Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pembagian Hati Menurut Imam Ghazali


 TIGA MACAM HATI

Imam Al-Ghazali Membagi Hati Menjadi 3 Macam :

1. Hati Sehat Dan Bercahaya

Yaitu Hatinya Orang-Orang Yang Beriman, Ikhlas Dan Penuh Cinta

2. Sakit Hati

Yaitu Hatinya Orang-Orang Yang Jengkel, Dongkol, Dendam, Su'udzon, Marah, Suka Menghasut, Suka Menggunjing.

3. Hati Mati

Yaitu Hatinya Orang-Orang Yang Ingkar Dan Durhaka Kepada Allah, Rasulullah, Kedua Orang Tua, Kepada Ulama' Dan Guru.


Baca juga : Taubatlah Meskipun Berkali-Kali Engkau Terjerumus dalam Kemaksiatan


PENYEBAB HATI YANG MATI

~Imam Al-Ghazali Berkata Penyebab Hati Menjadi Mati :

1. Ingkar Kepada Allah, Rasulullah, Dan Para Ulama'

2. Prasangka Buruk

3. Menggunjing

4. Memfitnah

5. Malas Ibadah

6. Memakan Makanan Yang Haram

7. Terlalu Cinta Dunia

8. Tidak Ikhlas

9. Marah Dan Dendam

10. Kurang Bersyukur


Baca juga : Islam Adalah Agama yang Sempurna Mengatur Seluruh Sendiri Kehidupan

Enam Faktor dan Rahasia Kemenangan Umat Islam di Silam


TANDA-TANDA HATI KOTOR

1. Gelisah Walaupun Tidak Ada Masalah

2. Bangga Terhadap Diri Sendiri

3. Angkuh Memandang Hina Orang Lain

4. Sombong Dan Congkak

5. Mencari Aib Orang Dan Menyebarkannya

6. Suka Mengumpat

7. Gembira Dengan Penderitaan Orang Lain

8. Tidak Menjaga Lisan

9. Sinis Dengan Orang Lain

10. Bersikap Alim Untuk Di Puji

11. Menyampaikan Ilmu Dengan Riya'

12. Menganggap Diri Lebih Hebat Dari Pada Orang Lain

13. Berpakaian Indah Untuk Dipuji

14. Durhaka Pada Orang Tua

15. Bermanis Muka

16. Semena-Mena

17. Sholat Yang Tidak Bisa Khusyuk

18. Kagum Terhadap Diri Sendiri

19. Selalu Mencari Salah Orang

20. Cinta Kepada Duniawi Dan Materialistik

21. Mudah Bersangka Buruk Terhadap Orang

22. Membesarkan Hal Yang Remeh Temeh

23. Suka Bergosip Dan Menabur Fitnah.

Baca juga : Siapa Itu Ahli Tasawuf, Perhatikan Sikap dan Adabnya

Kuman Di Seberang Lautan Tampak, Gajah Di Pelupuk Mata Tak Tampak.  Setitik Aib Orang Lain Segera Nampak, Segudang Aib Sendiri Sulit Di Temukan.

"Yaa Allah, Terangilah Hati Kami Ini Dalam Keridhaan Yang Selalu Tertuju Pada Cinta Yang Abadi Dalam Penghambaan Kami Kepada-Mu."

Aamiin YRA ...

ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ۞ ﺍﻟﻔَﺎﺗِﺢِ ﻟِﻤَﺎ ﺃُﻏْﻠِﻖَ ۞ ﻭَﺍﻟﺨَﺎﺗِﻢِ ﻟِﻤَﺎ ﺳَﺒَﻖَ ۞ ﻧَﺎﺻِﺮِ ﺍﻟﺤَﻖِّ ﺑِﺎﻟﺤَﻖِّ ۞ ﻭَﺍﻟﻬَﺎﺩِﻱ ﺇِﻟَﻰ ﺻِﺮَﺍﻃِﻚَ ﺍﻟﻤُﺴْﺘَﻘِﻴﻢِ ۞ 

ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻟِﻪِ ﺣَﻖَّ ﻗَﺪْﺭ

Dikutip dari artikel yang ditulis oleh Abdul Hadi yang berjudul "Imam Al Ghazali dan Kontribusinya dalam Ilmu Jiwa", disebutkan bahwa beberapa karya Al Ghazali yang berkaitan dengan masalah Pendidikan dan Ilmu Jiwa antara lain:

1.      Ihya’ Ulumuddin

2.      Maarijul Quds

3.      Manhajul Arifin

4.      Raudatul Talibin

5.      As Saadah

6.      Ayyuhal Walad

7.      Mizanul Amal

8.      Kimiyaus Saadah ([1])

Beberapa studi tentang kejiwaan yang pernah dilakukan oleh Al Gazali

Alhazimi (8) menyimpulkan kontributsi Al Gahzali dalam ilmu jiwa sebagaimana berikut: 

1. Al Gazali adalah orang pertama kali menyebutkan ilmu jiwa adalah pengetahuan yang berkaitan dengan jiwa, dan menyebutnya juga sebagai ilmu Muamalah, untuk menunjukkan pentingnya aspek prilaku, sedangkan kata Muamalah sangat luas dan menyangkut seluruh hal yang berkaitan dengan agama. Dalam sebuah hadits disebutkan: (الدين المعاملة), beliau mengatkan: Mempelajari ilmu jiwa hukumnya wajib, dengan berdasarkan pada firman Allah dalam QS: Adz Zariyaat, 20-21.

20.    Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin.

21.    Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?

2.      Studi tentang motivasi manusia dan segala jenisnya, dan beliau menyebutkan motivasi dengan sebutan serdadu hati dan kekuatan jiwa, serta membaginya dengan serdadu yang menggerakkan pada amarah dan serdadu yang menggerakkan pada pengetahuan, seperti ingatan, pikiran, dan khayalan. 

3.      Menyajikan jenis-jenis prilaku secara ilmiah dan analisis. Ada jenis prilaku alami/ prilaku yang tidak bisa dihindari seperti bernafas, atau prilaku pilihan seperti berjalan, berbicara, menulis.

4.      Studi secara mendetail tentang unsur-unsur tradisi dan akhlak dan kemungkinan mengubahnya, dan kritik terhadap tradisi yang lumrah saat itu, seperti tradisi dalam rumah tangga, di pasar dan di jalan. Studi mendalam mengenai fenomena pergaulan, pembagian dan jenisnya, dengan melakukan perbandingaan antara orang yang suka bergaul dan orang yang suka menyendiri. Dalam hal ini Al Gazali berangkat dari Hadits Rasul yang mengatakan:

مثل الجليس الصالح و الجليس السوء كحاملالمسك و نافخ الكير .فحامل المسك إما أن يحذبك و إما أن تجد منه ريح اً طيبة ، و نافخ الكير إما أن يحرق ملابسك وإما أن تجد منه ريح اً منتنة."

5.      Menunjukkan teori pembelajaran dengan bersyarat, (Dampak sebuah motiv bersyarat) seperti yang dikenalkan oleh Pavlov (1318.H/ 1900.M). Beliau mengatakan: “ Ketika jiwa seseorang  membayangkan sesuatu, seluruh anggota tubuh dan kekuatan yang ada dalam tubuh tersebut digerakkan menuju  sesuatu yang diinginkan tersebut, hingga ketika yang dibayangkan itu hal yang baik, maka kesukaanya makin kuat, dan berujung dengan derasnya air liur. Dalam teori Al Ghazali dijelaskan bahwa mengalirnya air liur desebabkan oleh penilaian pada yang dibayangkan, karena banyak hal diantaranya: 

1.  Karena jiwa seseorang dengan lainya saling berpengaruh, sebagai contoh ketika seseorang hidup dalam sekelompk orang yang bersedih, atau ketika temanya sedih ia akan terbawa sedih juga.

