10 Keunggulan Utama Pendidikan Dayah
Oleh Dr. Teuku Zulkhairi | Sekjend Ikatan Sarjana Alumni Dayah Aceh dan Wakil Ketua Majelis Akreditasi Dayah Aceh (MADA)
Di
tengah derasnya arus globalisasi dan tantangan zaman modern, keberadaan dayah
sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional di Aceh tetap menunjukkan
eksistensi dan ketangguhannya. Meskipun tak luput dari berbagai kritik dan
kekurangan, dayah memiliki keunggulan-keunggulan khas yang telah terbukti
selama berabad-abad menjadi pondasi penting dalam pembentukan karakter dan
peradaban masyarakat Aceh.
Berikut
ini adalah 10 keunggulan pendidikan dayah yang patut kita renungi dan
lestarikan:
1. Benteng Syariat Islam di Aceh
Beberapa
guru besar dari perguruan tinggi telah mengakui bahwa dayah merupakan benteng
terakhir penerapan syariat Islam di Aceh. Dalam konteks ini, dayah memainkan
peran penting dalam menjaga nilai-nilai keislaman tetap hidup dan membumi di
tengah masyarakat. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad ﷺ:
"من رأى منكم منكراً فليغيره بيده فإن لم يستطع فبلسانه فإن لم
يستطع فبقلبه وذلك أضعف الإيمان"
"Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan
tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika tidak mampu juga, maka
dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman." (HR. Muslim)
Dayah
sebagai institusi tetap konsisten dalam amar ma’ruf nahi munkar, sesuai dengan
nilai-nilai tersebut. Syari'at Islam di Aceh mungkin akan tinggal sejarah jika
kalangan dayah di Aceh tidak secara konsisten berdiri di garda terdepan
mendukung dan mendorong implementasi Syari'at Islam secara menyeluruh di Aceh.
2.
Keikhlasan Guru-Guru Dayah
Para
guru (teungku) di dayah mengajar dengan penuh keikhlasan, tanpa pamrih atau
mengharapkan imbalan duniawi. Semangat pengabdian ini telah diwariskan dari
generasi ke generasi selama ratusan tahun. Dalam Al-Qur’an disebutkan:
"إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا
نُرِيدُ مِنكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا"
"Sesungguhnya
kami memberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharap wajah Allah. Kami tidak
menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih." (QS.
al-Insān: 9)
Ayat
ini menggambarkan dengan tepat semangat ketulusan para guru dayah dalam
mencetak generasi rabbani.
3.
Ulama Dayah Melayani Umat Sepanjang Masa
Ulama-ulama dayah senantiasa melayani
umat, baik dalam urusan keagamaan maupun sosial kemasyarakatan. Mereka tidak
hanya menjadi pendidik, tetapi juga penasehat, hakim adat, bahkan penjaga
nilai-nilai tradisional di hadapan tantanngan modernitas dan globalisasi yang
merusak.
Imam al-Ghazālī dalam Iḥyā’ ‘Ulūm al-Dīn menyebutkan bahwa ulama pewaris para
nabi bukan hanya karena ilmunya, tapi juga karena kiprah sosialnya. Hal ini
menghidupkan hadis:
"العلماء ورثة
الأنبياء"
"Para
ulama adalah pewaris para nabi." (HR. Abū Dāwūd).
4.
Dayah Menanamkan Adab Hormat kepada Guru
Dayah
mendidik santri untuk menghormati guru dengan adab yang sangat dijaga. Kitab
Ta‘līm al-Muta‘allim karya al-Zarnūjī menegaskan:
"ليبلغ العلم بالتعلم، ولا يُنال العلم إلا
بالتعظيم للعلماء وبخدمتهم"
"Ilmu
itu dapat dicapai dengan belajar, dan tidak akan diperoleh kecuali dengan
memuliakan para ulama dan berkhidmah kepada mereka." Maksdunya berkhidmah
dalam jalan keilmuan dan pengabdian untuk Islam.
Adab
kepada guru adalah pilar utama dalam transmisi ilmu yang benar. Dayah-dayah di
Aceh sangat berhasil dalam mendidik para santri berkaitan adab kepada guru,
saat dimana sangat sulit bagi lembaga pendidikan lainnya untuk melakukannya.
Hormat kepada guru disini adalah dalam konteks mengerjakan amal baik. Karena para santri di dayah juga diajarkan paradigma bahwa "Tidak ada taat kepada makhluk untuk bermaksiat kepada Allah". Hormat santri kepada gurunya adalah tatkala masih dalam koridor kebenaran Islam. Jadi tidak ada istilahnya kultus guru di dayah.
5.
Membentuk Rutinitas Ibadah yang Terjaga
Dayah
membiasakan santri dengan ibadah yang tertib. Shalat berjamaah lima waktu
diwajibkan, bahkan santri akan dihukum bila meninggalkannya. Ini implementasi
dari perintah yang tersebut dalam hadis Nabi:
"صلاة الجماعة أفضل من صلاة الفذ بسبع وعشرين
درجة"
"Shalat
berjamaah lebih utama daripada shalat sendirian dengan dua puluh tujuh
derajat." (HR. Bukhārī dan Muslim)
Kedisiplinan
ibadah ini membentuk karakter spiritual yang kuat dalam diri santri.
