Pelantikan IMNAD Pidie dan Aceh Besar Memberikan Gambaran Prospek Cerah Dakwah di Aceh
Dr. Teuku Zulkhairi | Wasekjend PB Ittihadul Muballighin Nanggroe Aceh Darussalam IMNAD
Pelantikan Pengurus Ittihadul Muballighin Nanggroe
Aceh Darussalam (IMNAD) di dua kabupaten, yakni Kabupaten Pidie dan Aceh Besar,
menjadi momen penting dalam perjalanan dakwah Aceh kontemporer.
Kehadiran dua kepala daerah, yakni Bupati Pidie
Sarjani Abdullah dan Bupati Aceh Besar H. Muharram Idris, bukanlah sekadar
seremoni biasa. Ia menyimpan makna simbolik dan strategis yang layak dibaca
lebih dalam, terutama dalam konteks masa depan gerakan dakwah di Tanah Rencong.
Pertama,
kehadiran bupati dalam pelantikan pengurus IMNAD menunjukkan adanya legitimasi
dari otoritas pemerintah terhadap keberadaan dan peran IMNAD.
Ini merupakan pesan yang kuat bahwa organisasi yang
menghimpun para muballigh Aceh ini bukan sekadar gerakan keagamaan biasa,
tetapi menjadi salah satu pilar penting pembangunan sosial dan spiritual
masyarakat Aceh. Pemerintah daerah memandang IMNAD sebagai mitra strategis
dalam membangun peradaban daerah yang berbasis nilai-nilai Islam.
Kedua,
kehadiran dua bupati dalam dua pelantikan berbeda sekaligus memperlihatkan daya
jangkau IMNAD yang mulai meluas. Ia bukan organisasi eksklusif milik satu
daerah atau kelompok tertentu, melainkan rumah besar bagi para dai, ulama muda,
dan tokoh-tokoh dakwah Aceh lintas kabupaten.
Ini menjadi sinyal bahwa IMNAD telah berada pada jalur
menuju organisasi dakwah yang kuat, representatif, dan terorganisir dengan
baik.
Ketiga,
sosok kepemimpinan dalam tubuh IMNAD juga menunjukkan keseriusan dalam menata
arah gerakan dakwah yang lebih besar. Tgk. H. Muniruddin Kiran sebagai Ketua
Umum dan Tgk. M. Nurdin Judon atau Abi Nas Jeunieb sebagai Sekretaris Jenderal
adalah dua tokoh muballigh yang telah lama berkiprah dalam dunia dakwah Aceh.
Keduanya dikenal luas, baik melalui majelis-majelis
taklim, khutbah, maupun aktivitas sosial keumatan. Dengan kepemimpinan yang
matang dan jaringan yang luas, IMNAD berpotensi menjadi kekuatan kultural yang
mampu menjawab tantangan zaman.
Tidak dapat dipungkiri bahwa Aceh membutuhkan
organisasi-organisasi keagamaan yang kuat dan terarah untuk memperkuat basis
nilai dan akhlak masyarakat.
Di tengah arus globalisasi dan tantangan dekadensi
moral, kehadiran IMNAD menjadi sangat penting. Ia bisa menjadi wadah
konsolidasi para dai untuk memperkuat metode dakwah, meningkatkan kompetensi
muballigh, serta merespons isu-isu aktual umat Islam dengan bijaksana.
Lebih jauh, IMNAD juga berpotensi menjadi rujukan
keumatan dalam merumuskan arah pembangunan Aceh yang berbasis nilai-nilai Islam
rahmatan lil ‘ālamīn.
Organisasi ini dapat menjadi mitra pemerintah dalam
merumuskan kebijakan yang selaras dengan semangat syariat Islam yang menjadi
identitas daerah Aceh.
Dengan kekuatan jaringan muballigh di seluruh daerah, IMNAD dapat memainkan peran strategis dalam memperkuat ukhuwah, meredam konflik horizontal, dan menggerakkan kesadaran kolektif umat menuju kehidupan yang lebih baik.
Dengan kekuatan jaringan muballigh di seluruh daerah di Aceh, IMNAD diyakini dapat memainkan peran strategis dalam memperkuat ukhuwah, meredam konflik horizontal, dan menggerakkan kesadaran kolektif umat menuju kehidupan yang lebih baik.
Dengan fondasi kepemimpinan IMNAD yang kuat pada sosok Waled Kiran dan Abi Nas Jeunieb, kepercayaan dari pemerintah daerah, serta dukungan para dai muda dan tokoh masyarakat, masa depan IMNAD tampaknya akan semakin cerah.
Bukan tidak mungkin, organisasi ini akan tumbuh menjadi salah satu lokomotif utama dalam membangun Aceh yang berkarakter, agamis, dan berdaya saing. Insya Allah.
Posting Komentar untuk "Pelantikan IMNAD Pidie dan Aceh Besar Memberikan Gambaran Prospek Cerah Dakwah di Aceh"