Karena setiap pemandangan yang nampak terus menerus di mata kita akhirnya akan mengikat jiwa kita.

Al Gazali dalam menunjukkan teorinya berdasarkan pada uji coba dalam kehidupan manusia, karena pada saat itu belum ada LAB, terutama dalam teori Pembelajaran serupa bersyarat, yang sama sekali tidak membutuhkan kontiyuitas dan pengulangan sebagai contoh, seseorang yang pernah digigit ular, ia belajar untuk takut pada setiap tali yang berwarna hitam di waktu malam, padahal tidak ada kesamaan antara ular dan tali kecuali dalam anggapan saja dan ia tak akan terulang kedua kalinya digigit oleh ular. 

Beliau adalah ilmuwan pertama kali yang mengenalkan teori Pembelajaran bersyarat yang di klaim sebagi teorinya Pavlov.([2])

 

Dalam pandangan Al Ghazali mengetahui jiwa adalah konci untuk mengenal Allah, dengan berlandasan pada QS: Fussilat, 53. Dan sebuah hadits: 


سَنرُِيهِمْ آياَتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفيِ أنَْفُسِهِمْ حَتَّ ىٰ يَتبَيََّ نَ لَهُمْ أنََّ ه ُ الْحَ ُّ ق ۗ أوََلَمْ يَكْفِ بِرَبكَِّ أ نََّ هُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيد ٌ

 

 

53.  Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?

 

ويورد فى  الأثر: من عرف نفسه فقد عرف ربه  

 Dalam sebuah asar disebutkan: Barang siapa mengenali dirinya maka ia mengenal tuhanya.

 

 

 

 

Al Ghazali dan Ilmu Fisiologi

Ilmu yang berbicara tentang fungsi anggota tubuh dalam kaitanya dengan prilaku (fisiologi) menegaskan bahwa akal adalah sebagai pengendali dan penguasa prilaku seseorang, hal ini merujuk pada hasil studi dan penelitian yang dilakukan dewasa ini.  Pandangan ini berbeda dengan Alqur’an yang menyatakan dengan gamblang bahwa yang yang mengendalikan prilaku manusia adalah Qalbu. (Lihat QS: Al A’raf, 179). Dalam hadist nabi juga disebutkan: 

إن  في الجسد مضغة إذا صلحت صلح سائر الجسد وإذا فسدت فسد سائر الجسد ألا وهي القلب  

Menurut Rabi’ (10) Al Gazali menjelaskan makna kalbu (Akal) dan korelasinya dengan prilaku dengan mengunakan argument   Alquran seperti berikut: 

1.      Kalbu adalah daging paniel yang bentuknya seperti tisu terletak dalam dada, dan di dalamnya ada pengering, memiliki kantong /capatis untuk menampung darah hitam, sebagai sumber/pusat/ roh hewani.([3]) 

2.      Kalbu adalah sesuatu yang lembut bersifat rabbani, ia merupakan hakekat manusia yang dapat mengerti alam bisa berdialog, tempat diberi pahala dan disiksa.

3.      Kalbu memiliki dua serdadu, satu bisa melihat dengan alat indra, seperti mata, telinga, mulut, dan satunya tidak bisa melihat kecuali dengan nurani seperti kekuatan jiwa.

Kedua serdadu tersebut memiliki tugas dan fungsi sebagaimana berikut:

A.    Sebagai pendorong untuk meraih hal-hal yang positif seperti syahwat, dan penolak terhadap hal yang negative seperti amarah. Al Gazali menyebutkan hal ini dengan istilah Iradah/keinginan.

B.     Sebagai pengerak terhadap anggota tubuh untuk mencapai tujuanya, hal ini disebut dengan Kudrat/kemampuan.

C.     Yang mengenal dan mengetahui  segala sesuatu yang berkaitan dengan energy pendengaran, penglihatan, ciuman, rasa, sentuhan, dan semua itu   ada pada bagian   fisik  luar yang terstruktur dalam wujud daging, urat, saraf, darah, tulang, semuanya menggunakan kekuatan kalbu ini. D. Kalbu memiliki dua serdadu:

-          Serdadu Zahir yang terdiri dari shahwat, amarah, dan bertempat di kedua tangan, kaki, dan seluruh anggota tubuh lainya.

