Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cara Menyikapi Perbedaan Mazhab


Pengajian Rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) yang diisi oleh ulama Mesir, Abu Muaz Muhammad Abdul Hayy dari Mesir, yang sekarang menetap di Dayah Darul Ihsan Abu Hasan Krueng Kalee. Siem, Darussalam, Aceh Besar. (27/11).

Sejarah, Khalifah Makmun 

Ada seorang yang mengadu kepada Khalifah Makmun bahwa ia ingin keluar dari Islam karena banyak sekali terjadi perbedaan pendapat dari kalangan ulama sehingga memuat ia binggung dalam beramal.

Sultan Makmun menjawab, sebenarnya khilafiyah (perbedaan) ada dua, perbedaan pemahaman terhadapa ushul dan furu’. Nah andai yang diperselisihkan masalah azan dua kali atau satu kali bukanlah khilifiyah tapi keluasan dan mempermudah dalam beramal. Hal ini tersebut dalam kitab Al-bayan wal tabyin karangan Al-jahiz.

Dari kisah itu, Makmun menekankan. Berbeda sah-sah saja bahkan itu fitrah manusia selama tidak saling menjatuhkan satu sama lain. Itulah sikap para ahli ilmu generasi awal. Tidak saling cap sesat bahkan dengan mudah mengkafirkan atau menyesatkan golongan di luar golongan kita. Jelas Abu Muaz.

Abu Muaz mengisahkan pengalaman pribadi terhadap ekstrimnya menyikapi masalah furuiyyah ketika beliau ke Lahore Pakistan. Gara-gara mengucapkan amien setelah Fatihah hampir saja saya dipukul gara membaca amien. Untung ada imam mesjid yang menjelaskan kepada jamaahnya bahwa tidak mengapa baca amien karena hal itu disunatkan dalam mazhab Syafi’i.

Cara Menyikapi Khilafiyah 

“Sahabat-sahabatku adalah layaknya bintang-bintang di langit, dengan yang mana kalian mengikuti, niscaya akan mendapat jalan petunjuk. Dan perbedaan-perbedaan sahabatku bagi kalian semua adalah rahmat.” (Hr Bukhari).

Imam Syuyuthi mengomentari hadist di atas bahwa rasulullah sudah mensinyalir bahwa akan ada perbedaan pendapat di kalangan ummatnya dan itu adalah rahmat dan jika berbeda ummat boleh mengambil mana saja yang dia anggap kuat sebagaimana halnya kita dalam bermazhab.

Imam Al-khathabi mengkritik hadist ini dan menganggap lemah karena jika perbedaan adalah rahmat maka sepakat para ulama adalah azab/petaka. Namun pendapat tersebut dibantah oleh imam An-nawawi tidak selamanya demikian. Contoh ayat Al-qur’an yang menyatakan bahwa malam adalah rahmat. Imam nawawi melanjutkan. Apakah siang laknat? Kan tidak demikian. Jelas Abu Muaz yang diterjemahkan oleh Ust H Muakhir Zakaria, MA ketua lembaga bahasa Asing di Darul Ihsan Abu Hasan Krueng Kalee.

Imam Malik bin Anas Menolak Penyatuan Mazhab

Imam Malik bin Anas pernah diminta oleh khalifah untuk menulis kitab Almuwatha’ untuk di kirim keseluruh dunia Islam agar dijadikan pegangan dalam beramal. Namun Imam Malik bin Anas menolak untuk dikirim kitabnya.

Mazhab Syafi’i Adalah Mazhab Terkuat

Abu Muaz menjawab pertayaan dari Teuku Farhan salah seorang jamaah Pengjian Kaukus Wartawan tentang kenapa Mazhab hanya empat saja. Abu Muaz menjelaskan karena mazhab yang empat memilik murid dan penerus yang kuat sehingga masih ada sampai sekarang. Seperti mazhab Syafi’i memiliki pondasi yang kuat sehingga tidak akan mudah digilas zaman.

Kesimpulan Sebab terjadi khilifiyah dalam Mazhab.

(1) Berbeda memahi terhadapa asal sumber al-qur’an dan sunnah. (2) Tidak menerima hadits. (3) Penilian hadist sebagian menganggap shahih sebagiannya lemah. (4) Berbeda syarat dalam mengambil dalil dari hadist Ahad. (5). Berbeda menyikapi hadist yang kontradiksi. (6)Berbeda memahami lafadh Al-quran dan Sunnah. (7). Terjadi perbedaan ulama dalam menetapkan hukum nasakh dan manshukh (pembatal dan yang dibatalkan). [Mustafa Husen]