Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Masyarakat Aceh Percayakan Sekolah Islam Untuk Pendidikan Anak


Siswa-Siswi SDIT Nurul Fikri Banda Aceh. Foto: Herman

BANDA ACEH -  Perkembangan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan demikian pesat. Para orang tua semakin memiliki banyak pilihan untuk menyekolahkan anak - anak mereka di sekolah yang diinginkan. Apalagi dengan beragam keunggulan metodelogi yang ditawarkan sekolah.

Dapat kita katakan jika setiap sekolah tentu punya penggemar sendiri – sendiri, seperti halnya masing – masing brand, tentu pula mempunyai penggemar fanatik sendiri. Seperti halnya sekolah negeri dan sekolah swasta.

Tidak sedikit orang tua yang berjuang keras agar anaknya dapat diterima di sekolah negeri milik pemerintah, apalagi tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk belajar disana. Namun semua pilihan itu tentunya ada konsekuensi yang harus ditanggung, apalagi di sekolah negeri pelajaran tentang agama sangat minim.

Berbeda halnya dengan sekolah islam terpadu (SIT) yang mengintegrasikan pendidikan umum dan agama di dalam kurikulum yang digunakan. Sekolah model seperti ini semakin dilirik oleh para orang tua, khususnya oleh mereka yang disibukkan dengan pekerjaan, sehingga tidak sempat memperhatikan pendidikan agama kepada anak-anaknya. Apalagi, selain menilai aspek akademik, SIT juga menekankan pentingnya aspek sikap para siswa.

Salah satu sekolah yang cukup kewalahan setiap datangnya tahun ajaran baru, karena membludaknya jumlah pendaftar adalah Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nurul Fikri Aceh. Sekolah yang berlokasi di Jalan.Teuku Nek Desa Lamtheun Kecamatan, Darul Imarah, Aceh Besar, tersebut kini menjadi sekolah paling diminati orang tua siswa. Alasannya, karena metode pembelajaran memadukan kurikulum umum dan agama.

Sekolah yang merupakan bahagian dari Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT), organisasi yang beranggotakan Sekolah Islam Terpadu dari seluruh Indonesia, tersebut terpaksa membatasi para pendaftar, dengan melakukan seleksi ketat dan waiting list atau daftar tunggu.

Hal tersebut dilakukan untuk mengoptimalkan kegiatan belajar dan mengajar.  Pembatasan rombongan belajar (rombel) guna menghindari kelebihan siswa dan tidak kondusifnya ruang kelas.

“Setiap rombel maksimal 32 orang siswa. Tidak boleh lebih dari itu karena dapat menganggu jalannya kegiatan belajar dan mengajar,” ujar Wakil Kepala Sekolah SDIT Nurul Fikri, Eva Masturaini, kepada Suara Darussalam.
Dia menjelaskan, saat ini di SDIT Nurul Fikri terdapat 21 rombel, mulai dari kelas I hingga kelas VI, dengan jumlah siswa dan siswi sebanyak 644. Sementara jumlah guru dan karyawan SDIT mencapai 62 orang. “Pembatasan penerimaan siswa kita lakukan juga mengingat ketersediaan fasilitas yang tersedia, kita tidak boleh memaksanakannya,”tuturnya.

Makanya, diterapkan sistem seleksi berupa tes untuk bisa diterima di SDIT. Selain itu juga ada sistem waiting list atau masuk dalam daftar tunggu. “Kalau ada siswa SDIT pindah sekolah karena orang tuanya pindah kerja, calon siswa yang masuk daftar list orang tuanya kita hubungi, untuk masuk juga harus di tes,” jelasnya.

Eva munuturkan jika animo masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di SDIT sangat tinggi. Itu semua tidak terlepas dari keunggulan metode pembelajaran yang ditawarkan. Dengan metodelogi A-Ba-Ta-Tsa yang digunakan, maka setiap siswa kelas II SDIT sudah mampu membaca Alquran dan di kelas III mereka sudah mampu menghafal hingga tiga juz Alquran.

Menurutnya, kurikulkum yang selama ini mereka terapkan, menjadi nilai lebih bagi kegiatan pembelajaran di Sdit Nurul Fikri.  “Disini kita memadukan antara kurikulum umum yang berlaku secara nasional dengan kurikulum agama,” sebut Eva yang juga wakil kepala sekolah bidang kurikulum ini.
Banyak keunggulan lain yang dimiliki SDIT, sehingga membuahkan beragam prestasi kepada para siswa dan siswinya. Baik di tingkat daerah maupun hingga tingkat nasional. Selain bidang akademik, siswa SDIT Nurulk Fikri juga unggul di bidang seni, budaya dan olah raga dan tentunya di bidang agama. 
Hal itu tentu sesuai dengan visi dan misi SDIT menjadi Sekolah Dasar terbaik dalam mendidik siswanya agar berakhlak mulia, berprestasi, bersih, mandiri, dan terampil dalam hidup sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan usianya.

Dan menyelenggarakan pendidikan dasar umum Islam Terpadu yang mampu membentuk karakter, sikap, dan perilaku yang sesuai dengan tuntunan anak dan Islam serta memberikan bekalan pengetahuan dan keterampilan untuk tumbuh secara optimal melalui proses pendidikan terpadu, seimbang dan berkelanjutan.

Secara nasional, metode pembelajaran yang diterapkan sekolah Islam terpadu (SIT) mendapatkan pengakuan dari kementerian pendidikan nasional dan dinilai sesuai dengan Kurikulum 2013. Pernyataan itu seperti disampaikan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan (Wamendik), Musliar Kasim, saat membuka seminar pendidikan pada acara Milad ke-10 JSIT di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Wamendik saat itu menyampaikan, kurikulum 2013 merefleksikan apa yang sudah dilakukan SIT yang tergabung dalam JSIT dan berharap agar penerapan Kurikulum 2013 bisa lebih menggaung. Artinya, perubahan model kurikulum harus didukung pemahaman yang baik oleh seluruh guru.
Menurutnya, Kurikulum 2013 berupaya untuk menghasilkan generasi yang produktif, kreatif, afektif. Generasi yang harus memiliki tiga kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap.  Dalam Kurikulum 2013, semua mata pelajaran harus bisa membangun sikap para siswa. [Herman/Suara Darussalam]