Rekonsiliasi Politik Elit Aceh
Irwnadi Yusuf dan Muzakkir Manaf dalam suatu pertemuan di Jakarta. Foto: aceh.tribunnews |
Oleh Dwi Abdullah
Isu rekonsiliasi politik antara Wagub
Muzakir manaf dan Irwandi Yusuf memang tidak seseksi isu Dosen UIN Ar-raniry
yang membawa mahasiswanya belajar gender ke Gereja di Banda Aceh. Akan tetapi
hal ini juga semestinya diperhatiakan oleh masyarakat Aceh.
Dalam
beberapa hari ini isu mengenai rekonsiliasi politik
antara Wakil Gubernur Muzakir Manaf atau Mualem dengan Irwandi Yusuf santer
terus didengungkan oleh salah satu media online di Aceh.
Seperti diketahui dua tokoh
politik Aceh yang juga mantan eks elit kombatan GAM (Gerakan Aceh Merdeka) ini
pernah terlibat berselisih paham pada pemilihan kepala daerah 2012 lalu. Dalam
hal ini tentu saja di sambut baik oleh beberapa kalangan masyarakat Aceh,
kenapa tidak Irwandi Yusuf juga salah satu petinggi Partai Lokal (Parlok) Partai
Nasional Aceh (PNA), dan juga pernah menjabat sebagai Gubernur Aceh periode
sebelumnya. Tentu saja ini akan memberikan dampak positif bagi kondisi politik
Aceh.
Sinyal akan bersatunya dua
tokoh Aceh ini muncul setelah Mualem mengundang para anggota DPR Aceh ke
rumahnya di Blang Padang, Banda Aceh, beberapa hari lalu. Dalam acara tersebut
Mualem menyalami Darwati A. Gani, politisi Partai Nasional Aceh (PNA) yang juga
istri Irwandi Yusuf. Kemudian Mualem menanyakan kabar Irwandi dan menitipkan
salam untuknya. Selanjutnya, Irwandi dalam status facebooknya menceritakan soal
keakrabannya dengan Mualem, ia senang mendapat salam dari Mualem.
Beberapa kalangan juga
mendukung proses rekonsiliasi politik tersebut, seperti yang di sampaikan
perwakilan ulama dari Dayah Malikulsaleh Tengku Wahidin
"Meuget-getnyan sesuatu hal
pekerjaan yang baik bak lon rasa (berbaik-baiklah sesuatu hal pekerjaan yang
baik menurut saya"
Kemudian dukungan pun juga
disampaikan oleh Ketua Pengajian Tastafi Kota Banda Aceh, Tengku Marwan Yusuf.
"Adak juet kon meudua droe
ureueng nyoe (Mualem dan Irwandi Yusuf-red) nyang kompak, tapi beu ban mandum
ureueng Aceh sehingga rakyat seujahtra (Maunya bukan hanya dua orang ini saja
yang kompak, tapi semua orang Aceh sehingga rakyat sejahtera,"ujarnya.
Dalam hal ini beberapa
perwakilan mahasiswa dari berbagai kampus turut memberi dukungannya seperti
Presma Universitas Gajah Putih (UGP) Takengon, Presma Universitas Syiah Kuala
(Unsyiah), Presma Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh, dan juga Aliansi
Mahasiswa Aceh Utara dan Lhokseumawe (AMAL). Dengan terjadinya rekonsiliasi
politik antara kedua tokoh tersebut, para perwakilan mahasiswa mengharapakan
mereka berdua bisa merubah citra politik Aceh menjadi lebih sehat, dianggap
bisa menciptakan sinergitas dalam membangun Aceh kedepan, dan dianggap mampu
meningkatkan kesejahteraan rakyat Aceh.
Bahkan salah satu eksponen
aktivis mahasiswa 98 Islamuddin Ismady yang juga mantan wakil walikota Sabang
periode 2007-2012, mengatakan “Mualem dan Irwandi adalah simbol politik Aceh
kontemporer.
“Mereka akan membawa suasana Aceh dalam
kedamaian. Selain itu penyatuan dua sosok itu akan mampu membuat Aceh akan
berwibawa dan disegani di level nasional,” katanya.
Bahkan, Islamuddin
berkeyakinan dengan bersatunya dua sosok itu maka dengan sendirinya akan
mengalir ke penyatuan di semua lini.
“Seluruh komponen eks kombatan Aceh akan bersatu.
Dari ini akan melahirkan semangat untuk membangun Aceh meraih masa depannya,” kata Islamuddin.
Tentu tidak salah dengan
proses rekonsiliasi politik kedua tokoh tersebut. Namun, yang tidak boleh
dilupakan bahwa Mualem masih memimpin Aceh dengan Gubernur dr. Zaini Abdullah sampai tahun 2017.
Kewajiban membangun Aceh
menjadi lebih baik masih dalam tanggungjawab mereka berdua, masyarakat masih
menunggu janji-janji politik dimasa kampanye dahulu, masih banyak yang belum
terealisasikan. Seharusnya rekonsiliasi semua elit Aceh untuk melanjutkan perjuangan
dalam membangun Aceh dari segala bidang, dengan satu tujuan yakni kesejahteraan
rakyat Aceh sekarang dan masa depan.
Kita juga berharap isu-isu yang muncul
tidak ada kaitannya dengan kisruh antara Gubernur dan Wagub, dan juga tidak ada
kaitannya dengan tuntuan pengunduran diri Gubernur dari jabatannya yang
disuarakan kalangan masyarakat beberapa waktu lalu. Mimpi kita adalah “pembangunan Aceh berkelanjutan lebih
penting daripada kita terkotak-kotak dalam kepentingan golongan tertentu.”
Dwi Abdullah adalah Mahasiswa
Akidah Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pengurus Ikatan Mahasiswa
dan Pemuda Aceh (IMAPA) Jakarta.
Email : dwie.arsha@yahoo.com