Tabarruk dengan Bekas Orang Shalih, Dalil Sunnah dan dan Spiritualitas
Tabarruk—yakni
mencari keberkahan melalui sesuatu yang berhubungan dengan orang-orang
shalih—merupakan praktik yang memiliki dasar kuat dalam sunnah. Ia bukan hanya bagian dari kecintaan kepada
orang-orang saleh, tetapi juga salah satu sarana meraih kedekatan spiritual
kepada Allah melalui wasilah mereka yang didekatkan oleh-Nya.
Dalil Hadis tentang Tabarruk
Salah satu riwayat penting tentang tabarruk berasal dari Asma’ binti Abu Bakar dan diriwayatkan oleh Imam Muslim:
عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ قَالَتْ: كَانَتْ هَذِهِ عِنْدَ عَائِشَةَ حَتَّى قُبِضَتْ، فَلَمَّا قُبِضَتْ قَبَضْتُهَا، وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَلْبَسُهَا، فَنَحْنُ نَغْسِلُهَا لِلْمَرْضَى نَسْتَشْفِي بِهَا
"Jubah ini dahulu berada di tangan Aisyah sampai beliau wafat. Setelah beliau wafat, aku mengambilnya. Dahulu Nabi ﷺ sering memakainya, lalu kami mencucinya dan airnya digunakan untuk orang sakit dengan harapan memperoleh kesembuhan darinya." (HR. Muslim No. 2069)
Hadis ini menunjukkan bahwa para sahabat tidak hanya menjaga peninggalan Rasulullah ﷺ sebagai memorabilia, tetapi mereka menggunakannya sebagai wasilah untuk memperoleh keberkahan, terutama dalam menghadapi musibah seperti sakit.
Penjelasan Ulama: Tabarruk Adalah Sunnah
Imam al-Nawawi—seorang tokoh utama mazhab Syafi‘i—menegaskan bahwa hadis ini adalah dalil atas disunnahkannya tabarruk:
وَفِي هَذَا الْحَدِيثِ دَلِيلٌ عَلَى اسْتِحْبَابِ التَّبَرُّكِ بِآثَارِ الصَّالِحِينَ وَثِيَابِهِمْ
“Dalam hadis ini terdapat dalil tentang disunnahkannya tabarruk dengan peninggalan orang-orang shalih dan pakaian mereka.” (Al-Nawawi, Al-Minhāj Syarḥ Ṣaḥīḥ Muslim, juz 14, hal. 44)
Penjelasan ini
tidak hanya memperkuat keabsahan praktik tabarruk, tetapi juga membantah
anggapan bahwa tabarruk adalah bentuk bid‘ah atau bahkan kesyirikan. Selama
diyakini bahwa yang memberi manfaat adalah Allah dan bukan benda itu sendiri,
maka tabarruk adalah amalan yang dianjurkan.
Akar Teologis: Barakah dari Allah, Melalui Wasilah
Dalam teologi Islam, barakah atau keberkahan adalah kebaikan yang terus berkembang dan bertambah. Sumber utama barakah adalah Allah SWT. Namun, dalam sunnah dan sejarah Islam, barakah bisa disalurkan melalui wasilah orang-orang yang didekatkan kepada-Nya, seperti para nabi, sahabat, dan ulama yang shalih.
Artinya, tidak ada
kontradiksi antara keyakinan tauhid yang murni dan praktik tabarruk, selama
tetap memandang bahwa benda atau peninggalan itu hanya perantara, bukan sebab
utama.
Praktik Tabarruk dalam Tradisi Ulama
Tabarruk tidak hanya dilakukan pada peninggalan Nabi ﷺ. Dalam khazanah Islam klasik, banyak ulama besar yang melakukan tabarruk dengan:
1. Pakaian para
wali
2. Bekas air wudhu
guru mereka
3. Kitab-kitab atau
pena yang pernah digunakan ulama besar
4. Bahkan, duduk di tempat duduk para guru mereka
Semua itu menunjukkan bahwa tabarruk adalah bagian dari adab ilmiah dan spiritual dalam Islam, bukan tindakan irasional. Yang menjadi penting adalah niat dan pemahaman yang lurus dalam melakukannya.
Spiritualitas Tabarruk dalam Kehidupan Umat
Dalam praktik keseharian, semangat tabarruk bisa membangkitkan cinta dan rindu kepada Rasulullah ﷺ dan para pewarisnya. Misalnya:
Seorang murid yang menyimpan tasbih gurunya bukan sedang menyembah benda itu, tetapi sedang mengenang akhlak dan adab sang guru.
Seorang penziarah yang menyentuh pintu makam wali tidak berharap kekuatan dari pintu itu, tetapi ingin menyambung hatinya dengan orang yang dikasihi Allah.
Inilah ruh dari tabarruk: menyambung cinta, menghadirkan keteladanan, dan menumbuhkan semangat meneladani.
Batasan Syariat: Jangan Ghuluw
Meskipun disyariatkan, tabarruk harus dijaga agar tidak melampaui batas:
1. Jangan menyakini bahwa benda tersebut memiliki kekuatan mutlak.
2. Jangan menjadikannya objek pengkultusan atau sesembahan.
3. Jangan terjebak dalam perbuatan ghuluw (berlebih-lebihan).
Tabarruk yang benar
adalah yang dilakukan dengan adab dan tauhid, serta niat menyambung diri dengan
sumber-sumber barakah yang diridhai Allah.
Penutup: Tabarruk sebagai Jembatan Spiritualitas
Di tengah kekeringan spiritual umat Islam masa kini, tabarruk yang benar bisa menjadi jembatan untuk menghidupkan kembali hubungan ruhani dengan Rasulullah ﷺ dan para ulama shalih. Ia membantu umat tidak hanya berislam secara formal, tetapi juga secara emosional dan spiritual.
Dengan menghidupkan
kembali semangat tabarruk yang berbasis syariat, umat Islam akan terhubung
secara lebih dalam dengan sanad ruhani yang sampai kepada Rasulullah ﷺ—bukan hanya sanad keilmuan, tetapi juga
sanad cinta dan akhlak. [Izzuddin]
Posting Komentar untuk " Tabarruk dengan Bekas Orang Shalih, Dalil Sunnah dan dan Spiritualitas"