-          Serdadu Batin, dan tempatnya pada akal (otak), ia adalah kekuatan berfikir dan berimajinasi, berperaduga, dan setiap kekuatan itu memiliki peran masingmasing.

-          memiliki dua serdadu, dan keduanya sangat patuh melayaninya

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Al Gazali melihat kalbu dengan merujuk pada konsep Alquran yang berfungsi untuk mengatur dan mengendalikan prilaku.

Prilaku (Behaviors) dalam Pandangan Al Ghazali 

Menurut Mansur (2001) dan lainya, Al Gazali dalam memandang  sebuah  prilaku ditinjau  dari beberapa dimensi, dan banyak memiliki kesamaan dengan psikologi modern, hal ini bisa dilihat bahwa perilaku menurutnya:  

A.      Doronga/ motive

B.       Target dan tujuan

C.       Mengandung perasaan, pengetahuan, emosional

D.      Memiliki efektifitas

E.       Prilaku seseorang dipengaruhi oleh factor keturunan dan lingkungan

F.        Prilaku emosional, nurani, logic.

Selanjutnya Mansur ([4]) menyebutkan bahwa Al Ghazali dalam menjelaskan fungsi jiwa dengan tiga krakter, ada yang bersifat nabati, hewani, insani, dan semua kekuatan jiwa yang sejenisnya, dalam hal ini Al Ghazali mengenai kekuatan jiwa sama penafsiranya dengan Ibnu Zina.

G.      Ada perbedaan   tingkatan dalam prilaku, tergantung pada dominasi motive, namun beliau menjelaskan bahwa sebuah perilaku yang dikontrol oleh kemauan yang manusiawi, ketika ia dalam dirinya memiliki nilai-nilai (values) mulia. Dan hal ini yang tidak diterima oleh psikologi modern. Beliau menyebutnya dengan motivasi Malaikat.

H.      Beliau sangat perhatian pada prilaku agama dan beragama, dan peran emosi keagamaan dalam prilaku, dan semua aliran psikologi tidak mengakui dimensi agama dalam prilaku.

Menurut Usman ([5]) Al Ghazali dalam memberi makna prilaku dengan pendekatan sufi, yaitu: Upaya perbaikan akhlak, tindakan, dan pengetahuan, dengan cara menyibukkan diri membangun seluruh anggota tubuh yang zhahir dan yang bathin. 

Dalam Kitab Ihya’Al Ghazali menurutnya ([6]) membuat struktur faktor emosional dan logika dalam sebuah prilaku, seperti berikut:

Yang Pertama sesuatu yang terbersik dalam hati disebut dengan (خاطر), misalnya di suatu tempat terbersik di hati gambaran seorang perempuan dan dia ada dibelakangnya, dan jika ia menoleh niscaya akan melihatnya (حديث النفس).

Yang Kedua keingin kuat untuk melihat, dan itu adalah tabiat dari gerakan shahwat, yang disebut dengan (ميل الطبع)

Yang Ketiga keputusan hati( الحكم), bahwa perempuan itu selayaknya perlu dilihat, karena kecendrungan dari naluri, kemauan dan niat tidak akan kuat jika tidak ada keputusan hati, dan bisa jadi  tidak terbayang untuk menoleh atau takut menolehnya, tidak adanya rencana untuk menolehnya bisa jadi setelah perenungan, dengan mengunakan logika,  hal seperti ini disebut dengan (اعتقاد) yang selalu menyertai naluri dan kecendrungan.

