Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Subyek Pendidikan (Pendidik/Guru) dalam Tafsir Alquran


Oleh Maulidiah Fauza

Subyek pendidikan ialah orang yang berperan sebagai pengajar dan berpegang teguh pada Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah penunjuk bagi kita sebagai manusia, karena di dalamnya terdapat penjelasan berbagai macam persoalan yang kita hadapi di dunia ini. 

1. Tafsir surat Al-Imran ayat 18:

شَهِدَ اللّٰهُ اَنَّهٗ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۙ وَالۡمَلٰٓٮِٕكَةُ وَاُولُوا الۡعِلۡمِ قَآٮِٕمًا ۢ بِالۡقِسۡطِ‌ؕ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الۡعَزِيۡزُ الۡحَكِيۡمُؕ

Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain Dia; (demikian pula) para malaikat dan orang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahaperkasa, Maha-bijaksana

Subyek pendidikan pada ayat ini adalah tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah, artinya hanya Allah lah yang berhak kita sembah, tidak ada selainnya. Orang-orang yang berilmu ia senantiasa menyampaikan persaksiannya kepada Allah SWT bahwa tidak ada tuhan selain Allah. 

Jadi tugas kita sebagai pengajar, pendidik, mu’allim ialah harus senantiasa bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang patut disembah selain Allah, diiringi dengan mengerjakan perintah-perintah Allah SWT serta menjaga kebersihan jasmani dan rohani dalam dirinya. 

Karena ini merupakan keadilan, mereka senantiasa adil kepada Allah, adil menegakkan keadilan dalam berbagai hal dengan inilah mereka menjadi mulia disisi Allah. Allah sandingkan kesaksian para malaikat dengan orang-orang yang berilmu dan mereka mengajarkan ilmunya kepada orang lain serta meneguhkan dalam hatinya tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah. 

Oleh sebab, kita harus berusaha menjadi orang-orang yang memiliki ilmu, karena sangat banyak pujian-pujian Allah terhadap orang-orang yang berilmu, disamping itu juga kita menjadi orang-orang yang menegakkan keadilan dalam berbagai hal. Allah juga akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu, maka dari itu jangan pernah lelah dan bosan dalam menuntut ilmu ini.

2. Tafsir surat An-Nahl ayat 43-44 dan 78:

وَمَاۤ اَرۡسَلۡنَا مِنۡ قَبۡلِكَ اِلَّا رِجَالًا نُّوۡحِىۡۤ اِلَيۡهِمۡ‌ فَسۡـــَٔلُوۡۤا اَهۡلَ الذِّكۡرِ اِنۡ كُنۡتُمۡ لَا تَعۡلَمُوۡنَۙ‏

43. Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,

بِالۡبَيِّنٰتِ وَالزُّبُرِ‌ؕ وَاَنۡزَلۡنَاۤ اِلَيۡكَ الذِّكۡرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ اِلَيۡهِمۡ وَلَعَلَّهُمۡ يَتَفَكَّرُوۡنَ‏

44. (mereka Kami utus) dengan membawa keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan Adz-Dzikr (Al-Qur'an) kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan

Subyek pendidikan pada ayat ini adalah sebagai pengajar, kita diminta untuk senantiasa bertanya mengenai apa yang tidak kita ketahui, bahkan metode bertanya ini sangat penting dalam studi Islam, seperti pada kitab masailal. Jadi kita harus senantiasa bertanya, jangan pernah merasa cukup dengan ilmu yang kita miliki, karena ilmu itu sangat luas. 

Dengan kita bertanya, ilmunya menjadi bertambah, wawasannya menjadi luas, dan mengetahui mengenai apa yang sebelumnya kita tidak ketahui. Oleh sebab itu kita sebagai pengajar, harus senantiasa menyampaikan ilmu yang kita punya kepada orang lain, walau hanya sedikit saja. 

Dalam ayat ini juga, kita sebagai pendidik harus senantiasa menyesuaikan ilmu yang kita berikan dengan tingkat kecerdasan dengan peserta didik (terdapat ukuran). 

Kalau untuk anak MIN kita berikan mereka cerita-cerita Islami agar mereka termotivasi untuk berfikir, kita berikan pujian-pujian begitupun seterusnya untuk tingkat MTSN dan MAN. 

Sebagai pendidik kita harus menyesuaikan bahasa juga, jangan menggunakan bahasa yang tinggi pada anak MIN. setelah kita jelaskan, praktekkan dan lain sebagainya ternyata mereka tidak paham apa yang kita sampaikan. 

Maka dari itu sampaikan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai dengan tingkatannya. Pada pendidikan ini juga terdapat tahapan-tahapan, tidak bisa dilakukan semuanya secara sekaligus.


3. Tafsir surat Al-Kahfi ayat 66

قَالَ لَهٗ مُوۡسٰى هَلۡ اَتَّبِعُكَ عَلٰٓى اَنۡ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمۡتَ رُشۡدًا

66. Musa berkata kepadanya, "Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?"

Jika dilihat dalam kitab ta’lim muta’allim, terdapat banyak materi mengenai adab antara seorang pelajar dengan seorang pengajar, diantaranya ialah murid tidak boleh berjalan di depan gurunya. Jika kita berjumpa dengan guru, kepala kita merunduk sambil menjulurkan tangan kebawah dalam artian untuk menghormati guru tersebut. 

Tidak boleh seorang murid itu duduk ditempat duduk gurunya, itu dianggap tidak beradab, kemudian juga seorang murid tidak boleh mendahului berbicara sebelum meminta izin gurunya, lalu juga dilarang banyak berbicara banyak dihadapan gurunya seperti kisah Nabi Musa dan Nabi Khaidir, dan lain sebagainya. 

Maka dari itu adab ialah diatas segalanya, lebih baik orang tidak memiliki ilmu tapi beradab dibandingkan orang yang memiliki ilmu tapi tidak beradab. Begitu mulianya seorang pendidik dalam pandangan Islam, Allah menyandingkan orang-orang berilmu dengan para malaikat. 

Maka kita sebagai pelajar, senantiasa memuliakannya, menghormatinya, menunjukkan akhlak yang terbaik kepadanya, agar dapat memperoleh keberkahan dalam hidup kita (mencari keridhaan guru). 

Urusan-urusan yang kita hadapi itu akan dimudahkan oleh Allah SWT, ketika kita mendapatkan keridhaannya, maka muliakanlah mereka. Inti dari ayat ini ialah sikap seorang pendidik mersepon anak didiknya, dan sikap anak didik menghormati gurunya dengan cara yang sangat bijaksana, dengan mengajukan pertanyaan yang sangat sopan. 

Seorang pendidik juga harus senantiasa bersifat sabar dalam mengajarkan peserta didik kita dan tidak boleh berbicara kasar. [Tulisan ini diringkas dari materi Mata Kuliah Tafsir dengan tema Ayat-Ayat Tentang Subyek Pendidikan]

Penulis adalah Mahasiswi Prodi PAI FTK UIN Ar-Raniry, Banda Aceh


Posting Komentar untuk "Subyek Pendidikan (Pendidik/Guru) dalam Tafsir Alquran"