar Bersih) seperti ini,” tuturnya seperti dikutip obsessionnis.com.

Diskusi dihadiri para tokoh NU yang didaulat sebagai pembicara antara lain Katib Aam Syuriah PBNU KH A Malik Madani, Pengasuh Pesantren Tebuireng KH Salahuddin Wahid (Gus Solah), dan mantan Sekjen PBNU era Gus Dur KH Ahmad Bagdja. 

sumber: http://www.bangsaonline.com/berita/10059/kolaborasi-eksternal-mengepung-nu-muktamar-dalam-situasi-emergensi