Dayah Mudi Mesra Samalanga Dibangun dengan Modal Keyakinan dan Husnudhan kepada Allah
Oleh Tgk. H. Muhammad Iqbal Jalil | Dosen Ma'had Aly Mudi Mesra Samalanga
Saya teringat dengan apa yang diceritakan oleh Almukarram Syaikhuna Abu MUDI dalam pengajian terakhir bulan Ramadhan 1444 H, dua tahun silam.
Abu menyampaikan bahwa gedung-gedung asrama berlantai tiga dan berlantai empat di Dayah MUDI dibangun berdasarkan keyakinan dan husnuzan ilallah, meski dengan modal awal yang seakan sulit dibayangkan bahwa apa yang direncanakan dapat direalisasikan.
Sejarah pembangunan Gang Serawak, asrama berlantai tiga yang kini jadi Mabna Bahasa Inggris di Dayah MUDI berawal dari permintaan Allahyarham Abon Abdul Aziz kepada Abu MUDI untuk pergi ke Bireuen, menanyakan kepada Toke-toke pemilik toko bangunan yang ada di Bireuen, apakah mereka mau memfasilitasi kebutuhan pembangunan asrama berlantai tiga di Dayah MUDI, tapi modal awalnya cuma tiga juta rupiah, sisanya berhutang.
Mendengar permintaan Abon, dalam hati kecil Abu merasa bahwa hal itu seakan mustahil dapat diwujudkan. Bagaimana mungkin dengan modal hanya tiga juta, mereka mau memfasilitasi peralatan dan kebutuhan pembangunan asrama tiga lantai.
Akan tetapi, karena ini permintaan guru, Abu MUDI bersama Waled Marhaban memberanikan diri pergi ke Bireuen, bertanya kepada beberapa toke di sana tentang apa yang diminta oleh Abon. Sudah tiga toko bangunan didatangi oleh Abu, tidak ada satupun yang mau menyahuti permintaan Abon. Alasan mereka, mereka belum kenal Abon Aziz Samalanga, yang mereka kenal di Samalanga Abon Arongan.
Dalam hati kecil Abu merasa sedih, karena sosok Abon yang punya kontribusi besar mendidik umat, membimbing santri yang banyak, bahkan menjadi rahim yang melahirkan banyak ulama besar di Aceh, tapi ternyata masih banyak yang tidak kenal beliau.
Karena tidak kenal, misi besar Abon tidak bisa mereka sahuti. Di sini Abu memahami bahwa "terkenal" untuk orang-orang yang punya visi dan gebrakan besar terkadang diperlukan, berbeda dengan model ulama yang ingin berfokus berzikir, ibadah, khulwah, dan semisalnya.
Abu MUDI bersama Waled Marhaban kemudian pulang dari Bireuen ke Samalanga. Saat tiba di kawasan Pasar Samalanga, Abu MUDI mengajak Waled Marhaban untuk bertanya kepada Toke toko bangunan di Samalanga, siapa tau mereka mau memenuhi permintaan Abon. Dan ternyata, di luar dugaan, permintaan Abon diterima.
Mereka siap memfasilitasi segala kebutuhan asrama tiga lantai hingga selesai.
Di sini dapat dipahami bahwa tugas kita hanya berusaha dan mencoba memulai langkah dalam melakukan terobosan-terobosan kebaikan.
Jika memang Allah menghendaki, akan ada jalan sendiri kesuksesan itu muncul, meski bukan dari jalan yang kita sangka. Dalam hal ini, yang disangka siap memfasilitasi dari toko-toko besar di Bireuen yang ketersediaan barangnya lengkap, tapi ternyata bantuan itu malah didapatkan dari toko di Samalanga yang pada awalnya tidak diprediksi sanggup menyahuti permintaan ini.
Itu sejarah berdirinya Mabna Serawak. Hal yang hampir sama terjadi dalam pembangunan Mabna Al-Aziziyah (Gang Dolar), Asrama 4 lantai yang berada di kawasan depan Dayah MUDI yang dibangun setelah Almarhum Abon wafat, pada masa kepemimpinan Abu MUDI. Mabna ini dibangun dengan modal awal uang receh sejumlah 18 juta yang kemudian ditukar dengan mata uang dolar sejumlah 10.000 dolar, sesuai dengan nilai tukar masa itu.