6.
Dayah Adalah Lembaga Pendidikan Paling Pro Masyarakat Miskin
Dayah
tidak pernah menolak santri untuk mondok karena alasan kemiskinan. Biaya
pendidikan sangat minim, bahkan banyak dayah yang tidak mensyaratkan uang
Pembangunan untuk masuk, alias gratis. Banyak dayah yang uang SPP bulanan
sangat terjangkau, bahkan untuk Masyarakat paling miskin sekalipun. Ada dayah
yang SPP bulanan hanya Rp 15.000. Ini mencerminkan ajaran Islam tentang
keadilan dan kesetaraan yang diberlakukan di dayah.
"يرفع الله الذين آمنوا منكم والذين أوتوا العلم
درجات"
"Allah
akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang
yang diberi ilmu beberapa derajat." (QS. al-Mujādilah: 11)
7.
Dayah Mendidik untuk Hidup Sederhana
Kehidupan
di dayah membentuk santri untuk hidup sederhana dan bersahaja. Kesederhanaan
adalah jalan keselamatan dari kerakusan duniawi. Kesederhanaan para santri
diwujudkan dalam berbagai bentuk, mulai dari tempat tidur yang sangat
sederhana, makanan yang sederhana, pakaian hingga peralatan belajar yang sangat
sederhana. Ini adalah cerminan dari pengamalan atas sabda Nabi Muhammad Saw :
"ازهد في الدنيا يحبك الله، وازهد فيما عند الناس
يحبك الناس"
"Bersikap
zuhudlah terhadap dunia, niscaya Allah mencintaimu. Bersikap zuhudlah terhadap
apa yang dimiliki manusia, niscaya manusia mencintaimu." (HR. Ibn Mājah)
8.
Membentuk Karakter Santri
Dayah
bukan sekadar tempat menghafal teks, tetapi tempat membentuk kepribadian islami
yang utuh. Pendidikan karakter seperti ini justru masih menjadi PR besar bagi
lembaga formal di negeri ini.
Beberapa
karakter atau akhlak mulia para santri yang secara umum berhasil dibentuk oleh
dayah-dayah di Aceh antara lain seperti kesederhanaan, ukhwuah Islamiyah,
salingn tolong menolong, semangat gotong royong, saling mennghormati, hormat
kepada guru, adab dengan orang dewasa dan sebagainya.
Imam
Mālik berkata:
"تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم"
"Pelajarilah
adab sebelum kamu mempelajari ilmu."
9.
Dayah Melatih Santri Hidup Mandiri
Dayah
mendidik santrinya menjadi pribadi yang tangguh dan mandiri. Para alumni dayah
banyak yang menjadi guru, dai, pedagang, petani, penulis, bahkan pemimpin
masyarakat. Mereka tidak terlalu bergantung pada pemerintah atau pekerjaan
formal semata. Dayah berhasil mendidik mereka untuk mandiri.
Dalam
Islam, kemandirian sangat dianjurkan:
"لأن يأخذ أحدكم حبله فيحتطب على ظهره خير له من
أن يسأل أحداً فيعطيه أو يمنعه"
"Sungguh,
salah seorang dari kalian mengambil tali lalu pergi mencari kayu bakar dan
menjualnya adalah lebih baik baginya daripada meminta-minta kepada orang lain,
baik diberi ataupun tidak." (HR. Bukhārī).
10.
Terjaga dari Pemikiran Menyimpang
Dayah
menjaga kemurnian akidah dan ajaran Islam dari berbagai paham menyimpang.
Kurikulum dayah berbasis kitab kuning warisan ulama klasik yang telah teruji
sepanjang zaman. Ini penting dalam menjaga keseimbangan antara tekstualitas dan
spiritualitas, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an:
"وكذلك جعلناكم أمة وسطاً"
"Dan
demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang wasath
(pertengahan)..." (QS. al-Baqarah: 143)
Dayah
menjaga manhaj Ahlussunnah wal-Jamā‘ah sebagai jalan keselamatan umat dari
berbagai ekstremisme. Pendidikan yang ditanamkan oleh Lembaga Pendidikan Dayah
itu tidak ekstrim kanan dan juga tidak ekstrim kiri, lurus di atas jalan
Shiratal Mustaqim.
Keunggulan-keunggulan di atas menunjukkan bahwa dayah bukan sekadar lembaga
pendidikan tradisional, tapi juga pilar penting peradaban Islam di Aceh. Oleh
karena itu, mari kita jaga dan dukung keberlangsungan lembaga warisan para
ulama ini. Wallahu a'lam bishsshawab.
Posting Komentar untuk " 10 Keunggulan Utama Pendidikan Dayah"