-->
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Harapan Kepada Angkatan Darussalam

HARAPAN KEPADA ANGKATAN DARUSSALAM


A N G K A T A N D A R U S S A L A M *)

Oleh: A. Hasjmy

--- Dengan nama Allah,
Yang Mahapengasih,
Mahapemurah

--- Mari bersatu bersusun bahu,
Dalam ikatan Tali Allah,
Jangan berpecahbelah,
Kenangkan sejenak kurnia Allah,
Ketika kamu salingbantah,
Allah memadu kembali hatimu,
Hatta terbina persatuan sejati,
Kenangkan pula suatu peristiwa,
Ketika berada ditepi jurang malapetaka,
Lantas kamu dibebaskan Allah,
Demikian caranya
Allah menjelaskan ayatayat-Nya,
Semoga kamu berbahagia ! ( Q.S. Ali Imran : 103 )

                                  II

Di sini, di tempat ini,
Tujuh belas tahun yang lalu,
Tanggal dua september 1959,
Disaksikan gunung Seulawah yang agung,
Telah berlangsung suatu peristiwa sejarah,
Yang telah merobah wajah Serambi Mekkah.

Disini, di Lembah Krueng Aceh ini,
Dalam Kampus Darussalam,
Lambang kerukunan dan kehidupan damai,
Lima belas tahun yang lalu,
Telah terjadi titikbalik dalam sejarah :
Pernyataan kelahiran kembali seorang Ulama,
Peresmian berdirinya Universitas Syiahkuala,
Pertanda zamangelap akan hilang,,
Zamangemilang akan datang,
Zamanjahil akan berlalu,
Abad Hamzah Fansuri,
Abad Syamsuddin Sumatrani,
Abad Nuruddin Raniri,
Abad Abdurrauf Singkili,
Abad Jalaluddin Tursani,
Akan menjelma kembali,
Sejarah mengulangi jejaknya.


Disini, ditempat ini,
Dibawah keagungan tugu Darussalam,
Belasan tahun yang telah lampau,
Seangkatan Ansarullah telah memadu janji,
Sepasukan angkatan muda telah mengucap ikrar,
Akan berjuang maju kedepan,
Menembus kegelapan,
Meninggalkan Darulharb,
Menuju Darussalam,
Hasrat duajuta jiwa,
Yang tak tahan lagi derita ................

                             III

Disini, ditempat ini,
Di Lembah Seulawah,
Diserata Serambi Mekkah,
Sebelum berdiri tugu Darussalam,
Sebelum pernyataan kelahiran kembali
Abdurrauf dan Arraniri;
Api bernyalanyala membakarhanguskan,
Peluru berterbangan di angkasa,
Jembatanjembatan runtuh berhancuran,
Gedunggedung hangus menjadi bara,
Ladang dan sawah ditinggalkan,
Kota dan desa diamuk duka,
Lembahlembah bermandi darah,
Gununggunung menatap murung,


Tidak ada senyum tidak ada ketawa,
Wajahwajah bermuram durja,
Anak-anak menjadi yatim,
Wanitawanita menjadi janda,
Ibuibu kehilangan putera,
Daradara kehilangan pujaannya,
Rataptangis menjadi- jadi,
Sedusedan menekan rasa,
Selangsengketa merajalela,
Nyawa manusia sudah tidak ada harga,
Mesjid dan meunasah sunyi menyepi,
Tanah Aceh
Seperti negeri yang dialahkan garuda...................

                                          IV

Dari sini, dari tempat ini,
Dari jantunghati Serambi Mekkah,
Melalui pucuk tugu yang agung ini,
Cita perdamaian dikumandangkan,
Lagu Darussalam disenandungkan,
Membahana bersama angin senja,
Menerjang bersama gelombang lautan,
Menyayup kudus memasuki relungrelung hati,


Melintasi kota dan desa,
Merayapi lembahrendah-lembahrendah,
Menyelusuri datarantinggi-datarantinggi,
Memasuki segala dada,
Melunakkan hati yang murka,
Menjinakkan kudaliar-kudaliar,
Mengekang binatangjalang,
Menyemai bibitbibit damai..............................



