Mubaligh Aceh Akan Prioritaskan 10 Tema Dakwah Krusial di Atas Mimbar
Waled Kiran: Mubaligh Aceh Akan Prioritaskan 10 Tema Dakwah Krusial di Atas Mimbar
Banda Aceh, 6 Oktober 2025 – Ketua Umum Ittihādul Muballighīn Nanggroe Aceh Darussalam (IMNAD), Tgk. H. Muniruddin M. Diah atau yang akrab disapa Waled Kiran, menyerukan kepada seluruh mubaligh Aceh agar memusatkan perhatian dakwah pada sepuluh tema utama yang dianggap sangat penting untuk kondisi masyarakat Aceh hari ini.
Menurut Waled Kiran, sepuluh tema dakwah prioritas ini disusun berdasarkan skala prioritas IMNAD tahun 2025 dan mencerminkan keprihatinan para ulama serta tokoh dayah terhadap berbagai tantangan moral dan sosial yang sedang dihadapi umat.
“Mubaligh adalah pewaris perjuangan Rasulullah Saw. Karena itu, dakwah harus menjawab kebutuhan zaman, menyelamatkan generasi, dan menegakkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan masyarakat Aceh,” ujarnya di Banda Aceh, Sabtu (6/9/2025).
Dalam pernyataannya, Waled Kiran menjelaskan bahwa salah satu fokus utama dakwah IMNAD adalah mengajak masyarakat menjauhi judi online yang kini marak di berbagai lapisan masyarakat.
Menurut Waled Kiran, praktik judi online bukan sekadar pelanggaran hukum, tetapi juga dosa besar yang merusak akhlak, menghancurkan rumah tangga, dan mengikis nilai-nilai kerja keras yang diajarkan Islam.
Selain itu, penyalahgunaan sabu-sabu dan narkoba juga menjadi ancaman serius bagi masa depan generasi muda Aceh. Dakwah harus mampu menumbuhkan kesadaran bahwa narkoba bukan sekadar pelanggaran hukum, tetapi juga kejahatan terhadap diri sendiri dan masyarakat.
“Generasi muda Aceh harus diselamatkan. Mereka adalah pewaris dakwah dan penjaga marwah Aceh yang bersyariat,” tegasnya.
Waled Kiran juga menyinggung bahaya prostitusi dan pergaulan bebas yang kian terbuka di tengah masyarakat. Menurutnya, fenomena ini harus dihadapi dengan dakwah yang lembut namun tegas, dengan menanamkan rasa malu dan kehormatan diri.
Dakwah bukan hanya menasihati, tetapi juga mendampingi masyarakat agar kembali kepada nilai-nilai Islam yang menjaga kehormatan manusia.
Dalam konteks sosial budaya, IMNAD juga menegaskan pentingnya mempertahankan adat Aceh yang islami. Adat yang bersumber dari nilai-nilai syariat Islam merupakan benteng keacehan yang harus dijaga.
“Adat yang tidak berlandaskan syariat harus kita luruskan, dan adat yang islami harus kita pertahankan,” ujar Waled Kiran.
Lebih jauh, beliau menyoroti sektor pariwisata dan pengelolaan kafe yang perlu diarahkan agar berjalan secara islami. Menurutnya, pengelolaan wisata yang sesuai dengan nilai syariat akan membawa keberkahan, sementara yang abai terhadap prinsip Islam justru membuka pintu maksiat.
Karena itu, tambah Waled Kiran, IMNAD mendorong para mubaligh untuk menyampaikan pesan dakwah yang mengedukasi pelaku usaha agar tetap menjaga norma-norma Islam dalam setiap kegiatan ekonomi.
Waled Kiran juga menegaskan komitmen IMNAD untuk membantu sosialisasi fatwa Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh) kepada masyarakat. Para mubaligh, katanya, harus menjadi jembatan antara ulama dan umat dalam menjelaskan isi dan maksud fatwa-fatwa MPU agar dapat dipahami dan diamalkan secara benar.
"Selama ini banyak sekali fatwa-fatwa MPU Aceh yang tidak sampai kepada masyarakat karena lemahnya sosialiasi oleh para tokoh masyarakat seperti mubaligh," terang Waled Kiran.
Dalam bidang keumatan, Waled Kiran mengajak para mubaligh untuk memakmurkan masjid melalui peran generasi muda. Masjid, katanya, bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga pusat peradaban Islam dan pembinaan akhlak. Generasi muda harus diberi ruang untuk berkreasi, berorganisasi, dan berdakwah melalui masjid, agar semangat Islam tetap hidup di hati mereka.
Beliau juga menekankan pentingnya mewujudkan pelayanan publik yang bersyariat di Aceh. Dakwah, katanya, tidak hanya berbicara tentang ibadah, tetapi juga tentang keadilan, amanah, dan tanggung jawab sosial. Aparatur negara harus meneladani nilai-nilai Islam dalam menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat, karena pemerintahan yang adil adalah bagian dari dakwah itu sendiri.
Dalam pandangan IMNAD, pendidikan dayah merupakan solusi mendasar untuk membangun generasi berilmu dan berakhlak. Oleh karena itu, IMNAD menempatkan penguatan dayah sebagai prioritas dalam dakwahnya. “Dayah adalah sumber ilmu, akhlak, dan keberkahan. Selama dayah kuat, Aceh akan tetap menjadi Serambi Makkah,” ujar Waled Kiran penuh keyakinan.
Terakhir, beliau mengingatkan pentingnya mengembalikan akhlakul karimah dalam kehidupan masyarakat. Saat ini, kata Waled Kiran, banyak ruang publik dipenuhi dengan caci maki, ujaran kebencian (teumeunak), dan hoaks. “Mubaligh harus menjadi teladan dalam tutur kata dan sikap. Dakwah bukan hanya di atas mimbar, tapi juga dalam akhlak kita sehari-hari,” katanya.
Menurutnya, sepuluh tema dakwah tersebut menjadi arah gerak IMNAD lima tahun ke depan. Melalui sinergi ulama, mubaligh, dan masyarakat, IMNAD berkomitmen menjadikan dakwah Aceh sebagai dakwah yang ikhlas, santun, dan membangun peradaban umat.
“Dakwah bukan sekadar ceramah, tapi tanggung jawab moral dan sosial. Mubaligh harus menjadi benteng (pageu-pageu) akhir zaman yang menjaga umat dan menuntun mereka menuju ridha Allah,” tutup Waled Kiran.
Posting Komentar untuk "Mubaligh Aceh Akan Prioritaskan 10 Tema Dakwah Krusial di Atas Mimbar"