Abu MUDI bercerita bahwa di masa hidup Almarhum Abon, Abu pernah diminta oleh Abon untuk menukar uang receh sejumlah 18 juta dan kemudian ditukar dengan mata uang dolar. Satu sisi Abu merasa malu menukar uang receh sebanyak itu, tetapi karena permintaan guru, Abu melakukannya.
Singkat cerita, uang 10.000 dolar itulah yang kemudian menjadi modal awal membangun gang Dolar. Saat memulai pembangunan Gang Dolar, modal yang ada hanya itu, seiring waktu ada jalan tersendiri yang membuat asrama 4 lantai ini berhasil dituntaskan pembangunannya.
Cerita pembangunan Gang Serawak dan Gang Dolar ini diceritakan oleh Abu MUDI di sela pengajian terakhir bulan Ramadhan 1444 H, Tahun 2023.
Menutup cerita ini, Abu berpesan, kalau ingin membangun Dayah, jangan tunggu cukup uang dulu baru bergerak. Tetapi melangkahlah, Insyaallah dengan izin Allah akan ada jalan sendiri yang akan mengantarkan kepada keberhasilan.
Selain soal pembangunan fisik, dari sisi perkembangan pendidikan, saya juga melihat bahwa sosok Abu sangat visioner, dan beliau kerap menyampaikan sesuatu yang pada saat itu sebagian orang menganggap jika itu tidak mungkin atau sulit diwujudkan.
Di masa santri aktif sekitar tahun 2009, saat pengajian umum, Abu MUDI sering menyampaikan bahwa ke depan, STAI Al-Aziziyah akan jadi Universitas. Ini bukan satu kali kami dengar dalam pengajian umum Jumatan bersama Abu. Saat menyampaikan ini raut wajah Abu tersenyum penuh optimisme, sedangkan saya pada waktu masih membayangkan bahwa itu sepertinya sulit untuk terealisasikan.
Tapi Alhamdulillah, Kini STAI Al-Aziziyah sudah berubah bentuk menjadi Universitas Islam Al-Aziziyah Indonesia (Unisai). Dan faktanya, kampus ini berubah bentuk setiap 10 tahun sekali seakan seperti terencana.
Tahun 2003 didirikan, 2013 menjadi Institut, dan tahun 2023 berubah bentuk jadi Universitas.
Selain Unisai, Dayah MUDI juga punya perguruan tinggi khas pesantren bernama Ma'had Aly. Abu selalu mendorong untuk cepat tanggap dan memanfaatkan peluang. Alhamdulillah, Ma'had Aly MUDI termasuk salah satu dari 13 Ma'had Aly pertama yang mendapatkan izin dari Kementrian Agama RI pada tahun 2016.
Setelah mendapatkan akreditasi Mumtaz pada tahun 2020, momentum ini segera dimanfaatkan untuk mengajukan izin Pascasarjana Marhalah Tsaniyah (M2) yang Alhamdulillah Ma'had Aly MUDI termasuk salah satu dari tiga Ma'had Aly se-Indonesia yang pertama kali mendapatkan izin penyelenggaraan Marhalah Tsaniyah pada tahun 2021, dan di tahun 2023, Marhalah Tsaniyah Ma'had Aly MUDI merupakan Marhalah Tsaniyah yang pertama kali siap dan diasesmen sehingga mendapatkan akreditasi Mumtaz.
Banyak sebenarnya yang perlu diceritakan tentang bagaimana visionernya sosok Abu MUDI. Beliau tidak pernah berhenti bermimpi.
Mimpi mimpi besar beliau sebagiannya sudah menjadi kenyataan. Sebagian lainnya masih dalam tahap perjuangan yang kita belum tau kapan harapan-harapan mulia tersebut dapat terwujudkan.
Foto: Momen malam perpisahan di Dayah tercinta, jelang libur Ramadhan 1446 H.
Posting Komentar untuk "Dayah Mudi Mesra Samalanga Dibangun dengan Modal Keyakinan dan Husnudhan kepada Allah "