Pendirian Sekolah Tinggi Ilmu Syariah NU Aceh Dekati 100%
Aceh Besar - Status pendirian Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Nahdhatul Ulama Aceh mendekati seratus persen. Demikian diungkapkan Dr. H. Adib, M.Ag, ketua tim visitasi pendirian STIS NU Aceh, Senin (16/12) di YLPI Mahyal Ulum A-Aziziyah, Dilip Bukti, Sukamakmur, Aceh Besar.
Dr.
Adib mengiyakan pendapat Ketua Kopertais Wilayah V Aceh, Prof. Farid Wajdi,
yang dalam sambutannya menjelaskan bahwa sebelum kedatangan tim tersebut
menunjukkan sudah oke delapan puluh persen. “Turunnya tim ini menjadi seratus
persen,” kata farid. “Ini hanya formalitas saja,” lanjutnya bergurau.
Farid
yang juga Rektor UIN Ar-Raniry ini menjelaskan,
pihaknya selaku ex officio Koordinator Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta
(Kopertais) terus memberi rekomendari ke Direktorat Perguruan Tinggi Islam
untuk lahirnya perguruan-perguruan tinggi swasta yang baru demi meningkatnya
Angka Perkiraan Kasar (APK) masyarakat yang melanjutkan
ke perguruan tinggi.
“Jepang, Cina dan Korea itu APK-nya mencapai 60%,” kata
Farid.
Senada
dengan Pak Rektor, Dr. Adib mengiyakan bahwa APK
masyarakat Indonesia baru delapan belas persen. “Untuk itu, ini harus kita
dukung dengan pendirian perguruan tinggi yang dikelola oleh masyarakat,” jelas
Adib.
Kepala
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh, Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd
yakini pendirian ini akan berhasil. “Kami yakin, dari beberapa syarat yang
telah disampaikan—dan kami sempat melihatnya, insya Allah, ketua tim tidak akan ragu-ragu
lagi.”
Visitasi
sendiri adalah kunjungan ke sekolah yang dilakukan oleh asesor untuk melakukan
klarifikasi, verifikasi, dan validasi data serta informasi yang telah
disampaikan oleh sekolah tersebut melalui pengisian instrumen akreditasi.
Sekolah
Tinggi Ilmu Syariah Nahdhatul Ulama Aceh direncanakan berdiri di lahan seluas
enam hektar yang disediakan Yayasan Mahyal Ulum Al-Aziziyah.
Menurut
Tgk. H. Muhammad Hatta, LC, M.Ed, STIS NU ini memiliki
nilai tambah dibanding sekolah sekolah tinggi lainnya. Di antaranya, dengan
perpaduan metodologi sains dan pengajian salafiyah diharapkan mahasiswa mampu
memahami kitab kuning disamping kompetensi akademik.
Hatta,
dalam presentasi usul izin operasional juga meyakinkan tim assesor bahwa kampus
ini akan mampu mencetak kader-kader hafiz, di samping itu pihaknya akan
menyediakan asrama bagi mahasiswa.
Menyambut
kunjungan tim assesor dari Ditjen Pendis Kementerian Agama, YLPI
Mahyal Ulum selaku pengelola telah menyiapkan satu unit gedung perkuliahan,
ruang seminar, perpustakaan, ruang dosen, kantor administrasi dan ruang
laboratorium.
YLPI Mahyal Ulum Al-Aziziyah adalah yayasan yang
dipimpin Tgk. H. Faisal Ali. Yayasan ini berdiri sejak tiga belas tahun lalu,
mengelola satu dayah tradisional dan satu SMK yang juga
berbasis dayah. “Mudah-mudahan, 2014 ini YLPI Mahyal
Ulum sudah bisa mengelola sekolah tinggi,” demikian harapan Lem Faisal yang
juga Ketua PWNU Aceh. [p/aceh.kemenag]