Disini, di tempat ini,
Di Kampus Darussalam lambang perdamaian,
Pada satu saat belasan tahun yang lalu,
Dengan disaksikan tugu yang bertuah ini,
Kesadaran telah memekar kembali,
Putera-puteri yang mewakili golongannya,
Telah menghunus pena,
Menandatangani piagam kerukunan...............


                                                V

Disini, di tempat ini,
Dibawah keagungan tugu Darussalam,
Pada waktu tengahmalam sunyi,
Dengan disaksikan bulan yang masih perawan,
Kita tafakkur bersamadi,
Mengenang sejenak kurnia Ilahi,
Bersyukur atas rahmat-Nya,



Yang telah memadamkan permusuhan,
Menanam kerukunan dalam hatihati yang edan,
Membuka mata yang gelapkalap,
Membimbing ke jalanlurus,
Jalan perdamaian, jalan kerukunan,
Jalan ilmu pengetahuan...................


Disini, di tempat ini,
Dengan disaksikan bintangbintang di langit,
Kita berkumpul berhenti sejenak,
Melihat ke belakang, 
Ke jalanjalan yang telah kita laluinya,
Setelah musafir tujuhbelas tahun,


Limabelas tahun,
Tigabelas tahun,
Di kejauhan sana kita melihat kembali :
Bukitbukit rintangan yang telah kita hancurkan,
Batubatu penaraung yang telah kita pinggirkan,
Jurangjurang dalam yang telah kita langkahi,
Sungaisungai lebar yang telah kita seberangi,
Lautluas yang telah kita renangi................................



                                              VI

Disini, di bawah lindungan tugu Darussalam ini,
Kita bersamadi melakukan renungan suci .........
Apa gerangan yang kita renungkan ?
Kita merenung kebenaran Ilahi,
Ayatayat-Nya bertahta dalam diri kita,
Dalam kampus Darussalam ini,


Dalam bangkubangku kuliah,
Dalam lemarilemari perpustakaan,
Dalam sinar mata mahasiswa-mahasiswi,
Dalam uraian para penyarah,
Dalam seminar dan lokakarya,
Dalam derap langkah menuju citacita.................



Apa gerangan yang kita renungkan ?
Kita merenung hasilhasil yang telah tercapai,
Kemajuankemajuan yang telah terjangkau,
Penemuanpenemuan yang telah terdapat,
Baktibakti yang telah tercatat,
Rawarawa yang telah menjadi gedung,


Semakbelukar yang telah menjadi rumah,
Jalansetapak yang telah menjadi jalanraya,
Erpah Rumpit yang telah berobah
Menjadi pusat kegiatan ilmu,
Pusat pengembangan kebudayaan,
Pusat penelitian,
Mari bersyukur memuji Tuhan !

                                         VII

Kini, di tempat ini,
Di kampus Darussalam, lambang kerukunan,
Di lembah Krueng Aceh yang penuh sejarah,
Puteraputeri pilihan seadng berjuang,
Membina haridepan yang gemilang,
Membuat sejarah masadatang,
Matarantai sejarah masalalu,


Membangun tamaddun di Bumi Iskandarmuda,
Pusaka untuk angkatan yang akan tiba,
Mencetak pemuda-pemudi pejuang,
Yang berjiwa besar,
Berpengetahuan luas,


Berbudi luhur,
Penerus citacita.........................

