Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Thaliban Aceh Siap Memperkuat Peran HUDA



Tgk Hasbi Albayuni

Kita berharap HUDA ke depan agar mampu memperkuat jaringan dalam skala lokal, regional dan juga internasional. Selain itu, kita juga berharap agar HUDA bisa menjadi mitra kritis pemerintah sehingga suara kita didengar oleh pemerintah dan para pengambil kebijakan dibawahnya.”
---Tgk Hasbi Albayuni---
Ketua RTA

EKSISTENSI Rabithah Thaliban Aceh (RTA) tidak bisa dipisahkan dari pergerakan dan kiprah Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA). RTA secara tidak langsung merupakan anak-anaknya Abu pengurus HUDA. Di sisi lain, RTA juga berperan besar di awal kelahiran HUDA. Bahkan, Sekjend HUDA, Tgk.H.Faisal Ali juga merupakan ketua RTA periode kedua pasca Tgk Bulqani Tanjungan.

Lalu bagaimana harapan RTA kepada HUDA ke depan? Berikut wawancara Tim Redaksi dengan Tgk Hasbi Albayuni, ketua RTA yang sedang menjabat di Dayah Thalibul Huda, Senin (18/11) . Selain menjbata sebagai ketua RTA, Tgk Hasbi Albayuni juga merupakan salah satu anggota MPU Prov. Aceh dan pimpinan Dayah Thalibul Huda.

Tgk, bisa diceritakan sedikit sejarah lahirnya HUDA dan kaitannya dengan RTA?
HUDA berdiri pada 19 September 1999. Proses terbentuknya HUDA dimulai dari rapat kecil di Dayah Darul Istiqamah Bireuen pada saat acara silaturahmi dengan Abu Muhammad Kasim TB yang dihadiri oleh Abu Panton (Tgk. H.Ibrahim Bardan), Abu Adam (Sampoinet), Tgk H.Faisal Ali, Tgk H. Anwar Usman, Tgk H. Bulqaini Yahya, Tgk. Iskandar Zulkarnain, M.Si dan lain-lain sebagainya. Beberapa nama ini merupakan pengurus RTA saat itu.

Dalam rapat tersebut muncul gagasan untuk membentuk sebuah organisasi Ulama yang menghimpun ulama-ulama dayah di Aceh sebagai organisasi yang bisa memayungi semua ulama-ulama dayah dan balai pengajian.

Apa landasan awal berdirinya HUDA?
Saat itu di Aceh sedang terjadi konflik keamanan sehingga komunikasi antar ulama sulit terlaksana. Selain itu juga banyak ulama yang pindah dan mengungsi sehingga banyak dayah yang terbengkalai. Sementara para ulama terlibat konflik kepentingan antara pemerintah RI dan GAM yang meminta para ulama mengambil sikap. 

Lalu?
Abu TB Bireun bertanya kepada para ulama yang hadir perlunya berdiskusi dgn Abu Syekh Marhaban Krueng Kalee dan Abu Adnan Bakongan, Abu Haji Syahbuddin Keumala, Abuya Prof. Dr.H. Muhibbudin Waly dan Abu M.Saleh Arun. Setelah diskusi itu maka dibentuklah tim kecil yang bertugas untuk menyampaikan perihal keinginan tersebut kepada para ulama, yang diketuai oleh Abu Panton. Tim inilah yang bertugas untuk berkeliling menemui ulama-ulama yang tersebar di beberapa tempat di Aceh dan juga Sumatera Utara dengan menggunakan mobil Sporty milik Tgk H. Abdullah Umar.
 
Tgk Hasbi Albayuni sedang mengajar di Dayah Thalibul HUDA
Siapa saja yang berangkat saat itu?
Adapun tim yang berangkat antara lain adalah, Abu Panton, Tgk H.Baihaqi Yahya. Saat itu semua Abu-abu sepuh yang dikunjungi menyatakan setuju atas ide untuk mendirikan organisasi ulama yang handal sebagai badan kontak ulama dayah se-Aceh. 

Lewat organisasi ulama ini, diharapkan ulama  dayah Aceh saat itu yang menurut istilah Almarhum Abu Panton seperti baterai yang sudah kurang arus, tidak bisa berbuat karena konflik yang berlangsung di Aceh. Maka dibutuhkan wayer yang bisa menghubungkan arus antara satu batre dengan batre yang lain sehingga arusnya menjadi kuat dan bisa menghidupkan lampu dan mesin sehingga bisa menerangi kegelapan Aceh saat itu. Maka demikian pula organisasi ulama, dibutuhkan organisasi ulama untuk bisa mempersatukan para ulama dayah se-Aceh agar memiliki kekuatan. Maka saat itu dibentuklah panitia musyawarah ulama.