Yang Keempat, Berencana kuat untuk melihat, niat yang pasti ini disebut dengan ( النية والعمل) . Keinginan ini bisa jadi tidak memiliki pijakan yang kuat,namun jika hati tunduk pada bisikan pertama dan merasa nyaman, tentu bayangan tadi akan menjadi kemauan yang pasti (إرادة مجزومة) 

Prilaku menurt Al Ghazali adalah sebuah aktifitas yang dinamik menuju target dan tujuan, bukanlah prilaku yang krakternya diam dan tak bergerak seperti yang gamparkan oleh aliran prilaku (behaviours). 

Dari pembahasan diatas mengenai prilaku dapat disimpulkan seperti berikut:

1.      Muncul dari unsur emosi yang terdiri dari:

Langkah pertama (حديث النفس) langkah yang kedua (حركة الشهوة) 

2.      Unsur logika yaitu keputusan hati, tercermin dalam langkah ketiga, dan berfungsi untuk berfikir dan berkeyakianan. Sedangkan langkah yang Keempat yaitu kemauan yang kuat (ارادة مجزومة).

 

Bentuk-Bentuk Prilaku Menurut Al Ghazali.

Al Ghazali ([7]) membedakan prilaku dengan tiga type:

1.      Reaksi natural, yaitu hanya sekedar perubahan secara otomatis, seperti perubahan pada tubuh manusia ketika terkena air

2.      Reaksi otomatic yang tidak bisa dihindari, yaitu perubahan biologis secara otomatis, seperti saat bernafas. 

Beliau memberi perumpamaan dalam hal ini terkadang seperti bentuk prilaku pilihan namun pada umumnya bentuk prilaku otomatic, tidak ada akal dan perasaan. Sebagai contoh jika sebuah jarum ditekankan pada mata seseorang, tentunya secara paksa akan berdampak pada bola matanya, meskipun bola matanya ingin terbuka pasti tidak akan mampu membukanya.

3.      Prilaku pilihan (logic), seperti menulis, berjalan, dan berbicara. 

Beliau menjelaskan tiga bentuk prilaku ini dalam kitabnya: (الاعتقاد فى الاقتصاد[8]). Menurutnya reaksi yang tak bisa dihindari muncul dari diri seseorang tanpa keinginan dan pengetahuan sebelumnya, dan ia juga tidak bisa menolaknya. Adapun reaksi yang sifatnya pilihan timbul berdasarkan kemauan dan pengetahuan sebelumnya.

Syarat-syarat prilaku pilihan (logic)

Usman (17 ) memyimpulkan bahwa bahwa prilaku pilihan menurut Al Ghazali adalah:

1.      Kemampuan,  kesanggupan fisik

2.      Kemauan, yang mendorong untuk berbuat, dan hal ini tercermin dalam kemauan dalam mengejar hal yang bermanfaat dan menghindar dari yang modharat,

3.      Pengetahuan, yang wajib untuk memutuskan dan memastikan. Ketika pengetahuan tidak melakukan hal tersebut maka kemampuan, dan kemauan akan terkatung-katung dan tidak dapat difungsikan.

 Ketiga hal tersebut dikhususkan oleh Allah buat manusia seperti yang telah difirmankan dalam QS: Al Alaq, 5. Dan Attakwir 29. 

Dalam Kitab Ihya’ ([9] ) beliau menyebutkan bahwa unsur-unsur kemampuan terdiri dari:

 Pengetahuan yang mendorong pada kemauan yang kuat, dan mempunyai potensi untuk melakukanya.

Usman menyimpulkan (19) bahwa pandangan Al Ghazali mengenai prilaku seperti berikut:

1.      Prilaku memiliki motivasi, rangsangan, dan sasaran

2.      Motivasi internal muncul dari dalam diri seseorang, namun dipengaruhi oleh unsure eksternal, atau unsure internal dalam kaitanya dengan kebutuhan biologis dan kecendrungan dari naluri, seperti kecendrunganya untuk makan dan berhubungan badan. 