Lihat disana,
Dibawah lindungan tugu Darussalam,
Dibawah kedamaian nyiur melambai,
Angkatan Darussalam tekun belajar,
Citacita mereka membubung awan,


Uratnya menghunjam di bumi,
Pucuknya menjangkau langittinggi,
Membujur lalu, melintang patah,
Derap kaki mereka teratur pasti,
Seperti yang diakuinya dalam sajak susunan,
Ciptaan Aria Hadiningsun : ( * )



                                                VIII

Kami Generasi Darussalam
Yang masih samadi dalam kandungan zaman
Yang akan lahir bersama fajar menyingsing
Di sebuah subuh tahun harapan,
Datang bawa suatu keyakinan:
--Diri kami tak ada
Di luar pengabdian kepada Tuhan,
Hidup dan mati untuk Ilahi



Sebagai burung fajar
Yang berbudiluhur dan berjiwabesar
Yang mengetahui segala rahsia alam
Dan dengan girang melihat jauh ke depan
Kami akan bertengger pada ranting-ranting
Dalam taman pusaka Mahapencipta
Mendendangkan lagu-lagu jihad:


--Lagu Muhammad di Gua Hira,
Lagu Chalid di Gurun Tandus,
Lagu Thariq naik Andalus,
Lagu Akbar mencakar Himalaya, 
Lagu Iskandar di Bandar Melaka

Kami generasi Darussalam
Yang akan timbul


Dari pukulan zaman penderitaan:
Di mana, di pantai-pantai landai
Rakyat bertengkar bertikai pangkai,
Di lembah-lembah rendah
Jutaan tangan menadah gelisah, 


Di dataran tinggi daerah pegunungan
Laksaan pasang mata mendung kebingungan,
Kami akan datang dengan gagasan:
--Baldatun Thaiyibatun
Di bawah lindungan Tuhan Pengampun.



Oi, teman!
Tak usah menangisi daun-daun kering berguguran,
Bunga-bunga mala jatuh berserakan,
Kami Generasi Darussalam,
Nanti pasti akan menjelma,
Menjadi daun rimbun dan kembang berkarang,
Yang hijau segar dan mekar mewangi.



                                                    IX

Disini, ditempat ini, ya Ilahi,
Dalam pelukan malam yang telah sunyisepi,
Kami, hambahamba-Mu yang lemah ini,
Melakukan renungan suci,
Bersamadi mengenang kembali rahmat-Mu,


Menghitung-hitung kurnia-Mu yang takterkira,
Yang Engkau limpahkan kepada kami,
Kepada daerah kami tercinta,
Kepada tanahair kami Indonesia,

Ya, Allah Mahapenyayang !
Berikan kepada kami tuntunan :
Cara bagaimana kami harus bersyukur kepada-Mu,
Atas rahmat-Mu yang memenuhi langit dan bumi,


Ajarkan kami, wahai ya Rahman :
Cara bagaimana memanfaatkan nikmat kurnia-Mu,
Yang selama ini kami siasiakan.

Ilhamkan kami, wahai Mahakuasa :
Ditempat mana kami harus berada,
Supaya tubuh kami yang hina ini
Selalu berdekatan dengan wajh-Mu,
Selalu berada dibawah cerpu kaki-Mu,


Kami yakin, wahai Mahapengasih,
Engkau berada dimanamana :
Disini, dikeliling tugu ini,
Di Darussalam,
Di seluruh mayapada.............................


Kini, wahai Mahapencipta,
Kami merasa dekat erat dengan Engkau,
Ulurkan tangan kasihsayang-Mu,
Bimbinglah kami ke jalanlurus,


Berilah kami kekuatan iman,
Kekuatan jasmani dan ruhani,
Kami akan terus berjuang,
Selama hayat dikandung badan.


                                   Darussalam, 2 S e p t e m b e r 1976
A. H a s j m y



*) Pidato renungan yang dilantunkan A. Hasjmy di kaki Tugu Darussalam pada Malam Renungan Suci dalam rangka ulangtahun ke XV Universitas Syiahkuala pada tanggal 2 September 1976.