Siapa saja saat itu terlibat sebagai panitia Musyawarah ulama untuk mendirikan HUDA?
Struktur kepanitiaan musyawarah saat itu dipercayakan sepenuhnya kepada Rabithah Thaliban Aceh (RTA) yang saat itu diketuai oleh Tu Bulqaini Tanjungan yang saat ini memimpin dayah. Selain Tu Bulqaini, juga terlibat penuh Tgk.H.Baihaqi Yahya, Tgk H.Faisal Ali, Tgk Husaini Seulimum, Tgk.H.Anwar Usman, Tgk Nur Khalis Syiah Kuala, saya sendiri (Tgk Hasbi Albayuni, red) yang saat itu menjabat sebagai wakil komandan Ansarullah yang bertanggungjawab sebagai tim pengamanan musyawarah ulama di Syiah Kuala pada 19 September 1999. Selain itu ada Tgk Ali Imran Nurdin, Tgk Akmal Abzal, Tgk Amirullah Djakfar, Iskandar Zulkarnen dan lain-lain sebagainya.

Apa harapan Tgk sebagai ketua RTA saat ini kepada HUDA?
Kita berharap HUDA ke depan agar mampu memperkuat jaringan dalam skala lokal, regional dan juga internasional. Selain itu, kita juga berharap agar HUDA bisa menjadi mitra kritis pemerintah sehingga suara kita didengar oleh pemerintah dan para pengambil kebijakan dibawahnya.

Kita juga berharap agar HUDA menjadi organisasi ulama yang paling terdepan dalam mengcounter isu-isu socsal kemasyarakatan, adat, agama dan politik.

Harapan lainnya?
Kita juga berharap agar HUDA semakin kuat dalam mepertahankan ideologi Ahlu Sunnah wal Jama’ah di Aceh dari serangan-serangan aliran diluar Ahlusunnah wal jama’ah yang hari ini kian berkembang di Aceh serta mendapat simpati yang luar biasa dari sebagaian masyarakat Aceh yang gamang memahami ajaran Islam dan akidah Ahlu Sunnah wal jama’ah. Aliran-aliran menyimpang dari akidah Ahlu Sunnah wal jama’ah  menjadi cepat berkembang karena disebabkan banyaknya support dana yang mereka terima dalam menjalankan organisasinya dari negara kaya dan LSM-LSM asing yang mensponsori aliran tersebut.

Apakah RTA siap memperkuat peran HUDA?
Siap, dan siapapun nanti yang menjadi pengurus RTA harus juga siap membantu kerja-kerja HUDA.

Secara khusus, apa harapan Tgk terhadap dayah-dayah di Aceh?
Kita berharap agar dayah-dayah di Aceh bisa menjadi bagian dari masyarakat. 

Maksudnya?
Ya, dayah harus menjadi bagian dari masyarakat dengan cara menghilangkan sekat-sekat dan pagar pembatas antara masyarakat dengan dayah. Artinya, dayah harus eksis membina masyarakat sekitar dayah serta berperan aktif menyelesaikan persoalan-persoalan mereka agar keberadaan dayah semakin diperhitungkan. 

Harapan lain Tgk terhadap dayah?
Selain itu, menurut saya, dayah juga perlu menggalakkan kembali pembelajaran Ilmu Tajwid, Tahsinul Quran dan Qiraah sehingga ke depan alumni dayah bisa menjadi Imam-Imam mesjid pusat kabupaten kota dan provinsi, sekaligus menjadi khatib yang fashih dan handal dalam retorika dan penyampaian materi khutbah.

Apa usulan kebijakan Tgk untuk kemajuan dayah-dayah di Aceh?
Kita berharap hendaknya dibuat secara spesifik dayah-dayah dalam suatu jenis keilmuan yang menjadi ciri khas atau trade mark suatu dayah. Misalnya ilmu tajwid, Tahsin dan Qiraah di dayah mana, Ilmu Manthiq dimana, Tauhid, Ulumul Hadist, Ulumul Quran dan sebagainya. Dengan ini, diharapkan santri-santri bisa menimba ilmu di semua dayah sehingga dalam paham mereka tidak mengkultuskan sebuah dayah tempat ia belajar. 

Pada akhirnya kita berharap agar ukuwah Islamiah antar santri-santri dan abu-abu dayah di Aceh semakin bertambah erat. Amiin. (teuku zulkhairi)