Dalam kitab (20). Beliau mengungkapkan: Sesungguhnya pintu masuknya pengaruh yang terkumpul dalam kalbu, ada kalanya dari factor luar melalui panca indra yang lima, atau dari factor internal melalui khayalan, kemauan (syahwat), amarah, dan akhlak, yang semuanya terstruktur dalam temperamin manusia, dan itu dimaksudkan bahwa kalbu senantiasa dipengaruhi oleh semua hal tersebut diatas. Kemudian beliau melanjutkan bahwa rangsangan dan respon bepindah dan menjelma menjadi pikiran (الذهن), dan menjadi bisikan (خواطر). 

Motivasi menurutnya adalah pengerak dari setiap prilaku manusia, karena motivasi ini manusia didorong untuk menunjukkan prilaku tertentu.

3.      Dalam prilaku mengandung tiga unsur yaitu feeling, emotional, persepsi/pemahaman, dan semua hal itu memiliki aktifitas tersendiri yang tak bisa dipisahkan antara satu dan lainya. 

4.      Kejiwaan manusia adalah aktifitas dinamik, dari hasil intraktif antara motiv dan tujuan, dan prilaku. Beliau dalam kitab Ihya’nya (4, 48)  menyebutkan: Bahwa setiap prilaku terbentuk dari aktifitas kalbu (Akal)

5.      Prialaku adalah aktifitas individu yang satu sama lainya berbeda karena perbedaan unsur genetic/warisan dan unsure lingkungan, beliau mengakui pengaruh unsure unsure genetic dan berbeda dengan aliran Behaviours yang tidak mengakui unsure itu. Disamping itu juga beliau menngakui juga perbedaan individu dengan lainya, dalam ungkapanya dalam kitab Ihya’bahwa bentuk kejiwaan individu tidak sama satu sama lainya, andaikan sama, tentu Zaid dan Umar akan serupa,

6.      Tingkatan prilaku manusia menurut beliau ada dua: tingkat yang pertama memiliki kedekatan dengan makhluk lainya, dan tingkatan lainya dapat mewujudkan nilai-nilai yang mulia, dan berdekatan dengan kejiwaan para ulamak rabbani, hal ini disebut dengan prilaku Malaikat, tingkat pertama dikendalikan oleh unsur rangsangan/motif, dan tingkatan lainya dikendalikan oleh kemauan dan dominasi akal.


________________________________________

[1] . Yahya Harun Mohammad Abu Ajah (الامام الغزالي ونظريبه فى تعديل السلوك وإعلاء الدوافع)  8.  Mohammad Abdul Hamid Al Hasyimi (Ibid) hlm, 59.

[2] . www.altasamoh.net/articleasp?id=33 10 . Mohammad Sahatah Robi’ (ibid) hlm.563.

[3] . www.bafree.net/alhin/showthread.php?t=11257&page= /1

[4] . Mohammad Mansur, Abdul Hamid Sayyid Ahmad, Zakaria, dll ( السلوك  الانساني بين التفسير الاسلاني واسس علم النفسالمعاصر)  Maktabah Ango Misriyah, Kairo 2001, hlm 2014.

[5] . Abdul Karim Usman (الدرسات النفسية عند المسلمين والغزالي بوجه خاص) Maktabah Wahbah, Kairo 1981, hlm.168

 

[6] . Abdul Karim Usman ()ibid) hlm 168

[7] .Al Ghazali (احياء علوم الدين)   cetakan Al halabi no. 1377, Suria, 1957, 16 . Al Ghazali  (الاعتقاد فى الاقتصاد)  Maktabah Tijariyah, Kairo, hlm.43.

[8] . Abdul Karim Usman (ibid) hlm 168 17 . Abdul Karim Usman (ibid) hlm 171.

[9] . 18 .Al Ghazali (احياء علوم الدين)   cetakan Al halabi no. 1377, Suria, 1957, h. 4 &6.  19 . 19 . Abdul Karim Usman (ibid) hlm 172-173 20 . Al Ghazali (Ibid) hlm 3 & 5.



Posting Komentar untuk "Pembagian Hati Menurut Imam Ghazali"