(Tambeh: Saya masih ingat malam itu, karena saya saat itu mahasiswa Fakultas Pertanian Unsyiah lulusan tingkat Persiapan I,. Saya kos di kedai tua lk 11 meter dari Mesjid Keude Lamnyong, yang kini jadi Krueng Aceh/Jembatan Lamnyong --TA).

( * ) Bahagian VIII ini adalah kutipan sebuah sajak berjudul GENERASI DARUSSALAM ciptaan Aria Hadiningsun ( salah satu nama samaran dari A.Hasjmy ) yang diciptakan pada tanggal 14 Oktober 1968 di Lembah Alas, dan telah dimuat dalam Buku 10 Tahun Darussalam pada halaman 79.



( Sumber : Majalah Sinar Darussalam, no. 73/74 Des. 1976 / Jan 1977 – Z. Hijjah 1396 / Muharram 1397 )






Bale Tambeh: Jeumeu’at, 15 Safa 1445 TH atawa 15 Shafar 1445 H bertepatan 1 September 2023 M poh 05.11 wib.



Penyalin Puisi,


( T.A . Sakti )








**Tambeh:
a) Saya terus “bermimpi” semoga puisi ini yang bagaikan batang terendam, mampu bangkit ke permukaan, sehingga warga Kampus Darussalam dan rakyat Aceh bisa mengenalnya kembali; dengan cara:

1. Pimpinan universitas – universitas dan fakultas-fakultas mau mempedulikannya. Para dosen, mahasiswa, guru; bahkan siswa tingkat TK, SD, SLP, SLA yang berada di Kopelma Darussalam – dengan bimbingan guru – dapat melakukan deklamasi puisi, lomba puisi ANGKATAN DARUSSALAM pada hari-hari bersejarah di Kopelma Darussalam seperti pada saat Ultah USK, UIN Ar-Raniry dan ‘Hardikda” .

2. Soal amat panjangnya puisi Angkatan Darussalam hingga 9 penggalan, bukan sebagai penghambat. Toh kita bisa memilih satu-dua atau beberapa penggalan saja.


3. Semangat puisi ANGAKATAN DARUSSALM , bila dihayati dan dilaksanakan pesan yang dikandungnya, benar-benar akan memperteguh kembali “Darussalam Jantong-Hate Rakyat Aceh” yang pernah terasa lemah-lunglai (Aceh: ka layee-ka reudee = sudah layu, telah redup).


b) Apakah mimpi saya dapat terwujud, saya terus berharap semoga Allah Swt mengabulkannya!.

c) Puisi ANGKATAN DARUSSALAM pernah saya d eklamasikan “saat jeda makan” pada acara Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw yang diselenggarakan FKIP USK beberapa tahun lalu sampai tuntas.

Di hari Maulidin Rasul itu, semua pensiunan – termasauk saya – turut diundang ke acara mulia itu.

Puisi Aceh alias Syae yang saya baca pertama berjudul “Sikrak haba bak kamoe” (Sepatah kata dari kami), sebagai pernyataan syukur para pensiunan yang masih diundang ke tempat bliau-beliau ‘berkubu’ puluhan tahun yang lalu.



( T.A. Sakti )




Harapan Kepada Angkatan Darussalam!:


Komentar Pembaca 
57. Harapan Kita Kepada :
Unsyiah, IAIN & PTS di Aceh
(USK, UIN Arr, PTN lain & PTS se-Aceh)

Tahun 1994, Universitas Sebelas Maret (UNS), Solo, Jateng; melakukan kreativitas budaya maha besar, yang mungkin merupakan suatu kegiatan yang belum pernah dilakukan semua perguruan tinggi lain di Indonesia. Kegiatan dimaksud adalah memreproduksi manuskrip Jawa (naskah lama Jawa).

 Dari 147 judul naskah bahasa Jawa yang “diolah kembali” itu, salah satunya. naskah "Tajussalatin" yang sebenarnya berasal dari Aceh( baca: Harian Serambi Indonesia, Minggu, 9 Oktober 1994 halaman 4 ).


