Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Maroko Kalah Lawan Prancis, Tapi Do'a Tidak Pernah Kalah dan Islam Menang di Qatar

 

Momen Pemain Timnas Maroko Tetap Sujud Syukur usai Dikalahkan Prancis di Semifinal. Foto: REUTERS/Carl Recine

Oleh Teuku Zulkhairi

SUARADARUSSALAM.ID - Dugaan saya banyak yang mendo'akan Maroko terus menang dalam turnamen Piala Dunia kali ini. Hal yang sangat wajar. Apalagi do'anya ibu-ibu para pemain Maroko.

Ketika Maroko terus menang melawan para raksasa di sepakbola seperti Belgia, Spanyol dan Portugal, kita akan pahami itu salah satunya karena do'a diterima dan berdasarkan usaha-usaha.

Tapi ketika Maroko kalah, bagaimana kita memahaminya? Pada faktanya, sebagian orang akan memahami bahwa do'a ikut kalah. Atau setidaknya sebagian orang akan merasa do'a itu sbg "tidak patut" karena jika kalah maka dikhawatirkan do'a akan ikut dianggap kalah atau tidak perlu.

Padahal, sebagai muslim kita tidak memahami seperti itu. Do'a bagi muslim adlh identitas dan do'a ini tidak akan pernah kalah.

Baik ketika do'anya dikabulkan ataupun saat tidak dikabulkan. Baik ketika Maroko menang maupun saat Maroko kalah. Berdo'a adalah satu kemenangan yang tidak akan pernah rugi sampai kapanpun dan dalam bidang apapun.

Sementara menang dalam perlombaan seperti sepakbola itu kan terserah kepada Tuhan dan tentunya setelah didahului oleh keniscayaan dan suatu proses ikhtiar/usaha yang sungguh-sungguh.   Terkadang menang disisi manusia bisa jadi kalah disisi Tuhan.

Atau sebaliknya kalah disisi manusia bisa jadi menang disisi Tuhan. Semua tergantung bagaimana seorang manusia memaknainya.

Makanya kan dikatakan "Kullu ma qaddarallahu Khair".  Bahwa semua ketetapan Allah bagi seorang muslim itu baik. Yang tidak baik terkadang adalah cara menyikapinya.

Jadi, ketika Maroko menang itu bisa jadi karena do'a yang dikabulkan setelah semua proses ikhtiar-ikhtiar dilakukan, setelah ikhtiar untuk layak menang telah dilakukan.  Makanya kan kita lihat pemain Maroko sujud syukur setelah menang. Bahkan terbaru, mereka juga sujud syukut saat kalah melawan Prancis.

Itu artinya mereka memahami bahwa kemenangan mereka bukan hanya semata faktor ikhtiar mereka saja. Tapi juga faktor kehendak Allah dan untuk itu mereka bersyukur kepada Allah dengan cara salah satunya sujud syukur.

Bahkan, mereka juga tetap syukut saat kalah. Yang menunjukkan bahwa mereka memahami bahwa meskipun mereka kalah, namun semua yang sudah mereka peroleh yang cukup banyak tetap harus disyukuri.

Jadi pemain Maroko sama sekali tidak sombong dengan menganggap bahwa kemenangan yang diraih semata-mata hanya karena usaha mereka sendiri tanpa peran Tuhan. Bahkan mereka tetap ingat kepada Allah Swt saat kalah.

Jadi itu yang kita suka di tengah zaman dimana saat ini banyak orang yang "membuang" Tuhan dari kehidupan mereka.  Seolah mereka tidak butuh kepada Tuhan, padahal Allah lah yang telah memberi mereka semua yang mereka butuhkan dalam kehidupan ini. Dari nafas, anggota tubuh mereka dan bahkan seluruh isi alam semesta ini diciptakan oleh Allah SWT.

 

Jadi bagaimana ketika Maroko kalah? Apakah do'a ikut kalah?

Sebagaimana dikatakan di atas, do'a adalah kemenangan yang tidak pernah kalah terlepas apapun hasilnya, diterimakah do'a atau tidak.

Ketika tadi malam Maroko kalah lawan Prancis padahal sudah banyak muslim yang mendo'akan,  ya itu artinya mungkin ikhtiar yang belum maksimal di satu sisi, dan do'a untuk menang yang tidak dikabulkan disisi lainnya.

Tapi perlu diketahui, tidak dikabulkannya do'a bukan berarti sebuah keburukan. Ya mungkin belum pantas dikabulkan. Makanya kan do'a itu mesti diikuti oleh usaha/ikhtiar.

Jadi tidak ada salahnya berdo'a termasuk dalam hal olahraga. Akan selalu menang orang yabg berdo'a walaupun di pertandingan dia kalah. Sebab, dengan berdo'a itu dia telah tahu diri sebagai manusia bahwa dia perlu meminta kepada Yang Maha Kuasa.

Ketika berdo'a dia telah menjadi manusia yang tahu diri disaat banyak manusia lupa diri yang gagal memahami kelemahannya sebagai manusia. Gagal memahami kelemahannya sebagai manusia dimana ia tidak merasa perlu untuk berdo'a.

Jadi, Maroko boleh kalah. Tapi do'a tidak pernah kalah. Bisa jadi tidak dikabulkan kemenangan melawan Perancis, tapi Allah SWT memberikan kemenangan sisi lain kemenangan sisi lain kepada Maroko dan semua orang yang berdo'a.

Apalagi, dalam Piala Dunia di Qatar ini, banyak yang mengatakan bahwa Islam lah sebagai pemenangnya. Warga Barat melihat di peradaban Islam di Qatar dengan penuh takjub. Bahkan, seorang suporter yang datang dari Inggris ke Qatar menulis di twitter mengaku takjub dengan cara hidup orang Islam. Dia takjub dimana umat Islam di Qatar menggunakan air untuk bersuci di toilet saat mereka hanya membersihkan dengan tisu. Ya itu baru cara umat Islam melakukan thaharah. Tentu belum lain lagi kan?.

Jadi itu adalah kemenangan Islam saat mereka yang di luar Islam dapat melihat keindahan ajaran Islam. Belum lagi dalam hal lainnya dimana selama pegelaran Piala Dunia 2022 di Qatar banyak sekali kisah-kisah menganggum dari cara umat Islam di Qatar melayani tamu dan membuat terkesima.

Bahkan Piala Dunia di Qatar diakui oleh Presiden FIFA sebagai Piala Dunia terbaik sepanjang sejarah sebagaimana dilansir media Spanyol, Marca. Qatar juga mampu memberikan rasa aman bagi laki-laki dan perempuan selama Piala Dunia setelah sejak awal Qatar telah melarang minuman keras. 

Hal ini akan membuat orang-orang yang waras di seluruh dunia akan memahami indahnya orientasi ajaran Islam seperti dalam hal pelarangan minuman keras ini.

Maroko boleh kalah melawan Prancis. Tapi do'a akan selalu menang. Dan Islam adalah pemenang sejati Piala Dunia di Qatar.  []




Posting Komentar untuk " Maroko Kalah Lawan Prancis, Tapi Do'a Tidak Pernah Kalah dan Islam Menang di Qatar"