Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Derma dan Wakaf di Mekkah, Air Gratis Hingga Aset Hotel Milik Baitul Asyi - bagian 1



Mekkah, Arab Saudi, dikenal sebagai salah satu kota suci bagi umat Muslim, tidak hanya karena sejarah dan spiritualitasnya tetapi juga karena budaya derma yang kental.

Atas nama vlogger Atakana TV, dengan spontan saya soroti sisi lain dari kehidupan sehari-hari di kota ini, mulai dari kedermawanan warganya hingga salah satu aset wakaf Baitul Asyi (Rumah Aceh) di Mekkah.

Melimpahnya Sedekah di Negeri Super Panas

Meskipun Arab Saudi memiliki cuaca yang ekstrem dan minim sumber air alami seperti sungai, para dermawan di sana kerap membagikan sedekah berupa kurma dan air mineral gratis--dan juga makanan nasi kotak (Part 2).

Air yang begitu melimpah ini disediakan oleh pemerintah setempat dan masyarakat melalui proyek desalinasi. Proyek tersebut mengubah air laut menjadi air tawar yang kemudian disalurkan melalui pabrik-pabrik strategis di berbagai wilayah.

Bahkan, truk-truk pengangkut air secara rutin membagikan air mineral di sekitar Masjidil Haram. Jamaah Umrah, penduduk lokal, hingga peziarah siapa saja dapat mengambil air ini berulang kali dengan gratis.

"Tas ransel saya penuh dengan botol air mineral gratis saat itu dan tidak tahu mau dibawa kemana lagi".

Hotel Elaf Al Mashaer: Aset Wakaf Aceh

Tidak jauh dari lokasi pembagian air gratis, berdiri megah sebuah hotel bintang lima bernama Hotel Elaf Al Mashaer yang kini telah berganti nama menjadi Prestige Al Mashaer Hotel. Hotel ini diketahui merupakan bagian dari aset wakaf Baitul Asyi yang dimiliki awalnya oleh orang-orang tua Aceh sebelum Indonesia itu terwujud.

Sejatinya, tanah asli wakaf Baitul Asyi sebelumnya berada dekat dengan pintu utama Masjidil Haram yaitu Babussalam. Namun, karena proyek perluasan Masjidil Haram, tanah tersebut diganti dengan lokasi baru, dan di atasnya dibangun hotel bintang lima tersebut.

Manfaat Wakaf bagi Jamaah Aceh

Hasil pengelolaan hotel wakaf ini kemudian didistribusikan kepada jamaah haji asal Aceh yang memegang paspor +62 (Indonesia) setiap tahunnya. Namun, meskipun merupakan aset wakaf Aceh, operasional hotel ini sepenuhnya dikelola oleh warga negara Arab Saudi dan juga pekerja dalam hotel tersebut mayoritas berasal dari Yaman, Mesir dan negara Arab lainnya. Banyak di antara mereka bahkan tidak mengetahui sejarah Aceh yang terkait dengan hotel tersebut.

Pelajaran bagi Pengelolaan Wakaf di Tanah Air

Model pengelolaan wakaf seperti ini seharusnya dapat diterapkan di Aceh termasuk pada aset-aset wakaf strategis seperti tanah wakaf Blang Padang di Banda Aceh. Jika dikelola secara profesional, hasilnya dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat, termasuk mendukung honorer para imam, muazin, khatib, hingga tenaga keamanan (satpam).

Letak Strategis dan Kebermanfaatan bagi Jamaah

Bagi jamaah Aceh yang menunaikan ibadah haji atau umrah, Hotel Prestige Al Mashaer ini menjadi landmark yang mudah dikenali. Lokasinya hanya sekitar 100-200 meter dari pelataran Masjidil Haram di kawasan Ajyad, berseberangan dengan terminal bus Ajyad.

Budaya bersedekah oleh mukimin Arab dan muhajirin di Mekkah ini mencerminkan kedermawanan yang mendalam, sebuah tradisi yang lahir dari kemakmuran dan kesejahteraan negeri mereka. Di tengah padang pasir yang gersang, warganya tetap mampu berbagi dengan melimpah—mulai dari air mineral gratis hingga kurma untuk para jamaah dan penduduk setempat.

Hal ini sangat terasa kontras terbalik ketika dibandingkan dengan keadaan negeri Konoha +62 yang meskipun memiliki geografis wilayah seluas satu benua, masih terjebak dalam sistem Jawa sentris dengan tentara si baju loreng mencampuri urusan sipil berpolakan militerisasi di segala lini--bahkan sekalipun hingga pengelolaan tanah wakaf Blang Padang di Banda Aceh [Asnawi Ali].

Video lengkap : 

Posting Komentar untuk "Kisah Derma dan Wakaf di Mekkah, Air Gratis Hingga Aset Hotel Milik Baitul Asyi - bagian 1"