Manuskrip atau naskah lama merupakan catatan tertulis tentang peradaban suatu masyarakat. Bila kita bermaksud menilai, mengkaji dan mengungkapkan sejarah "tamaddun" suatu kelompok masyarakat, maka salah satu cara yang perlu ditempuh adalah melakukan penelitian terhadap manuskrip-manuskrip yang tersisa.

Keberadaan manuskrip di Aceh dewasa ini sangat memprihatinkan; menanti kepunahan, Sebagian masyarakat kini menyimpan naskah lama di sembarang tempat seperti di balai kandang lembu, atas kandang ayam, rak dapur (sandeng dapu), di sisi dinding (lungkiek binteh), di bara/para rumoh Aceh dan tempat-tempat lain yang bisa disangkutkan bundel-bundel kertas naskah.


Sekiranya tidak muncul upaya penyelamatan dalam waktu dekat atau segera, saya yakin sisa-sisa manuskrip Aceh itu akan punah sama sekali. Bila ada kemauan dapat saja kita mengikuti jejak Universitas Sebelas Maret (UNS) yang sedang mengolah kembali ratusan naskah bahasa Jawa.

 Namun, bila cara yang dilakukan UNS mungkin terlalu banyak menghabiskan dana; kita dapat berupaya dengan cara lain yang tidak menghabiskan dana dari perguruan tinggi/institut yang mempeloporinya. 
 
Manuskrip Aceh yang umumnya ditulis dalam huruf Arab Melayu (huruf Jawoe) isinya mengandung berbagai ide, gagasan utama, berbagai macam pengetahuan tentang alam semesta menurut persepsi budaya masyarakat Aceh seperti ajaran keagamaan, pendidikan, politik, kemanusiaan, sejarah, perundang-undangan, hukum, filsafat, pemerintahan kesenian dan unsur-unsur lain yang merupakan nilai luhur masyarakat Aceh saat karangan itu sudah ditulis.


Sehubungan halnya yang demikian, maka tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa manuskrip atau naskah lama itu bisa dijadikan bahan pengkajian Skripsi Sarjana bagi hampir semua fakultas atau jurusan di semua perguruan tinggi/institut yang berada di Aceh. 


Bagi perguruan tinggi umum misalnya, bahan penelitian Skripsi dari manuskrip dapat dilakukan oleh para mahasiswa yang berminat dari berbagai disiplin ilmu seperti hukum dengan segala jurusannya, bahasa Indonesia, kesenian, sosial politik, tata pemerintahan, antropologi, sejarah, tata boga, tata busana dan lain-lain. 

Tak terkecuali pula untuk ilmu kedokteran dan farmasi. Saya sendiri memiliki beberapa manuskrip yang cocok dijadikan skripsi kedokteran. 

Hal serupa dapat pula dilakukan para mahasiswa yang berminat dari perguruan tinggi/institut agama Islam yang terdapat di Aceh. Boleh dikatakan kesemua fakultas atau jurusan dapat menjadikan manuskrip Aceh sebagai kajian Skripsi Sarjana.

 Menyimak terhadap isi dari naskah lama seperti tersebut di atas, maka para mahasiswa dari Fakultas Syari'ah, Fakultas Tarbiyah, Fakultas Dakwah, Fakultas Ushuluddin, Fakultas Adab, Diploma Tiga Kepustakaan dan Diploma Dua Keguruan; jelas-jelas dapat menjadikan manuskrip Aceh sebagai tugas akhir karya ilmiah mereka.

 Akhirul kalam, kepada para pengambil kebijaksanaan dan keputusan di Unsyiah, IAIN Ar-Raniry (PTN lain: UTU, UNIMAL dll) serta Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Aceh kita mohonkan kesediaan merenunginya...!


(T.A. Sakti)
Kampus Darussalam, Banda Aceh
2 September 1997 : Hardikda Aceh ke 38.

Posting Komentar untuk "Harapan Kepada Angkatan Darussalam"