Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Profil Waled Nuruzzahri Samalanga dan Air Matanya untuk Anak Yatim

Oleh Tgk Muhammad Aidil Adhaa

ERA 90-AN. Tahun kelam bagi Ypi Ummul Ayman. Tahun-tahun Ummul Ayman merangkak. Waled Nuruzzahri, selaku pendiri sekaligus pimpinan, saban malam-hari menangis mengingat anak didiknya.

Santri-santri semuanya anak yatim, piatu dan yatim piatu. Ummul Ayman baru mulai bertunas. 

Masih bayi, baru bisa merangkak. Syaikhuna Waled berpegangan tangan Bunda mengayun langkah "meninabobokkan" santri-santri itu.

Waled mencurahkan tenaga dan hartanya untuk anak yatim. Mengais bantuan dari lintas pihak. Memberi ceramah kemana-mana, seraya meminta bantuan untuk anak-anak yatim di dayah.

Masyarakat ada yang antusias. Sedekah mengalir. 10 ribu, 5 ribu. Seapapun, Waled terima. 

Dan yang sedihnya, tak sedikit juga dari perangkat-perangkat desa yang menolak Waled meminta sedekah.

"Waled, idroeneuh meunyo neujak mita sedekah keunoe u gampong kamo, bek neupidato sare (Kalau Waled meminta sedekah di desa kami, lebih baik Waled jangan berceramah saja di desa kami)," begitu Waled bercerita ke saya. Mengenang kisah sedihnya.

Lebih dari itu, suatu hari, di tahun 90-an. Waled sedih. Perasaannya berkecamuk. Di hari itu, stok makanan anak yatim sudah habis. Esok, lusa, anak-anak yatim tidak tau mau makan apa.

Waled sudah hampir putus asa mau meminta kemana lagi. Sampai beliau bertanya ke salah satu murid,

"Naidi, na peng (harta) bak droe? Untuk ta bri keu aneuk yatim." Junaidi, salah satu muridnya. [2021 ini, beliau sudah berhasil dan sebagai dai kondang, asal Geumpang].

"Hana Waled,"

Mendengar jawaban itu, Syaikhuna Waled sedih bukan kepalang. 

Beliau merasa bersalah dengan langkahnya. Beberapa hari kedepan, anak-anak yatim itu mau makan apa?!

Dalam lirihan serta tetesan air matanya, Waled berdoa, di depan puluhan anak-anak yatim itu,

"Ya Allah, bek neupeudosa lon gara-gara aneuk yatim nyoe." 

Yang maksudnya Waled meminta perlindungan kepada Allah agar Waled tidak berdosa gegara tidak ada lagi yang mampu beliau beri untuk mereka.

Puluhan anak yatim, menetes air mata mendengar doa Waled itu. Tgk Junaidi, juga ikut menangis. [Kawan, adakah yang lebih sedih dari seorang ayah yang menangis berderai ketika meminta nafkah kepada Allah untuk kita, dan di depan kita pula?!]


Wajar jika mereka ikut sedih.


Allah maha mendengar doa tulus hamba. Tak lebih 24 jam. Allah mengabulkan isi hati Waled. Esoknya, mobil-mobil pick up berduyun ke Ummul Ayman, mengantarkan sedekah, berupa pakaian, makanan dan lainnya.

Bagai hujan setelah kemarau, bocah-bocah yatim-piatu-yatim piatu korban konflik GAM-RI itu kembali bahagia. 

Senyumannya begitu merekah. Melihat itu, Syaikhuna Waled ikut bahagia. Kebahagiaannya lengkap ketika anak-anak yatim punya bekal untuk dimakan.

Beliau sayang dan mencintai anak-anak yatim-piatu-yatimpiatu. Bahkan -bisa jadi- melebihi cintanya ke putra/inya. Allah kariim..😢😢

Posting Komentar untuk "Profil Waled Nuruzzahri Samalanga dan Air Matanya untuk Anak Yatim"